...🔥🔥🔥...
Sang istri menatapnya dengan tajam, "Lalu papa akan biarkan nyawa putri kita melayang dengan sia sia?"
"Tidak seorang pun yang menginginkan kepergian putrinya dengan cara seperti ini, mah! Lalu apa yang mama inginkan untuk membalas Prans?" tanya pria paruh baya itu pada istrinya, jangan bertindak bodoh mah.
Yenny menggenggammm dengan erat, tanah pusara dari sang anak, "Tidak akan aku biarkan Prans hidup bahagia pah, dia harus hidup dalam bayang bayang putri kita! Aku tidak rela jika putri ku mati karena menghadiri pernikahannya."
"Mah, menurut papa... Serli tidak akan bahagia melihat mama membalas dendam pada Prans, mama tau sendiri kan bagai mana hubungan Serli dengan Naura, mereka sangat dekat mah!" Lubis menggelengkan kepalanya, tidak setuju dengan niat istrinya.
Yenny menatap Lubis dengan marah, "Papa setuju atau tidak dengan usaha ku menghancurkan Prans, itu tidak akan mempengaruhi ku, pah!"
Waktu terus bergulir, hari berganti hari, hingga tanpa terasa seminggu sudah berlalu.
Prans menyerahkan urusan kantor pada Dev, sementara untuk penyelidikan yang di lakukan Dava soal Jessica. Sudah membuahkan hasil. Jessica mengalami depresi saat berada di tahanan, ia juga mengalami pelecehan yang di lakukan teman satu selnya, dan terbukti bersalah atas kasus meninggalnya Widia, ibu sambung Prans.
Keadaan semakin memburuk saat di larikan ke jalan keramat, Gunung Abadi. Tempat di mana pasien yang mengalami gangguan di rawat. Hingga Jasen sang kaka yang sudah lama berpisah dengan Jessica, mengetahui keadaan adiknya.
Hatinya sangat murka dan hancur, meski hubungan ke duanya tidak baik. Tidak menyurutkan niat Jasen untuk membalas perbuatan Prans, terlebih Prans pernah membuat rekan bisnisnya koleps hingga Jasen mengalami ke rugian dalam jumlah besar.
Di kediaman Prans.
Prans membawakan bihun goreng ke sukaan Naura untuk sarapan mereka berdua, dengan di temani es cappucino.
Prans menyunggikan senyumnya meski hampir tidak terlihat, saat sepasang mata elangnya melihat wanita kesayangan tengah berada di balkon kamar, dengan duduk di atas kursi roda.
"Sayang ku, kau sudah bangun?" tanyanya dengan suara baritonnya.
"Kaka kan bisa melihatnya sendiri, kenapa masih harus bertanya?" Naura mengerucutkan bibirnya, menoleh sesaat ke arah suaminya.
Mentari pagi menyapa semua makhluk hidup dengan sinarnya yang cerah. Awan mendung tampak menjauh dari kediaman Prans. Namun hati Naura masih terselimut awan pekat yang berwarna abu, memberinya samar samar kenangan buruk yang terkadang terlintas di kepalanya, meski sangat ingin ia menghindar, namun bukan semakin menjauh, bayang itu justru akan semakin mendekat padanya.
Naura menatap langit yang cerah dengan tatapan yang penuh harap, cuaca sangat cerah, sangat indah untuk melakukan aktivitas di luar. Bagai mana kabar papa, mama dan Dito? Sejak aku bangun dari tidur yang melelahkan, ka Prans bilang mereka langsung kembali ke Bandung karena urusan pekerjaan papa yang tidak bisa di tinggalkan.
Kabar Serli, Novi serta karyawan kedai juga. Bagai mana kabar mereka? Apa mereka baik baik saja? Kepala ku begitu sakit untuk mengingat kembali ke jadian terakhir, saat di mana pandangan ku gelap dengan kaki yang lemas seakan tidak bertulang.
Prans mengayunkan langkah kakinya, mendekati sang istri, maaf sayang, aku belum bisa mengatakan yang sebenarnya pada mu, aku masih harus menyembunyikannya dari mu, hingga waktu yang tepat datang, kamu akan mengetahui apa yang terjadi pada orang tua dan sahabat mu Serli.
"Apa ada yang kamu pikirkan, sayang?" tanya Prans pura pura tidak tahu apa yang di pikirkan Naura.
"Kapan kaka membawa ku ke Bandung? Jika tidak ke Bandung, kapan kaka akan membawa ku ke kedai? Aku sangat ingin melihat orang tua ku serta kedai ku, ka... bertemu dengan para karyawan ku! Kaka tidak melakukan apa apa kan pada kedai ku?" tanya Naura dengan tatapan yang menyelidik.
Prans berlutut di depan kursi roda Naura, tangannya menggenggam jemari sang istri dan mengecupnya dengan lembut. Prans menatap mata indah sang istri dengan tatapan penuh cinta.
"Memang apa yang bisa aku lakukan untuk kedai mu? Itu tempat usaha mu kan? Tempat mu menggantungkan masa depan para karyawan mu, yang sudah kau anggap saudara mu sendiri?" ujar Prans panjang lebar.
"Bisa saja kaka menutup kedai ku, memecat karyawan ku! Maaf aku berfikir buruk tentang mu, ka!" Naura mengelusss lembut wajah Prans, yang tampak sedih mendengar tuduhan Naura.
"Jangan menuduh ku, sayang!" Prans mengeluarkan hapenya dari saku celana yang ia kenakan.
"Aku akan memperlihatkan CCTV yang tersambung pada kedai mu, tapi sebelum itu... aku minta kau habiskan dulu sarapan serta obat mu ya!" Prans menatap Naura dengan penuh harap.
"Bagai mana dengan video call dengan mama, entah kenapa hati ku sangat ingin bicara dengan mama, ka! Kaka bisa kan membiarkan aku bicara dengan mama di telpon? Maksud ku video call mama!" pinta Naura dengan tatapan memelas.
Prans membuang nafasnya dengan kasar, tatapannya berubah menjadi tatapan yang sulit di artikan oleh Naura, Prans menyimpan kembali hapenya ke dalam saku celananya dan beranjak dari posisinya.
"Ka! Tolong izinkan aku untuk menghubungi mama!" pinta Naura saat Prans mendorong kursi rodanya ke arah meja, tempat di mana Prans sudah menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.
"Kita sarapan dulu ya!" seru Prans dingin, aku tidak bisa mengabulkan ke inginan mu, sayang!
Naura kembali kecewa, kenapa sesulit itu untuk mu mengabulkan ke inginan ku, ka? Aku tidak meminta nyawa mu untuk mengizinkan aku bicara dengan mama kan?
Prans tidak lagi memperdulikan suara hati Naura, ia menyuapkan suap demi suap apa yang sudah ia sajikan untuk Naura, setelah memastikan Naura menghabiskan sarapannya, Prans memberikan obat yang harus di konsumsi Naura.
"Kapan kira kira kaki ku bisa pulih seperti biasa, ka? Aku sudah rindu untuk berjalan, aku ingin berlari, mengelilingi indahnya bunga yang ada di taman. Menaiki bukit, menikmati indahnya matahari terbenam dan terbit di pantai." cicit Naura setelah meminum obatnya.
"Segera sayang! Kamu akan segera bisa kembali jalan lagi." Tapi untuk kamu ke luar dari kediaman ini, aku tidak akan mengizinkanya kecuali kau pergi bersama dengan ku. Aku tidak akan membiarkan hal buruk kembali menimpa mu!
"Boleh aku ikut kaka ke kantor? Atau kaka bisa biarkan aku ke kedai dengan di temani bang Haikal." ujar Naura memberikan saran pada Prans.
"Tidak sekarang ya, aku juga tidak berangkat ke kantor, aku bisa mengerjakan pekerjaan ku dari rumah. Kita bisa menghabiskan waktu bersama, sayang!" ujar Prans.
Prans membawa nampan yang berisi piring kotor, hingga langkahnya terhenti saat di ambang pintu kamar, saat indra pendengarannya mendengar teriakan Naura yang putus asa.
"Aku ingin ke luar dari kamar ini ka! Biar kan aku ke luar dari kamar ini! Kenapa kaka harus mengurung ku di kamar ini? Aku bukan seekor burung yang bisa kaka sembunyikan di dalam sangkar, aku ingin ke luar!" seru Naura dengan suara yang naik satu oktaf.
Sreeek.
Prang.
bersambung....
...💖💖💖...
makasih yang udah sempetin mampir, jangan lupa tinggalin jejak komen, like.
Abaikan kalo ga suka ya 😅😅
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Ara Aulia
bunyi apaan tuh
2023-03-26
1
Ara Aulia
orang yg punya duit bebas ya 😅😅
2023-03-26
1
Ara Aulia
lebih tepatnya, takut Naura tau kalo orang tua dan serli udah mati 🤔 kayanya itu deh alesannya
2023-03-26
1