Dibalik Cerita

Jeno memarkirkan mobilnya di depan garasi rumah. Rumahnya kecil masih sama dengan yang dulu, tidak banyak perubahan.

Padahal Jeno memiliki warisan yang banyak dari kedua orang tuanya dan kakeknya. Namun ia tidak gelap mata, semua ia tabung dan depositokan dan hanya beberapa yang ia pakai untuk pembangunan rumah sakit.

Keturunan siapa kah Jeno, keturunan seorang sultan dibalik wajah dokternya. Nanti akan author kupas hehe.

Luna turun dari mobil di ikuti Jeno. Kemudian masuk kedalam rumah seraya mengucapkan salam. Bukannya pergi ke toilet untuk cuci tangan namun keduanya langsung menghamburkan diri duduk di sofa, merentangkan tangan dan menarik urat melepaskan penat.

"Ih Papa ikut-ikutan," sahut Luna

"Loh kamu dong yang ikut-ikutan. Papa dari dulu ya gini kalo masuk rumah hehe,"

Dan keduanya tertawa karena baru sadar akan kebiasaan mereka. Setelah beberapa menit duduk di sofa, mereka pergi ke kamar mandi dalam kamar masing-masing dan membersihkan diri.

Setelah selesai membersihkan diri, Jeno bergegas untuk beribadah. Luna menyusul dan mereka berjamaah bersama. Rutinitas keagamaan yang tak pernah mereka lupakan.

Beberapa menit kemudian terdengar bunyi telepon rumah, berdering beberapa kali. Jeno tak langsung mengangkatnya, ia lebih memilih menyelesaikan dzikir dan doanya dahulu. Sama halnya dengan Luna namun ia lebih dahulu selesai dan bergegas mengangkat telepon yang deringnya sangat mengganggu.

"Ya Hallo, keluarga Alvaro disini. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Luna dengan suara yang dibuat bak operator seluler

"Ini Luna ya? Ini saya Tante Tika yang tadi ketemu di Mall,"

"Oh Tante, mau apa Tan?" tanya Luna kembali jutek

"Tadi Saya telepon ponsel Papa kamu, tapi tidak diangkat jadi saya telepon ke rumah. Papa ada Lun?" tanya Tika

"Papa lagi Sholat Tante," jawab Luna

"Oh ya sudah nanti tolong sampaikan ya, undangan reuninya sudah Tante kirim ke WA, tolong kabari secepatnya karena untuk booking tempat nanti. ya sudah begitu saja ya. Terimakasih. Bye Luna," ucap Tika dan langsung menutup teleponnya sebelum Luna berkata. Ia terlihat sekali terburu-buru entah karena takut memakan tarif telepon atau memang sedang ada urusan lain

Kemudian Luna menaruh gagang telepon ke tempatnya dan berbaring disofa, merebahkan tubuhnya seraya memainkan ponsel.

"Siapa yang telepon sayang?" Tanya Jeno

"Mak lampir Pah,"

"Ehh di tanya yang bener,"

"Hehe itu Tante Tika, fansnya Papa. Katanya dia udah kirim undangan reuni trus nanti langsung kabarin dia buat booking tempatnya. Gak sabaran banget ya Pa," ucap Luna

"Ya mungkin biar gak terlalu dadakan," Jeno kemudian pergi ke dapur untuk membuat kopi. Biasanya sore menjelang petang dia selalu menikmati kopi sambil duduk di luar. Dulu Marisa yang selalu menghidangkannya.

"Pa...papa mau ngapain?"

"Buat kopi,"

Luna langsung beranjak dan bangkit dari sofa kemudian menyusul sang Papa ke dapur.

"Ajarin Luna bikin Kopi kesukaan Papa,"

Jeno mengernyitkan dahinya, Kenapa tiba-tiba Luna berkata seperti itu. Pasti ada maunya. Batin Jeno

"Memangnya kenapa?" tanya Jeno

"Ya pengen aja, kan sekarang Luna udah besar nih. Jadi udah waktunya Luna belajar masak, belajar apapun. Ajarin Luna jadi seorang wanita Pah," ucap Luna

Jeno kaget dengan keinginan putrinya yang mendadak ingin menjadi wanita seutuhnya yang bisa masak, bisa menyediakan minuman dan lain sebagainya.

Jeno hanya menggelengkan kepalanya. Ia kemudian menyuruh Luna memasukkan bubuk kopi pahit dan gula dengan tangannya sendiri.

"Kalau kopi itu takarannya beda-beda. Kalau Papa sendiri dua sendok makan bubuk kopi hitam dan satu kemasan gula non diabet," ujar sang Papa

"Papa suka pahit ya?" tanya Luna

"Iya, Papa gak butuh gula banyak-banyak karena udah ada kamu yang membuat hidup Papa jadi manis," ucap Sang Papa menggombal

"Haha pintar juga gombalannya. Pasti Mama dulu digombalin Papa macem-macem hahaa," ujar Luna terkekeh geli kemudian ia menuangkan air panas kedalamnya

Jeno terdiam, dia hanya tersenyum dan kemudian menatap Luna. Jujur saja dia tidak pernah menggombali Marisa. Pernikahannya pun hanya dua bulan sejujurnya, Luna lah yang telah mewarnai hidupnya.

"Cobain nih, buatan Luna pasti enak. Rasanya bakal beda karena Luna pake ilmu magic didalamnya," ucap Luna setelah mengaduk-aduk kopinya beberapa kali

"Ilmu apaan tuh,"

"Ilmu cinta hehe," sahut Luna memberikan satu gelas kecil berisi kopi buatannya.

Jeno meneguknya pelan karena takut kepanasan. Ia juga tidak percaya dengan apa yang dikatakan Luna. Takaran sama pasti rasanya pun sama.

Tapi begitu mengejutkan saat tegukan pertama mengalir di tenggorokannya. Ajaib, rasa kopinya pun berbeda. Rasanya lebih nikmat.

"Gimana, enakkan?" sahut Luna

"Kok bisa ya," tanya Jeno penasaran

"Ya bisa lah, lebih enak kan? Hayo ngaku Pa,"

"Iya lebih enak, pasti takarannya kamu rubah ya," ucap Papa

"Rahasia ehehe, dah sana papa pergi sekarang Luna mau masak. Hus hus,"

"Aduhh jangan gosong lagi ya," ujar Jeno karena Luna pernah membuat nasi gorengnya menjadi gosong.

"Udah bos Papa tunggu aja hasilnya,"

Sore menjelang petang. Luna pun beraksi memasak makan malamnya. Biasanya Sang Papa yang memasak kadang juga sering beli go food delivery order yang praktis. Luna membuat nasi goreng untuk masakan kedua kalinya. Karena pertama kali Luna mulai memasak makanannya gosong dan tidak termakan. Ia berharap kali ini bikinannya akan terasa lezat.

Beberapa menit kemudian, nasi goreng berhasil di buat. Dari wujudnya sih kelihatan enak, tidak gosong dan Luna percaya diri. Ia pun menghiasi tomat, selada dan telur dadar yang diiris panjang-panjang diatas nasinya. Kemudian di simpan di taruh di meja dan ibadah Maghrib terlebih dahulu.

Setelah selesai menjalankan ibadah Maghrib, Luna dan Papanya bergegas ke ruang makan yang kecil itu. Aroma nasi goreng Luna membuat Jeno jadi terasa lapar

"Aromanya enak nih,, semoga enak ya" sahut Jeno

"Pasti enak dong," ujar Luna

Luna tak sabar ingin melahap masakannya, tapi apa yang dirasakan berbeda dengan yang dilihat. Bentuk nasi gorengnya bagus, aromanya juga menggunggah selera namun rasanya sangat asin.

Mendadak Luna menyuruh sang Papa untuk tidak memakannya.

"Pa ....jangan dimakan hehe,"

"Loh kenapa..." ucap Sang Papa kemudian melahap makanannya

Jeno sudah memasukkan satu suap nasi goreng kedalam mulutnya dan mengunyahnya dengan lahap.

"Enak kok," ucap Sang Papa

"Hah Papa! ini tuh asin," Luna keheranan.

"Kamu gak mau makan? Sini Papa abisin," Jeno terus melahapnya dengan nikmat.

Sementara Luna kembali menggoreng telur dan tidak memakan buatan nasi gorengnya sendiri. Memang asin tapi entah kenapa Jeno merasa senang mencicipi masakan pertama Luna.

"Papa aneh deh," ucap Luna setelah selesai menggoreng telur dan memakannya di meja makan.

"Aneh kenapa? Kalau gak enak ya Papa gak makan lah. Tapi ini enak. Ya asin sih tapi menurut Papa masih bisa dimakan. Gak buruk kok. Dulu papa belajar masak juga sering keasinan," ucap Jeno

Tanpa terasa Jeno sudah habis dua piring nasi goreng buatan Luna

"Ahh lega, Alhamdulillah Terimakasih ya Luna," ucap Jeno

"Ya Pa, makasih juga udah habisin nasi goreng Luna hehe. Pah....Luna boleh tanya,"

"Tanya apa?" sahut Jeno

"Kenapa Papa memilih Dokter Obgyn,"

Ada alasan kenapa Jeno memilih menjadi dokter Obgyn. Ia ingin membantu persalinan seorang Ibu yang berjuang saat proses melahirkan anaknya. Sejujurnya, Ibunya Jeno meninggal beberapa jam setelah melahirkan dirinya, karena kurangnya oksigen. Saat itu pula tidak ada bidan terdekat yang bersedia membantu. Miris, itulah Jakarta.

Akhirnya Jeno terlahir di rumah sakit yang sedikit jauh dari rumahnya. Kondisi Ibunya lemah, perlu selang oksigen dan beberapa alat pacu tetapi saat melahirkan semua fokus pada si bayi. Sementara selang oksigen tidak terpasang dengan benar. Dan akhirnya Ibunya Jeno meninggal. Itulah alasan utama Jeno yang ingin membantu pasien sebisa mungkin. Tanpa harus mencari bidan, Jeno bahkan rela tidak dibayar. Yang terpenting Ibu dan Bayi sehat pasca melahirkan.

Setelah kepergian ibunya Jeno, Ayahnya sering marah-marah tidak jelas, kemudian stroke dan meninggal di usia Jeno yang ke tiga tahun. Setelah itu Jeno diasuh oleh Nenek dan Kakeknya.

"Luna baru tahu cerita Papa, ceritakan lagi Pa, tentang Papa dan Mama. Agar Luna bisa lebih mengenal Papa dan Mama,"

"Iya Luna, Papa akan ceritakan dan lagi saat ini usia kamu juga beranjak dewasa, kamu juga harus tahu tentang.....ahh nanti saja saat usia kamu 17 tahun ya," ucap Jeno yang masih enggan mengatakan siapa dirinya.

"Huhh bikin penasaran," protes Luna

.

.

.

Terpopuler

Comments

Kᵝ⃟ᴸ...🍾⃝ͩVᷞɪᷰสᷡИᷧ

Kᵝ⃟ᴸ...🍾⃝ͩVᷞɪᷰสᷡИᷧ

ini kyknya luna punya rasabjuga am jeno... bnar bgtu bukn thoour

2023-09-14

0

🦂⃟ᴍɪʟᷤᴀᷤʜᷫ ᶜᵘᵗᵉ ✹⃝⃝⃝s̊S

🦂⃟ᴍɪʟᷤᴀᷤʜᷫ ᶜᵘᵗᵉ ✹⃝⃝⃝s̊S

kalo cerita jangan setengah"..sekalian aja dilamar. biar luna gk di ambil orang

2023-09-13

0

🏘⃝AⁿᵘKIIS𝐙⃝🦜Kᵝ⃟ᴸ

🏘⃝AⁿᵘKIIS𝐙⃝🦜Kᵝ⃟ᴸ

cinta gak cuma buta tapi juga mati rasa 🤣

2023-09-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!