Siang hari, di depan kampus. Mahasiswa sudah ramai berhamburan keluar, ada yang mata kuliahnya telah selesai dan langsung pulang ada juga yang mampir ke kantin dulu untuk sekedar singgah ataupun menikmati makan siang sambil menunggu kelas selanjutnya. Syaiqa dan Naya juga langsung keluar mengingat urusan panjang hari ini.
"Qa, semuanya udah siap. Pak Toni and The Gengs sudah berada diposisi." Kata Naya memulai percakapan.
"Ok." jawab Syaiqq tenang. Setelah semalaman penuh mengorek kembali perjalanan hari-hari yang lalu, akhirnya Naya mengingatnya. Ia tahu kenapa Kak Rays memanggil nonanya.
Itu pasti karena kejadian konyol di depan kelas beberapa minggu yang lalu, saat Kak Rays jadi dosen terbang. Iya pasti begitu, dia pasti malu dan kesel sama Qaqa, ah lihat saja aku udah mempersiapkan semuanya. Kalau dia macam-macam, heuhhh lawan dulu Naya.
Hari itu benar-benar hari yang sial, Syaiqa benar-benar tidak mau menyelesaikan soal yang diberikan Rays, selain tidak suka Syaiqa ternyata memang masih sangat trauma dengan mata kuliah yang satu itu. Kimia, dulu ia hampir saja mati di ruang lab kimia saat masih di sekolah menengah atas. Kejadian naas itu berawal karna dia sangat fokus mengerjakan tugasnya. Hingga jam pelajaran berakhir, belum ada hasil akhir yang diinginkan. Rasa penasaran telah merasuki pikiran Syaiqa, dia benar-benar ingin segera menyelesaikan campuran senyawa itu. Akhirnya, sore itu....
"Kalian duluan ya, aku ada perlu ke kantor guru sebentar." Kata Syaiqa pada teman sekelasnya. "Ok, kami duluan ya Qa, hati - hati! Sampai jumpa besok."
"Bye..."
"Bye..."
Aku harus segera menyelesaikannya, agar tidak masuk ke mimipiku nanti malam. Ia berjalan menuju ruangan satpam Pak Ali.
"Pak..., Pak Aaalii, Pak Aaaaaaliiii." Dari arah dalam ruangan keluarlah seorang bapak-bapak separuh baya masih lengkap dengan seragam hitam putihnya.
"Lho Non Syaiqa! Ada apa, kok belum pulang?" Tanya Pak Ali karena biasanya Syaiqa selalu pulang tepat waktu. Hari ini Pak Ali juga belum melihat sopir yang biasanya menjemput Syaiqa.
"Iya Pak, mau pinjam kunci lab soalnya barang saya ada yang tertinggal di lab Pak." Syaiqa mulai menjalankan misinya.
"Ooo boleh, boleh Non Syaiqa. Ayo bapak temani!"
Pak Ali berjalan menuju lab dengan Syaiqa mengekor dari belakang, sesampai di depan lab Syaiqa meminta Pak Ali untuk pergi duluan.
"Pak, Bapak duluan saja, sebentar lagi ada pertemuan pengurus sekolah kan Pak?" Tanya Syaiqa yang sudah mengetahui perihal tersebut.
"Iya Non, ya sudah Bapak kembali dulu ya. Hati-hati Non, nanti kuncinya jangan lupa di kembalikan." Syaiqa memang dikenal sebagai anak yang baik, sehingga Pak Ali pun pergi tanpa menaruh curiga.
"Baik Pak."
Beberapa saat kemudian Syaiqa memulai aksinya, ia melanjutkan mencampur senyawa dan beberapa bahan yang lain. Awalnya lampu hidup, namun berbahaya seandainya ada yang lewat dan mengetahui keberadaannya di sana. Setelah hanya tinggal menunggu hasilnya, Ia pun berjalan menuju saklar, dan "takk" selesai. Ia mematikan lampu ruangan tersebut dan merogoh tas sekolahnya untuk mengambil ponsel dan menghidupkan lampunya. Dengan sangat pelan, ia berjalan sambil menekan-nekan sandi ponselnya. Namun belum sampai lampu menyala, tiba-tiba...
Bruuukkkkkk
"Awww! Apa ini kenapa kau menimpaku, kau tidak tahu penelitianku hampir berhasil. Aduhh, sial! Aku harus bangun, tapi, kepalaku.... Aw, apa ini? Eumm darah, aku berdarah. Bagaimana ini aku tidak bisa menggerakkan kaki ku, bukan, aku yang tidak sanggup bangun untuk memindahkannya.
Sebuah benda besar dan berat menimpanya, sepertinya ia tidak sengaja membuat benda tersebut oleng hingga terjatuh dari tempatnya. Syaiqa terjatuh, kepalanya terbentur dan kakinya terjepit sebuah kursi yang ikut jatuh. Sebuah cairan didekat meja tersebut ikut tumpah yang akhirnya mengeluarkan asap, semakin lama semakin banyak. Sepertinya hanya menunggu beberapa saat lagi untuk meledak.
"Asap.....ada asap, tolong! Tolong aku... Hukk hukkk hukkkk."
Syaiqa terus berteriak dengan suara yang sudah parau, berharap ada yang mendengar.
Seorang laki - laki menggedor-gedor pintu dan mendobraknya. Itu yang terakhir ia dengarkan dalam keadaan yang sangat sadar. Setelah itu perlahan-lahan kesadarannya mulai berkurang, hingga ia benar-benar pitam dan kemudian pingsan. Ia tidak mengingat apapun lagi kecuali yang menolongnya saat itu adalah seorang laki-laki, bahkan ia tidak mengingat wajahnya.
Namun saat hari itu Rays menggantikan dosennya, ia seperti dipaksa untuk mengingat kembali kejadian naas tersebut. Itu karna Rays terus memaksanya untuk mengerjakan soal yang ia berikan. Hingga akhirnya ia keluar begitu saja dari kelas. Naya pun tak mau tinggal diam dia juga melakukan tugasnya dengan baik, tanpa memikirkan risiko apapun. Toh dia bukan dosen disini, kenapa aku harus takut. Mungkin begitu pemikirannya.
Tetapi hari ini ia tahu, kalau Rays tidak akan melepaskan mereka begitu saja, namun tentu saja dia akan meladeninya, semua pasukannya sudah siap siaga. Walau kalah di umur yang penting tidak kalah jumlah dan kehebatan...hehe.
"Qa kita tunggu dimana, jangan jauh-jauh dengan posisi pasukan. Aku yakin banget mereka pasti mau buat perhitungan sama kita, kamu lihat kan bagaimana muka Kak Zain hari itu. Menyeramkan."
Syaiqa terus berjalan dengan mode diam tidak ingin berkomentar apapun terhadap ocehan Naya. Padahal Syaiqa tidak sepenuhnya berpikiran seperti itu, tidak mungkin orang sekelas Kak Rays akan membalas perkara di kelas hari itu. Ia hanya sedang berpikir bagaimana menjelaskan kepada orang tuanya jika terjadi perkelahian hari ini. Bukan hanya dia yang akan dihukum tapi semuanya, semua pengawalnya akan dihukum, mungkin Naya juga.
Walaupun demi keselamatannya, tapi Naya tidak berhak ikut campur. Naya hanya temannya, hanya saja satu tahun ini dia selalu mengekornya kemana-mana. Ditengah lamunan Syaiqa, dan ocehan Naya, suara ribut pun terdengar. Suara anak-anak yang heboh dengan sesuatu. Hingga tiba-tiba....
Sebuah mobil sport keluaran terbaru berhenti di depan mereka, diikuti dengan beberapa mobil sport biasa dibelakangnya. Naya yang tersadar langsung ambil posisi di depan Syaiqa, seraya memberikan kode darurat kepada Pak Toni and The Gengs.
