Menunggu hasil

...🔥🔥🔥...

"Pergi kalian dari sini!" bentak Prans dengan suara menggema.

Ceklek.

Prans menatap tajam, pada tangan seorang perawat pria yang baru saja membuka pintu perawatan.

"Apa yang kamu bawa? Benda apa itu?" tanya Prans dengan datar.

"I- ini sempel darah Nona Muda, Tuan. Do- dokter Samuel meminta ku untuk membawanya ke ruang laboratorium untuk melakukan pemeriksaan pada darah Nona." cicit perawat pria dengan peluh yang mulai ke luar dari keningnya, ke dua tangan dan kakinya gemetaran.

"Cepat pergi! Kau tunggu apa lagi, hah!" bentak Prans dengan nada tinggi, membuat perawat pria itu berjingkat kaget.

"I- iya Tu- Tuan... i- ini sa- saya mau pergi!" cicitnya dengan berlalu meninggalkan Prans.

Pak Dedi dan koki yang melihatnya hanya menundukkan kepalanya, tanpa berani berkata, jangan kan bicara, untuk menggerutu dalam hati pun seakan terkunci untuk berkicau.

Dreeet dreeet dreeet.

Prans merogoh hapenya yang ada di balik saku jas yang ia kenakan.

"Apa kau sudah berhasil melacak ke beradaan, Jessica?" tanya Prans pada orang yang menghubunginya.

[ "Berdasarkan dari informasi yang terakhir aku dapatkan, saat ini Jessica ada di jalan keramat, gunung abadi." ] terang Dava.

"Kau selidiki terus, apa yang ia lakukan di sana. Aku ingin apa yang sudah Jasen perbuat pada Naura, di rasakan juga pada adik tercintanya!"

[ "Baik bos, jangan lupa bayaran ku ya bos!" ]

"Kepala mu sebagai hadiah buaya ku, jika kau gagal melakukan apa yang aku perintahkan pada mu!"

[ "Dasarrr bos gendeng, aku tidak meminta bayaran dari mu bos! Asal Nona Muda selamat, biar Nona yang akan memberikan hukuman pada mu bos! Bos sialannn!" ]

"Anak buah kurang ajarrr! Ku kirim ke suku pedalaman baru tau rasa kau!"

Prans mengakhiri sambungan teleponnya setelah memaki Dava.

Ceklek.

"Apa aku sudah bisa menemui Naura?" tanya Prans, saat melihat Samuel berdiri di ambang pintu ruang perawatan.

Yang di ajak bicara malah memperhatikan lantai sekitar, yang tampak berantakan dengan pecahan beling di atas lantai.

"Ini ulah mu, Prans?" tanya dokter Samuel dengan kening mengkerut.

Bugh.

Prans melayangkan kepalan tangannya di dinding, melewati wajah dokter Samuel yang tampak meneganggg.

Darah segar nampak dari buku buku jari Prans yang tadi ia pukul ke dinding, "Dasar bodoh! Dokter gila! Bagai mana keadaan Naura? Kau malah memperdulikan lantai rumah ku? Dokter macam apa kau!"

Dokter Samuel tampak menciut nyalinya untuk menggoda Prans, gila... singa liarnya mulai mencari mangsa, ku harap kau segera sadar Nona.

"A- aku belum bisa mengatakan nya Prans, aku harus menunggu hasil tes labolatorium darah Nona, lebih baik kau tenangkan saja dulu emosi mu! Marah marah tidak akan bisa merubah apa pun, Prans." ujar dokter Samuel.

Prans menerobos masuk ke dalam ruang perawatan, dengan menyingkirkan dokter Samuel dari depan pintu.

Tatapan mata Prans yang tajam berubah menjadi tatapan yang sulit di artikan, dengan beberapa alat bantu medis yang terpasang pada tubuh Naura.

Membuatnya kembali merasakan sesak di dada, melihat orang ia cintai kini tergolek tidak berdaya di atas tempat tidur, dengan keadaan yang belum tahu bagai mana kondisinya.

Prans mengepalkan tangannya, melangkah perlahan menghampiri sang istri, Prans mengecup kening sang istri, menatapnya dengan dalam.

Prans berkata dengan lembut di telinga Naura, "Hai bocah nakal! Kau tau, kau sungguh sangat nakal, Naura! Aku sudah katakan jangan menghilang dari pandangan ku!"

Prans menggigittt daun telinga Naura, bulir bening menerobos mata Prans, aku sangat mencintai mu Naura, ku harap kau tahu itu! Kembali lah pada ku! Jangan sekali pun meninggalkan ku!

Prans menegakkan tubuhnya, menatap Naura dengan penuh amarah, ia berkata dengan suara yang naik satu oktaf.

"Sekarang kau sudah seperti ini kan! Kau tuliii hah! Kau tidak menurut pada perintah ku! Kau sangat senang dengan kondisi mu yang tidak berdaya hah!"

Bugh.

Indahnya langit senja Bandung, tidak bisa memberikan dampak baik pada apa yang sedang di rasakan Haikal.

Menjalankan tugas yang sudah di perintahkan Prans, adalah suatu ke harusan dan ke wajiban baginya. Mengabdikan hidupnya pada Tuannya, Prans.

Haikal mengawasi berjalannya prosesi pemakaman untuk keluarga Naura, mulai dari Heni, Atmaja dan Dito. Ke tiganya di nyatakan tewas oleh dokter Samuel, dengan luka tembak pada tubuh masing masing.

Sementara di tempat lain, prosesi pemakaman juga sedang berlangsung, dengan isak tangis dari pasangan suami istri yang tidak lagi muda.

"Kenapa hal ini harus menimpa putri kita, pah!" ucap si wanita pada suaminya dengan terisak.

"Papah juga tidak menduga hal ini akan menimpa putri kita, mah!" ucap sang suami, tangannya mengelusss batu nisan yang kini tertanam di atas pusara sang putri.

"Aku tidak mau tahu, pah! Kita harus membalas dendam atas kematian putri kita, Serli putri kita satu satunya pah!" ujar sang istri.

"Tidak mungkin, mah... mama tidak tahu siapa itu Prans... orang yang paling berkuasa di dunia bisnis perhotelan. Namanya terkenal bukan hanya di negara ini, tapi di negara lain juga namanya sangat tersohor. Tidak mungkin papah bisa menyentuh orang seperti dia, mah." ujar sang suami.

Sang istri menatapnya dengan tajam, "Lalu papa akan biarkan nyawa putri kita melayang dengan sia sia?"

Bersambung....

...💖💖💖...

Makasih yang udah sempetin mampir, jangan lupa tinggalin jejak komen, like.

Abaikan kalo gak suka ya 😅😅

Terpopuler

Comments

Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻

Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻

wkwk di gigit

2023-04-04

1

anggita

anggita

bunga🌷 utk author.

2023-03-31

1

Ara Aulia

Ara Aulia

lah ya emang udah ampe situ dia maen d novel 😅😅

2023-03-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!