Bertengkar

Aura dan Daniel sudah mulai terbiasa dengan rutinitas hariannya. Aura semakin giat belajar agar pekerjaannya tidak sering mendapat komplain. Namun rupanya, materi adalah sesuatu yang sangat mempengaruhi kehidupan seseorang. Di tempat kerja masing masing, Aura dan Daniel kurang di hargai lantaran kini mereka kehidupan ekonomi mereka tengah terjatuh dan di keluarkan dari silsilah keluarga besar mereka. 

"Semua ini gara gara kamu!" Tiba tiba Aura berteriak kepada Daniel saat pria itu pulang kerja tengah malam. 

"Hei apa apaan kamu? Berteriak teriak tidak jelas! Ada orang datang kerja malam malam bukannya di kasih minum tapi malah berteriak teriak seperti orang gila!" Tegur Daniel. 

"Apa? Ambilkan minum? Berani ngasih nafkah berapa kamu sampai nyuruh aku ngambil kan minum? Jika bukan karena kamu, hidupku tidak akan sengsara seperti ini. Di mana mana aku selalu di rendahkan, di pandang sebelah mata. Di tempat kerja, di warung, di pasar. Aku malu! Aku malu menghadapi semua ini!" Aura semakin meninggikan suaranya. 

"Diam! Kamu pikir hanya kamu yang malu? Kamu pikir hanya kamu yang tersiksa? Aku juga! Kehidupan macam apa ini? Bahkan pembantu di rumahku saja kehidupannya lebih layak dari pada kehidupan kita! Ini semua juga gara gara kamu wanita penggoda!" Daniel pun tak kalah keras membentak. 

"Apa kamu bilang? Aku wanita penggoda? Dasar laki laki mes-um! Aku sudah peringatkan jika aku Aura, bukan kak Rachel. Tapi kamu tidak mendengarkan ucapanku, dan sekarang kamu bilang aku adalah wanita penggoda?" Tragedi buruk itu selalu terlintas dalam benak masing masing ketika mereka bertengkar. 

"Hah sudahlah! Aku capek seperti ini terus. Aku tidak tahan lagi!" Sahut Daniel sambil menggebrak pintu. 

"Heh, apa kalian tidak punya sopan santun dan etika? Kalau mau bertengkar, sana di lapangan! Jangan di sini! Kami semua terganggu gara gara kalian berteriak teriak malam malam! Sekali lagi kalian bikin onar, kami laporkan kalian ke pak RT!" 

Rupanya pertengkaran antara Aura dan Daniel tersebut mengundang perhatian tetangga kontrakan mereka. Daniel menoleh ke arah jarum jam yang memang menunjukkan pukul dua belas malam, waktu dimana orang sedang beristirahat. Sementara Aura berusaha untuk meminta maaf kepada tetangga. 

"Maafkan kami Pak," Ucap Aura dengan sopan. 

"Jadi orang miskin jangan banyak gaya. Kalau mau seenaknya, sana jadi orang kaya dan tinggal di rumah gedongan. Mau ngapain aja bebas!"

Satu kalimat dari tetangga kontrakan yang tidak tahu asal usul keluarga Aura dan Daniel tersebut memancing amarah Daniel, tapi Aura berusaha untuk menahannya. 

"Lepaskan! Ngapain kamu menahan aku? Biar aku kasih tahu kepada mereka siapa keluargaku!" Ujar Daniel dengan nafas menggebu. 

"Mau ngasih tahu apa? Ngasih tahu kalau kita di usir karena berbuat mes-um? Sana, cepat keluar dan kasih tahu sama warga! " Aura sangat geram dengan Daniel. 

Buuuugghh, 

Kepalan tangan Daniel kembali menghantam pintu untuk melampiaskan amarahnya, sementara Aura memilih masuk ke kamar sambil menangis. Dadanya terasa begitu sesak meratapi kehidupan yang kini dia jalani. Selain karena terpukul dengan keadaan yang sangat berbeda dengan kehidupan sebelumnya, rasa bersalah Aura kepada keluarganya terutama kakaknya selalu membayangi pikirannya dan membuatnya tidak bisa tenang.

Bertengkar dan bertengkar adalah kegiatan Aura dan Daniel setiap hari, tidak ada kasih sayang dan perhatian di antara keduanya karena memang pernikahan mereka terjadi hanya karena janin yang kini tengah di kandung oleh Aura. 

Terpopuler

Comments

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

sabar Aura kasihan baby ikut tekanan batin, Daniel mestinya extra sabar 🥸

2025-03-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!