"Qa... Kamu mundur." Syaiqa mengernyitkan dahinya tidak mengerti. Namun tetap menurut.
Mundur, memang kamu mau jadi pahlawan ya? Ah palingan modus minta traktir. Yaudah deh tidak apa-apa. Aku juga penasaran dengan gaya kamu Nay. Asal kamu senang aku juga senang.
Sesaat kemudian Pak Toni and The Gengs telah mengambil posisi di sekeliling Syaiqa dan Naya. Tiba-tiba pintu mobil paling depan terbuka. Zain turun dengan sangat pelan dan wajahnya yang datar. Ia membuka pintu belakang dan turunlah seorang pangeran tampan yang mereka semua sadari itu adalah Rays.
Penampilannya berbeda dari biasanya. Ia terlihat lebih formal dan lebih keren dengan setelannya saat ini. Semua yang ada di sana terpana melihatnya. Ia berjalan dengan begitu tenang dan elegan lalu bersandar di depan mobil sambil melipat kedua tangannya. Rays menyapu pandangannya hingga tertuju pada Syaiqa, dan pahlawan-pahlawan di sekitarnya termasuk Naya.
"Heh." Rays menebarkan senyuman smirk, yang disambut meleleh oleh semua yang melihatnya. Teriakan mereka semua sudah biasa di pendengarannya. Bahkan Naya semakin terpesona dengan gaya Rays hari ini.
Namun hanya Syaiqa yang tidak menatapnya dengan antusias, hanya sebentar lalu menunduk dan melihat ke arah yang lain, bukannya ikut terpesona malahan menurutnya penampilan Rays biasa saja, biasa bagi mereka yang sering menggoda cewek-cewek. Dan itu sama sekali tidak penting untuknya. Ia hanya ingin urusan hari ini cepat selesai.
Di tengah ketegangan yang terjadi datanglah seorang kakak kelas yang sekelas dengan Rays, Mina.
"Rays...." panggilnya dari kejauhan. Namun belum sempat ia menghampiri Rays, Zain sudah menghadangnya. "YANG TIDAK BERKEPENTINGAN! MINGGIR!" Mina yang belum mengatakan apapun langsung terdiam setelah melihat Syaiqa juga ada disana dan memilih untuk mundur teratur, pasalnya ia tahu siapa dua laki-laki dan perempuan yang saling berhadapan itu.
Semua orang yang hadir di sana pun mulai berbisik-bisik.
"Apaan sih ni orang ganggu aja, tidak tau apa suasana sudah seperti pertarungan hidup dan mati. Tapi ngomong-ngomong kok Kak Rays ganteng banget ya hari ini, gayanya lagi, keren banget.. Aaaa jangan-jangan dia mau nyatain cinta lagi. Huh! Memang Kak Rays dan Syaiqa adalah pasangan paling serasi dari segala sisi."
Naya yang sempat mendengar itu mulai berubah pikiran. Iya juga ya, untung nona selalu kece, selamat lah. Sadar, sadar bodoh mereka itu mau balas dendam. Begitu perang yang terjadi di pikirannya.
Suasana pun bertambah hening mendengar ultimatum Zain, tidak ada yang berani bersuara lagi, mereka menyimak drama dengan khidmad.
"Minggir." perintah Rays pada Naya.
"Tidak bisa!" jawab Naya bersikeras tidak mau pindah.
"Minggir!" katanya sekali lagi. Tapi Naya malah membalas dengan menggeleng-gelengkan kepala dan mata melotot.
"Zainnnnn!"
"Apa? Mau keroyokan, ayo...panggil pasukan kalian kita juga udah siap kok! Pak Tonnnn! Pasang kuda-kuda!" tantang Naya pada mereka.
"SIAP!"
Rays memijit pelipisnya, dan menarik nafas kasar.
"Zain! urus semuanya!"
"Baik Bos."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments