Sedikit gambaran tentang desa Mekar Jaya.
Desa ini adalah desa terpencil, jauh dari kota, berada di pedalaman PT. Sweet Sugar atau disebut PTSS oleh masyarakat sekitar. untuk masuk kedalam Desa ini melalui 3 jam perjalanan sepanjang kebun tebu, itupun jika hari cerah dan musim kemarau.
Jika musim penghujan sudah di pastikan akan lebih memakan waktu 4 sampai 6 jam. karena jalanan pasti hancur seperti bubur, maklum saja jalanan PT jadi selalu di lewati Truk Tronton besar juga Truk Fuso jumbo itu.
Desa ini di bagi beberapa kelompok ya, ada Desa Mekar Jaya, Harapan Jaya, Terusan Jaya dan masih banyak lagi.
Untuk lokasi SMAN Pertiwi itu terletak di desa Terusan Jaya, karena Desa itu adalah pusat dari beberapa Desa, berbeda dengan Desa Mekar Jaya yang memang lebih masuk ke area dalam. Namun tergantung kita mau ke arah mana? jika pergi ke kota lewat kebun tebu, Desa Mekar Jaya sudah pasti lebih jauh, tapi jika pergi ke kota menyebrang sungai, maka Desa Mekar Jaya lebih dekat.
Di desa Terusan Jaya ini juga ada pasar, tapi tidak setiap hari buka nya. hanya setiap Kamis dan Minggu. Pasar tersebut juga dekat dengan SMAN Pertiwi, hanya berjarak 100 meter dari area Sekolahan.
Pukul 06.30 Tata sudah ada di kamar mandi, ia tengah menimba air dari dalam sumur untuk di tampung dalam bak, ya semua masih serba manual tidak ada yang namanya kran air, jika perlu menggunakan air harus nimba dari dalam sumur dulu.
"Udah bangun nduk?" tanya si Mbah basa basi.
"Udah dong Mbah, nanti kalo Tata bangun siang Mbah nyanyi lagi." jawab Tata sambil menyindir.
"Mbah, Tata cuci piring dulu." seru Tata memberi tahu Neneknya.
"Sekalian wajan sama dandang nya sempat nggak?" tanya Neneknya.
"Bisa Mbah, tapi bagian dalam aja ya, di luarnya nanti sore saja." tawar Tata. Sebab Nenek memasak dengan kayu bakar, otomatis bagian luar dandang dan wajan itu menghitam dan untuk membersihkan nya harus di gosok dengan abu merang padi.
"Ya terserah kamu aja." jawab Mbah sekenanya.
Tata bukan gadis yang rajin, namun dirinya cukup tahu kapan harus berkerja membantu Nenek di dapur. sebab semuanya dikerjakan oleh Neneknya, dari bekerja di ladang hingga menu makanan yang selalu tersedia di meja makan.
Nenek Tata memiliki setengah hektar kebun kopi coklat, setengah hektar lainnya di tanami singkong atau jagung jika musim penghujan. ada juga beberapa petak sawah yg di tanami padi. hasil dari semua ladang Nenek sudah lebih dari cukup untuk menghidupi keduanya
. Ibu Tata adalah anak pertama sang Nenek, anak kedua sang Nenek ikut suaminya di Provinsi sebelah, sedangkan anak bungsu Nenek tinggal tidak jauh dari rumah mereka, hanya dua blok dari rumah Nenek.
Tata sudah rapih dengan seragam sekolahnya, kemeja batik dan rok abu-abu selutut, kaos kaki putih dan sepatu hitam, rambut panjangnya di ikat kuncir kuda.
Tata tengah membaca catatan sejarah yang membuatnya pening. Sepertinya semua mapel memang susah buat Tata, dia harus bekerja keras untuk mendapatkan nilai minimal 8, jika lebih dari nilai delapan sudah pasti dia mendapatkan contekan.
"Wahhh.....ada angin apa ini." sindir Andi heran karena melihat sahabatnya sudah rapih siap berangkat ke sekolah.
Tata memutar bola matanya dengan malas, sudah bisa ia tebak beginilah reaksi sahabatnya.
"Riko mana?" tanya Tata mengalihkan pertanyaan Andi.
"Tuh.." jawab Andi sembari mengedikkan dagunya.
Ketiga sahabat itu beriringan melajukan sepedanya menuju sekolahan.
"Eh...tahu nggak?"
suara Tata memecahkan keheningan.
"Nggak." potong Andi.
"Ck...denger dulu makanya. Gue semalam mimpi udah kemping tahu." bercerita dengan semangat.
" Nggak sabar banget kayaknya mau kemping?" tanya Riko, yang tahu betul jika Arsinta Maulida sangat menyukai kegiatan Pramuka.
"Beuhhhh...bener banget, dalam mimpi aja udah seru banget apalagi kalo nyata." senyum mengembang di bibirnya membayangkan kegiatan menyenangkan itu.
Inilah kebiasaan mereka bertiga, menceritakan tentang mimpi semalam, sudah hal biasa, dan selalu membicarakan hal-hal yang menarik. Tata tidak mau membahas tentang pelajaran, karena sudah cukup pusing di sekolah dan tumpukan PR yg di berikan oleh sang Guru. jadi sepanjang perjalanan hanya akan membahas dan membicarakan hal-hal yang menyenangkan.
Sesampainya di Sekolah Tata langsung menuju kelasnya, di sana Devi sudah duduk manis. Memang siswi yang rajin, baik juga cantik plus pintar, itulah mengapa Tata betah berteman dengan Devi, selain itu juga Devi anaknya tidak macam-macam, pokoknya se-frekuensi dengan Tata.
"Pagi Devi lestari harum mewangi seperti bunga melati." seloroh Tata menyapa teman sebangkunya.
"Pagi Queen super." jawab Devi dengan malas.
"Ish..." Tata mendengus.
"Tugas sejarah udah selesai." tanya Tata dengan maksud tersembunyi.
"No contekan." jawab Devi yang tahu kemana arah pembicaraan tersebut.
"Gue udah ngerjain koq, sapa juga yg mau nyontek" Tata membela diri.
"So.." jawab Devi sambil menatap Tata dengan tidak percaya.
"Ya Gue mau mencocokkan aja jawabannya, sama apa nggak, kalo gak sama biar bisa gue samain dengan jawaban Lo." kilah Tata.
"Makasih atas niat baiknya, tapi gue lebih suka jika jawaban kita berbeda." Tolak Devi yg paham dengan maksud temannya itu.
"Oke kalo gitu." Tata menyerah.
lalu berjalan ke meja depan mencari peluang untuk mencontek.
"Jaka..." seru nya memanggil teman sekelasnya.
"Apa?" jawab Jaka singkat.
"Tugas sejarah udah selesai?" tanya Tata tanpa basa-basi.
"Emang ada ya?" Jaka tanya balik.
"Kan gue gak masuk hari Senin" mapel sejarah ada di hari Senin dan Kamis.
"Emang Lo gak masuk?" tanya Tata dan mendapatkan anggukan dari Jaka.
"Rifan gak ngasih tahu kalo Bu Sri ngasih tugas?" tanya Tata tak percaya. Rifan adalah ketua OSIS dan Berteman cukup dekat dengan Jaka, Roni, Yudi yang memang berdekatan rumahnya.
"Gak ada bilang si Rifan, kalo Bu Sri ngasih tugas." jawab Jaka tanpa menutupi apapun.
"Mana tugasnya?" Jaka menadahkan.
tangannya pada Tata.
"Sekali-kali gue nyontek Elo" pinta Jaka pada Tata.
"Nih.." Tata memberikan bukunya pada Jaka.
"Gue gak tanggung jawab kalo banyak yang salah." ucap Tata memperingatkan Jaka.
"It's Ok, dari pada gue di hukum suruh lari mengelilingi sekolah sambil mungut sampah." Jawab Jaka pasrah, karena paham dengan kapasitas otak Tata.
"Jangan lupa nanti kasi Roni." pesan Tata, karena Jaka duduk di bangku pertama, sedangkan Roni di bangku kedua dan Tata berada si bangku ketiga.
Di kelas ada lima bangku dan meja dari arah depan kebelakang dan menjadi empat baris, jumlah siswa siswi satu kelas ada 32, setiap bangku tidak hanya berisi dua orang murid, banyak yang sebangku duduk bertiga.
Entah mengapa Tata dan Devi selalu duduk berdua, tidak pernah ada pihak ketiga, padahal mereka satu kelas berteman cukup baik satu sama lain, tidak ada pembullyan, ataupun siswa siswi yang merasa sok cantik, sok tampan, maupun sok populer..., semua berjalan dengan baik, hanya kadang kelas mereka adalah kelas paling berisik dan heboh. itu terkenal sejak di bangku kelas sepuluh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
anggita
PT Sweet Sugar, klo bhs Jowo,e Pt Gulo Legi..
2023-03-12
1