My Future
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 06.45 namun tak membuat gadis yang berada di bawah selimut itu bangun, padahal jam 07.00 dia harus berangkat sekolah.
"Tataaaaaa...." suara sang Nenek menggelegar sedari tadi membangunkan cucunya namun belum ada tanda-tanda sang cucu bangun dari tidur cantik nya.
"Taaa....bangun..!!!! mau sekolah apa nggak? sebentar lagi Andi dan Riko datang, kamu belum bangun juga." omel sang Nenek.
"Iya Mbah bentar lagi Tata bangun." jawab sang cucu dengan mata masih terpejam.
"Gak ada bentar-bentar, ini tuh sudah siang kamu belum mandi, sarapan juga belum. mau jam berapa berangkat sekolah? buruan bangun kalo nggak Mbah siram kamu loh." ancam sang Nenek.
"Ya ampun Mbah... iya, iya Tata bangun." jawab Tata sambil memanyunkan bibirnya.
Gadis itu bangun dan menyambar handuk lalu berjalan menuju kamar mandi dengan malas-malasan.
cukup lama Tata menghabiskan waktu di kamar mandi entah apa yang di lakukan gadis itu.
Sementara dihalaman rumah sudah nampak Andi dengan sepedanya.
"Mbah, Tata udah siap?" tanya Andi pada nenek dari sahabatnya itu.
"Lagi mandi Tata nya, dari tadi di bangunin susah bener."Jawab sang Nenek kesal.
"Dasar kebiasaan," ucap Andi yang sudah hafal dengan kebiasaan buruk sahabatnya itu.
Di ujung jalan Riko pun sudah terlihat dengan sepeda kesayangan nya.
"Masih lama si Queen?"tanya Riko pada Andi.
"Kalo gak lama berarti dunia mau kiamat." jawab Andi sewot.
Kedua pemuda itu dengan setia menunggu Arsinta di teras, sedangkan yang di tunggu dengan santainya bersiap.
Setelah beberapa menit bersiap, Tata keluar dari kamar dengan menggendong tak punggung nya.
"Mbah, Tata berangkat ya." pamitnya sambil mengulurkan tangan untuk salam dengan Mbah nya itu.
"Kebiasaan kamu, berangkat mepet waktu gak sempat sarapan." tegur si Nenek sambil menerima salam sang cucu.
"Besok-besok nggak Mbah, janji deh," bujuk Tata sambil menunjuk jarinya membentuk huruf V.
"Iya Mbah percaya, dari tahun lalukan juga gitu, besok nggak Mbah, besok Tata bangun pagi." mengulang janji sang cucu yang sudah terucap dari beberapa tahun yang lalu.
Tata tertawa dan memeluk wanita yang telah membesarkan nya itu. lalu keluar mengambil sepeda yang setia menemani nya untuk menuntut ilmu.
"Selamat pagi guys," Sapa Tata dengan suara renyah tanpa beban kepada kedua sahabatnya itu
"Hemmm" jawab Riko singkat.
sedangkan Andi hanya memutar bola matanya malas.
"Ya ampun muka kalian kenapa sih? ini masih pagi lho, muka udah kusut gitu. belum sarapan yah?" cerca Tata melihat wajah sahabatnya tak sedap di pandang.
Tidak ada yang menjawab, kedua sahabatnya itu melajukan sepedanya menuju ke sekolah. Jam 07.30 mereka Harus masuk sekolah, sedangkan sekarang sudah jam 07.10 belum lagi lamanya perjalanan mereka.
tidak ada obrolan sepanjang jalan, ketiganya fokus ngebut goes sepeda agar cepat sampai sekolah, karena mapel pertama hari ini adalah matematika dan Bu Henny adalah salah satu guru killer.
Sesampainya di sekolah mereka dengan cepat memarkirkan sepeda di deretan sepeda milik murid lain yang sudah tertata rapih.
ketiganya berlari menuju kelas, dengan harapan Bu Henny belum masuk. Namun harapan tinggal harapan ternyata Bu Henny sudah memulai pelajaran nya.
Tok
Tok
Tok...
"Selamat pagi Bu, maaf kami terlambat." ucap Riko dengan perasaan was-was.
"Kalian tahukan bahwa saya paling tidak suka jika ada yang terlambat?"Tanya Bu Henny ketus.
"Iya Bu, maaf. Tadi ban sepeda Tata bocor, jadi kami terlambat." jawab Riko
sedangkan Tata diam saja, merasa bersalah karena dirinya bangun kesiangan, jadi diam dan pasrah saja ketika Riko menumbalkan dirinya.
"Iya Bu, kami kan telat belum ada lima menit, izinkan kami masuk ya Bu." timpal Andi merayu sang Guru.
"Lain kali saya tidak mau mendengar ataupun menerima alasan apapun." Jawab sang Guru mempersilahkan muridnya untuk masuk kelas.
Sekolah SMAN Pertiwi ini bukanlah sekolah elit apalagi favorit, sekolah ini masih kurang sarana dan prasarana nya, semuanya masih alakadarnya, bangunannya pun sangat teramat sederhana. Mereka yang bersekolah di sini adalah anak para petani dan pekerja di kebun tebu, ada beberapa anak pemilik toko juga nelayan.
Setiap sebulan sekali para murid harus membawa sabit/arit untuk membabat ilalang di halaman sekolah juga lapangan. Bukan untuk tawuran ya, di Desa ini memang wajar jika anak sekolah membawa senjata tajam, sabit/arit itu hal biasa bagi mereka sejak kelas 4 sd.
Kenapa demikian? karena segalanya masih di kerjakan secara manual, walaupun bangunan sekolah alakadarnya namun luas halaman sekolah juga lapangan sepak bola tempat para murid berolah raga dan bermain sangat luas, jadi setiap sebulan sekali pasti di adakan membabat rumput di lapangan, jangan salah mereka yang masih SD pun bisa membabat rumput. Maklum anak petani, jadi mengunakan sabit/arit sudah biasa.
Kadang anak SMP/SMA yg lelaki malah bawa cangkul...
lapangan sekolah juga di pakai orang-orang desa situ, dan jika ada acara dadakan para bapak-bapak desa lah yang membabat rumput dan merapihkan lapangan.
Setiap sekolah juga memiliki ladang, di SMAN Pertiwi sendiri memiliki ladang setengah hektar, ladang itu di tanami singkong, jika sudah di panen uang nya akan masuk kas sekolah juga buat modal kembali, siapa yang menanam singkong nya? tentu saja seluruh siswa/siswi SMAN Pertiwi. Bukan hal yang sulit bagi para murid mengerjakan hal itu, sekali lagi kerena mereka semua terlatih sejak dalam kandungan haha.....
di desa Mekar Jaya ini semua serba gotong royong, mayoritas penduduk memakai sepeda, motor adalah barang mewah yang hanya beberapa orang saja yang memiliki.
Setelah selesai pelajaran matematika yang cukup menguras otak, break 10 menit sebelum pelajaran kedua di mulai.
"Hufff akhirnya selesai juga Bu Henny Meres otak gue," keluh Tata yang memang payah dalam matematika.
"Sok-sokan mikir keras, emang otak Lo ada isinya?" tanya Devi teman sebangku Tata.
"Sembarang kalo ngomong, otak gue jelas ada isinya, perkara berfungsi apa nggak itu lain cerita." jawab Tata tak terima dengan pernyataan temannya.
"Jadi apa beda nya dodol." ucap Devi keki dengan temannya itu, sebab dia lah tumpuan Tata jika tiba-tiba Bu Henny mengadakan ulangan/ujian dadakan.
"Ya beda dong, isi sama fungsi," kekeh Tata yang tak mau di salahkan.
"Udah deh terserah apa kata Lo aja. Btw nanti jadi ikut kemah nggak?"tanya Devi antusias
"Jadi dong. memang Gue pernah absen dari kegiatan Pramuka? kegiatan yang paling berkesan dan menyenangkan gak mungkin Gue lewatkan begitu saja, apa lagi ini tahun terakhir kita bisa ikut. Tahun depan udah kelas 12 mana bisa ikut kegiatan Pramuka lagi." jawab Tata dengan penuh semangat dan panjang lebar.
"Bener banget," ucap Devi lesu.
"Gak nyangka yah kita udah hampir lulus, dua tahun itu gak lama. Dan Gue pasti bakalan kangen banget sama Lo juga teman satu kelas ini." mendramatisir ucapannya.
"Biasa aja kali, sok-sokan melow padahal seneng kan gak ada gue yang bakalan ngerengek minta contekan," ucap Tata jengah dengan temannya itu.
"Ish...gak gitu juga kali Ta, Lo temen Gue yang gak bakalan Gue lupain sampai kapanpun, temen yang paling super..." jawab Devi menggantung.
"Super..?? super ngeselin maksud Lo?"terka Tata.
"Apapun itu, yang penting kan super, dan Lo satu-satunya the only one, lemited edition." bual Devi dengan penuh semangat.
Sedangkan Tata memandang wajah teman nya dengan malas.
Tata dan Devi berteman sejak duduk di bangku SMP, merekapun selalu duduk di bangku yang sama hingga sampai saat ini.
Desa Mekar Jaya adalah desa yang besar, ada sekitar 8 sekolah SD, namun untuk SMPN dan SMAN hanya ada dua saja, karena untuk pendidikan lebih lanjut masyarakat desa belum terlalu aware akan pentingnya menuntut ilmu. Tak jarang ada yg hanya lulusan SD saja dan setelah beberapa tahun langsung di nikahkan oleh kedua orang tuanya. Di desa ini masih banyak terjadi pernikahan under seventeen. Miris memang namun mau bagaimana lagi, beruntung Arsinta memiliki Nenek yang selalu mendukung nya, apapun itu asalkan positif pasti sang Nenek mendukung. Termasuk melanjutkan sekolah hingga jenjang SMA ini.
Hidup sederhana dan pas-pasan tidak membuat semangat belajarnya berkurang, meskipun otaknya juga sangat teramat pas-pasan, namun Tata selalu semangat belajar. beruntung juga dia di kelilingi teman pintar seperti Andi, Riko, juga Devi.
