Memaksakan senyum terbaiknya, Emily segera berlalu dengan paperbag ditangannya. Sepanjang langkahnya menuju lift, semua pasang mata perawat terus saja menatap pada Emily hingga membuatnya sedikit risih.
Hingga tiba-tiba, salah seorang perawat wanita menarik tangan Emily dan berjalan dengan cepat.
" Katakan, apa masalahmu dengan Dokter Woon. Dia menyuruh semua perawat tidak mengganggumu kalau datang." cerocos perawat itu yang tak lain adalah Kakak kedua Emily— Oya Ismail.
" Hah? Wah, dia sungguh gila? Aku saja tidak mengenalnya." Emily terkesiap.
" Sudahlah, antarkan pesanannya dengan aman. Dan lagi, jangan berbuat aneh, kau tau kan kita disini hanya pendatang." Oya memperingatkan adiknya.
Emily tak banyak bicara dan hanya mengangguk. Ia pun segera masuk kedalam lift dan menekan angka sembilan.
****
Tiba dilantai sembilan, Emily segera menuju keruangan Dokter Woon. Ia mengetuk pintu ruangan pria yang hendak ditemuinya, dan tak menunggu lama seseorang didalam sana langsung membuka pintu dan mempersilahkannya masuk.
" Tuan, ini pesanan anda." seru Emily memaksakan senyumnya.
" Duduklah dulu. Kau boleh pulang saat sudah menjawab semua pertanyaanku." ucap Shi Woon serius.
Mendengar ucapan pria tampan didepannya, Emily sungguh merasa muak. Ia merasa bahwa Shi Woon sangat kurang kerjaan. Meski kesal, Emily tetap menuruti keinginan pria didepannya dengan duduk disofa yang tersedia didalam ruangan.
Emily mencuri pandang, sedetik lalu dirinya baru menyadari bahwa pria yang dikenal sebagai Dokter Woon itu ternyata sangat tampan.
Kulit putih dengan tinggi tubuh yang proposional sempurna serta jubah putih yang dikenakan membuat Shi Woon terlihat sangat menawan. Garis hidungnya yang tegak juga rahangnya yang keras menambah karismatik pria berdarah Korea Selatan itu.
" Dia manusia atau manekin? Gagah sekali." gumam Emily.
Sesaat Emily terpanah, namun saat menyadari pria itu adalah pria yang menyebalkan, pengamatannya pun langsung buyar. Bagaimana tidak kesal, Dokter Woon sebenarnya bukan kali pertama memesan kue Dokan, namun sudah ketiga kalinya. Diawal memesan, Shi Woon sudah pernah mengerjai Emily hingga sekarang kejahilan pria itu masih membuat Emily kesal saat kembali terbayang.
" Aku kerumahmu kemarin, tapi kau tidak ada. Aku hanya ingin memesan kue ini." seru Shi Woon memulai percakapan.
" Benarkah? Aku selalu dirumah, dan kemarin tidak pernah ada yang bertamu ataupun mencariku." balas Emily dengan polos.
" Ais, aku sungguh datang. Rumahmu yang mendirikan mini market itukan? Warna chat hijau." Shi Woon tersenyum penuh arti.
" Oh, kau salah. Itu bukan rumahku. Rumahku yang didepan mini market itu. Warna cat nya putih silver." Emily yang tidak tau menahu terus menjawab dengan polosnya.
" Yes." Shi Woon menyeringai dan tersenyum puas membuat Emily keherangan.
" Sebenarnya aku tidak kerumahmu. Aku hanya memasang pertanyaan jebakan supaya bisa mengetahui letak persis rumahmu." tutur Shi Woon kembali dengan santai.
Emily sontak menatap jengah pada pria tampan didepannya. Ia sungguh tidak mengira bahwa sosok pria seperti Shi Woon akan membuat jebakan dalam bentuk pertanyaan.
***
Emily keluar dari ruangan Shi Woon. Ia benar - benar tidak habis pikir, bagaimana bisa seseorang seperti Shi Woon menjadi Dokter, karena selain menyebalkan, pria itu juga lebih banyak bersantai diruangan.
Sementara Shi Woon, dirinya yang melihat Emily perlahan menghilang dibalik pintu, menyunggingkan senyum tipisnya.
Entah sejak kapan, namun perasaannya untuk Emily seperti bunga yang baru bermekaran yang setiap hari terus berkembang.
" Manis." gumamnya tersenyum tipis.
Ia kembali teringat pertemuan pertamanya dengan Emily saat turun salju pertama tepatnya di Bandara Internasional Incheon, Seoul.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments