Di pecat

Pagi itu seperti biasa Aura tengah bersiap untuk berangkat bekerja, sementara Daniel masih tidur karena dia kerja di malam hari. Tidak seperti rumah tangga pada umumnya, yang jikalau pagi seorang istri bangun lalu menyiapkan makanan untuk suami. Mereka mencari makan sendiri sendiri, dan untuk urusan kontrakan nanti mereka akan patungan buat bayar.

Karena tidak memiliki kendaraan, Aura selalu berangkat kerja dengan menaiki angkot. Namun karena pagi itu lalu lintas adat dan macet, membuat angkot yang biasa di tumpangi oleh Aura, datangnya terlambat.

Aura tampak panik karena lima belas menit lagi dia harus sampai di tempat kerjanya, sementara dia belum melihat satu angkot pun yang melintas. Hingga akhirnya setelah tiga puluh menit berdiri di pinggir jalan, Aura baru mendapat angkot dan lekas menaikinya. Dia terlambat dua puluh menit di salon tempatnya bekerja, dan hal itu tentu membuat pemilik salon marah karena pengunjung sudah antri.

"Kamu niat kerja nggak sih? Kamu lihat itu, pengunjung sudah mulai ramai." bentak Nyonya Cindy.

"Ma-maaf Nyonya, tadi angkotnya macet." jawab Aura dengan bibir gemetar. Gadis yang terbiasa dengan kehidupan mewah itu memang belum pernah di bentak oleh orang lain sebelumnya, bahkan kedua orang tuanya selalu memanjakannya. Sehingga ketika Nyonya Cindy membentaknya, tubuhnya mendadak gemetar dan begitu terkejut.

"Aku tidak peduli alasan kamu, sudah tiga kali kamu datang terlambat. Harusnya kamu berangkat lebih pagi jika tidak ingin terkena macet. Jangan karena kamu merasa pernah menjadi customer di salon ini jadi kamu bisa berbuat sesukamu ya! Kamu ingat, jika keluarga besar mu sudah tidak mengakui mu lagi, jadi jangan merasa jadi putri orang kaya!"

Hati Aura bagai tersayat benda tajam kala bosnya mengungkit masalah keluarga, sehingga dengan refleks dia berani untuk melawan.

"Maaf Nyonya, tolong jangan bawa bawa keluarga saya. Saya memang bersalah karena terlambat, tapi saya bekerja dengan profesional. Anda tidak perlu mencampuri urusan keluarga saya." jawab Aura dengan menatap wajah Nyonya Cindy.

"Eh, eh, eh. Malah melawan? Saya itu tidak mencampuri urusan kamu, tapi saya hanya mengingatkan kamu. Kalau kamu tidak suka, ya sudah jangan bekerja di tempat saya!" perdebatan antara keduanya mengundang perhatian para pengunjung serta pegawai yang lain. Dan hal itu membuat Aura menjadi malu, apalagi ketika dia mendengar seorang pengunjung yang bisik bisik dengan pegawai salon tersebut.

"Itu kenapa sih Mbak? Masak datang terlambat saja sampai berdebat seperti itu?" tanya seorang pengunjung.

"Itu Non, si Aura itu dulu anak orang kaya. Tapi dia hamil di luar nikah sama calon iparnya, jadinya mereka di usir dari keluarganya masing masing. Dan sekarang dia kerja di sini karena sudah jadi miskin." jawab seorang pegawai yang sudah lama bekerja di salon tersebut.

"Astaga, kok tega banget sih selingkuh sama calon ipar? Kan kasihan saudara perempuannya." sahut si pengunjung.

"Iya Non, mungkin memang udah ada bibit pelakor kali Non. Kalau aku sih nggak mungkin tega nyakitin saudara sendiri. Kayak nggak ada laki laki lain aja!" jawab pegawai salon yang tak lain adalah teman Aura bekerja.

Meski percakapan itu lirih, tapi telinga Aura masih mampu menangkapnya, sehingga amarahnya pun semakin menjadi. Aura sendiri juga heran, kenapa pegawai yang lain tahu akan masalah pribadinya? Padahal dia hanya bercerita kepada Nyonya Cindy. Dan ternyata tanpa Aura sadari, bosnya tersebut bermulut lemes yang suka membuka aib orang.

"Heh, ngomong apa kalian? Kalau nggak tahu masalah yang sebenarnya tuh jangan ngomongin orang!" Aura mendekati teman dan pengunjung salon tersebut dan berlalu begitu saja dari hadapan Nyonya Cindy yang masih memarahinya.

"Eh, apaan sih? Yang sopan dong sama pengunjung!" tukas teman Aura.

"Kamu itu yang apa apaan? Kamu bicara seenaknya aja tentang aku, padahal kamu tidak tahu yang sebenarnya!" Aura tak mau kalah dan malah menantang temannya.

Keributan itu membuat para pengunjung tidak nyaman, bahkan ada calon pengunjung yang pulang dan tidak jadi perawatan. Hal itu tentu saja semakin membuat Nyonya Cindy marah dan memecat Aura hari itu juga.

Aura yang juga tengah terbakar amarah di hatinya tidak menolak saat di pecat, dengan lega dia meninggalkan tempat yang menyiksa batinnya tersebut. Namun ketika sampai dia rumah, dia menangis tersedu sedu karena dia telah kehilangan pekerjaan.

Daniel yang tengah menyantap sarapan terkejut dengan kehadiran Aura yang tiba tiba sambil menangis. Dengan nada dingin Daniel pun bertanya,

"Kenapa pulang dan nangis gitu? Kamu nggak kerja?"

"Kamu nggak lihat aku lagi nangis? Kalau nangis itu berarti aku lagi sedih. Aku di pecat dari pekerjaanku!" jawab Aura dengan ketus.

"Makanya kalau kerja tuh yang bener, biar nggak di pecat. Dasar gadis manja nggak becus kerja!" bukannya memberi support dan simpati, Daniel justru menyudutkan Aura hingga keduanya kembali bertengkar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!