Di tempat lain, di sebuah rumah sederhana terlihat seorang anak dan ibu saling berpelukan.
" Buk, Dewi minta doa restunya buk. Agar Dewi sampai di kota dengan selamat. Doakan Dewi, semoga pekerjaan Dewi di sana lancar. supaya bisa bantu bapak sama ibuk membiayai sekolah adik-adik", mata Bu Surti tidak mampu menahan lelehan air matanya. Dipeluknya lebih erat anak sulungnya itu.
" Ibuk selalu doain kamu yang terbaik nduk. Sebenarnya kamu tidak perlu jauh-jauh ke kota untuk membantu bapak dan ibuk nyekolahin adik-adik kamu. Mereka itu tanggung jawab bapak sama ibuk", ucap Bu Surti melerai pelukannya pada sang anak.
Tangannya sibuk menghapus air matanya yang terus menetes enggan untuk berhenti. Maklum ini kali pertama Dewi akan pergi jauh meninggalkan keluarganya. Dewi menangkup wajah keriput sang ibu, membantu menghapus sisa-sisa air matanya.
" Ini semua keinginan Dewi buk. Dewi ingin adik-adik nanti bisa kuliah, dapat pekerjaan bagus. Agar di masa tua bapak dan ibuk nanti tidak perlu bekerja keras lagi. Biar kami yang gantian mencukupi semua kebutuhan bapak sama ibuk ", manik mata Dewi menatap sendu kedua mata ibunya yang terlihat sayu dan lelah.
Diusianya yang hampir setengah abad itu, tanpa lelah membantu sang suami bekerja menggarap sawah milik orang lain. Semua itu ia lakukan demi ke empat anak-anaknya. Dewi, Ridwan, Rani dan si bungsu Amel.
Ridwan anak nomor 2 sekarang duduk di bangku kelas 2 SMP. Rani yang paling cengeng duduk di kelas 5 SD. Sedang si bungsu Amel, duduk di bangku kelas 2 SD.
Meski mereka mendapatkan keringanan biaya sekolah, akan tetapi untuk kebutuhan lainnya seperti buku, tas, alat tulis dan lain-lain mereka harus membelinya sendiri.
Bahkan Dewi sang kakak lebih memilih mengalah tidak melanjutkan sekolah ke jenjang SMA, demi bisa membantu biaya sekolah adik-adiknya. Setelah lulus SMP, Dewi bekerja di pabrik makanan ringan tidak jauh dari kampungnya. Meskipun gajinya kecil, ia tetap bertahan demi keluarganya.
Ada keinginan dalam benak Dewi bila suatu saat ia memiliki uang lebih, akan melanjutkan sekolah lagi. Meski kini usianya sudah 18 tahun, baginya tidak ada kata terlambat untuk menuntut ilmu.
" Sudah buk, doakan saja agar Dewi berhasil di kota ", kata pak Danu menenangkan istrinya. Ia kemudian gantian memeluk anak sulungnya, membelai lembut rambut sang anak.
" Bapak gak bisa ngasih bekal apa-apa buat Dewi. Bapak cuma bisa doain kamu nduk, apapun keinginanmu semoga terwujud ", kata pak Danu sambil menyeka lelehan air matanya.
" Amin pak. Doa kalian adalah bekal terbaik yang Dewi harapkan ", matanya yang terlihat sembab itu beralih menatap adik-adiknya. Ketiga adiknya pun berlari menghambur dalam pelukan sang kakak.
" Mbak Dewi hati-hati di sana, jangan lupain Amel ", celoteh polos si bungsu.
" Mbak Dewi harus sering telepon, biar kami disini tidak khawatir ", kata Ridwan menambahi.
" Nanti kalau Rani ada masalah, Rani curhatnya sama siapa mbak", rengek Rani sambil merapatkan pelukannya pada sang kakak.
Dewi tidak mampu berkata-kata, dipeluknya ketiga adik kesayangannya.
" Mbak sayang banget sama kalian. Doain mbk berhasil, mbk janji akan sering telepon untuk kasih kabar buat kalian. Dan Rani, kamu masih bisa curhat sama kakak lewat telepon. Ya..", kata Dewi dan diangguki mereka serempak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Bahrul Ulum
dewi anak hebat, smg sampai kota dngn selamat ya dew...
2024-03-04
1
Enung Samsiah
baru bab 2 dah 😭😭😭
2024-02-26
2
Nuraini
mampir thor ☺
2024-02-04
1