Riko yang selalu mendapat peringkat pertama , Andi dan Devi pun selalu masuk sepuluh besar. Sedangkan Tata jangan di tanya, sebab tidak tinggal kelas itu sudah suatu keajaiban.
teng...teng...teng...
Bunyi bel istirahat...
semua siswa siswi keluar menuju warung di belakang sekolah. Ingat ini bukan sekolah elite jadi disini tidak ada kantin, yang ada hanya warung di dekat tempat parkir sepeda yang ada di belakang sekolah,
ada dua orang yang berjualan disana, dagangan nya tidak jauh beda, ada nasi uduk, bubur kacang ijo, bubur sumsum, cilok, es cendol, es cincau, es jas jus, es marimas, teh sisri, segala ciki juga permen, ada juga gorengan...
semua murah meriah, mulai harga Rp.1000 sampai Rp.5000 yang paling mahal.
Tata dan Devi keluar kelas beriringan menuju warung tersebut, karena tadi Tata tidak sempat sarapan jadi gadis itu berniat membeli nasi uduk. Cacing di perut sudah demo minta jatah, maklum saja ini sudah jam 11.15 sudah pasti si cacing sangat ingin menggiling makanan.
Namun begitu sampai di belakang sekolah kedua warung nampak penuh dengan adik kelas juga kakak kelas yang sedang mengantri.
"Penuh banget sih, gak tahu apa disini ada orang kelaparan." keluh Tata, memandang sedih ke arah warung.
"Bukan Lo aja kali yang laper, mereka juga laper dan ya mereka mana tahu kalo Lo kelaparan gara-gara gak sarapan kerena bangun kesiangan," sahut Devi
Dari arah belakang kedua gadis itu Riko dan Andi berjalan mendekati mereka.
"Kenapa berhenti disini?" tanya Andi.
"Noh liat sendiri"." jawab Tata sambil mengedikkan dagunya ke arah warung.
"Oh.." Andi hanya ber-Oh ria
lalu berjalan ke arah parkir sepeda bersama Riko.
"Ckk," Tata berdecak sambil memandang kedua sahabatnya itu.
"Kalian mau kemana?"tanya Tata penasaran.
"Ke toko pak Joko, beli kertas HVS," jawab Andi, berlalu menggunakan sepeda nya.
"Ngapain beli kertas HVS?" tanya Tata pada Devi yg ada di sebelahnya.
Devi hanya mengangkat kedua bahunya nya pertanda bahwa dia pun tak mengerti.
"Mau ikut ngantri atau ke belakang kantor aja?" tanya Devi pada Tata.
"Balik ke kelas aja deh." pasrah Tata.
"Ngapain ke kelas? mending juga duduk-duduk di belakang kantor sambil liat sawah dan pohon bambu, biar gak suntuk." saran Devi.
Di belakang kantor memang ada pohon bambu yg lumayan rindang, juga sawah warga desa. Karena Sekolah ini di bangun di pinggir sawah, agak miring dengan ruang kelas menghadapi ke arah Timur dan bangunan kantor Guru menghadap ke arah Utara. Ada juga pohon akasia mengelilingi kawasan Sekolahan.
Sekali lagi ini bukan Sekolahan elite jadi tidak ada pagar batu apalagi pintu gerbang.
Namun semua siswa siswi nya tertib. Jarang ada yg terlambat Kecuali ARSINTA MAULIDA.
Di belakang kantor kedua gadis itu duduk sambil memandang ke arah sawah yang baru saja di tanami padi oleh pemiliknya.
keduanya diam tenggelam dengan pemikiran masing-masing.
"Dor..." suara Andi mengejutkan sahabatnya.
"Apaan sih," kesal Tata dan Devi bersamaan.
"Nih.." Riko menyerahkan jajanan pasar pada Tata, tak lupa es jas jus rasa mangga kesukaan Tata. Bukan Jus ya, tapi Jas jus minuman segar murah meriah.
"Aaa.....baik banget sih sahabatku ini," ucap Tata dengan nada manja pada Riko.
"Geli Gue dengernya," ucap Andi.
"Gak ada yg nyuruh Lo denger ya," galak Tata menjawab ucapan Andi.
"Nih buat Lo," Andi memberikan es jas jus rasa jeruk pada Devi.
"Thanks Ndi," jawab Devi nerima minuman dari tangan Andi.
lalu ke empat sahabat itu makan dengan tenang jajanan pasar yang di belikan dua mahluk Adam itu.
Semilir angin membuat pohon bambu itu bergoyang dan menambah kesejukan bagi mereka yang berada di bawah rindang nya pepohonan.
^^^🌺Hai salam kenal semua, ini novel pertama aku, mohon maaf jika banyak kata yg salah atau kalimat yg tidak tepat, maaf juga jika banyak typo nya. Terimakasih yg berkenan mampir dan membaca🌺^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Ida Naurah
inget waktu sekolah sd kesekolahan pake sendal jepit klw hjn LBH parah ad yg nyeker tas skolah'a kantong kresek tp g bisa dilupain sampe skrang
2024-05-17
1