Akhirnya setelah sekian keringat keluar dari tubuh kita, kota pun mulai terlihat dari kejauhan.
Kami pun bergegas kesana untuk mencari tempat beristirahat.
Setibanya kita disana kita berkeliling sejenak untuk melihat lihat seisi kota tetapi karena kota ini begitu besar Frisca menyarankan ku untuk berpencar supaya kita bisa menghemat waktu lantas aku pun menyetujui perkataannya.
Frisca mengambil jalan kearah barat sedangkan aku mengambil jalan kearah timur.
Kami mengambil jalan masing masing dan setelah aku pergi beberapa langkah dari tempat awal aku sudah tak bisa melihat batang hidung dari Frisca.
Aku melangkah maju disertai menengok ke kanan dan ke kiri, aku menjumpai banyak rumah dan banyak barang yang dijual di pasar.
Sensasi dunia lain memang berbeda ucap ku pelan.
Ku melangkah demi melangkah diiringi suara tapak kaki kuda.
Di dalam kota aku juga melihat mahluk lain selain manusia yang sepertinya tidak bermusuhan satu sama lain.
Banyak ras yang terdapat dalam kota seperti manusia bertelinga kucing, manusia bersayap serta ada juga manusia yang memiliki sisik seperti kadal.
Aku yang terkagum dengan sekitar tak melihat jalan hingga akhirnya aku tak sengaja menabrak seorang pria besar berbadan kekar di depanku.
Ia membalikkan badannya dan melihat tajam ke arahku.
Aku yang tak sengaja menabrak lantas meminta maaf kepadanya namun ucapan maaf ku tak tersampaikan dengan baik.
Ia marah terhadapku dan menantang ku untuk bertarung melawannya.
Tentu aku menolaknya dikarenakan perbedaan kekuatan namun pria besar itu terus mengajak duel dengan menghina diriku ia berbicara dengan suara yang lantang hingga orang orang disekitar kita menoleh kepada kita dengan tatapan heran.
Namun setelah mereka menoleh kearah pria besar itu mereka semua mengucap sesuatu dengan suara pelan.
Ah dia sial sekali bertemu dengannya"
Kau benar, minimal jika bertarung dengannya akan mengalami patah tulang"
Begitulah yang dapat kudengar hingga akhirnya pria besar itu mendorong ku hingga aku mundur beberapa langkah akibat dorongannya.
Aku berniat untuk kabur dari tempat tersebut namun situasi tidak mendukung dan juga jika aku melawannya bisa jadi aku akan mati.
Tubuhku akhirnya mengeluarkan keringat dingin dengan cukup banyak, aku menoleh ke kanan dan ke kiri berharap ada yang ingin membantu tetapi harapanku langsung hancur karena ketika ku menoleh mereka semua langsung membuang muka dariku.
Aku yang sudah tak memiliki harapan pun menundukkan kepalaku dengan pasrah berharap tidak mengalami luka yang begitu parah namun disela ku berfikir, pria besar yang dihadapan ku ingin menyerang ku dengan pedang besar di punggungnya, ia mengayunkan pedangnya dan hampir mengenai kepalaku namun reaksiku lebih cepat, aku pun berhasil menghindari serangannya dan mengambil jarak darinya.
Aku melompat mundur kebelakang dan hampir kehilangan keseimbangan karena aku yang tiba tiba melompat.
Pria besar itu memujiku dengan ucapan yang sedikit menghina, lalu diakhir ucapannya ia menerjang maju ke arahku dan aku pun berlari menjauh dengan menghindari serangannya.
Ketika aku ingin kabur lebih jauh pria besar itu menghalangi ku, aku pun terhenti karena ia yang sudah berada di depanku.
Aku merasa kebingungan dengan situasi saat ini, aku tidak memiliki sebuah senjata pun selain pisau yang ku gunakan untuk memotong daging monster.
Lalu aku melihat kearah pisau yang ku punya satu satunya aku tidak berfikir bahwa pisau ini bisa melukainya namun aku tak memedulikannya, demi aku bisa bertahan hidup aku pun bertarung Dengannya walau tak ada kemungkinan untuk hidup.
Aku yang mengeluarkan pisau kecil dilihat oleh pria besar itu dan lantas ia dan orang disekitar menertawakan ku.
Aku tak menghiraukan mereka semua, aku pun mengambil aba aba untuk menyerang.
Pria besar yang melihatku dalam keadaan bersiap lantas menggenggam pedang besarnya dengan kuat lalu menerjang kembali ke arahku.
Aku pun menahan Serangannya dengan pisauku namun ternyata benar pisauku tak bisa menahan Serangannya.
Ketika pisauku terkena langsung dengan serangannya aku pun mundur kebelakang beberapa langkah untuk mengambil jarak.
Kulihat pisauku satu satunya sudah mengalami kerusakan cukup parah, terlihat pisauku memiliki retakan yang cukup besar.
Mungkin sekali serangan kecil darinya pisauku akan hancur dan serangannya akan mengenaiku.
Pria besar itu lantas menyombongkan dirinya dan menghinaku dengan Suara keras.
Ia menunjuk ke arahku dengan tatapan menghina.
Aku tak menghiraukannya dan mulai memikirkan cara membuatnya terluka tanpa diriku mengenai luka fatal.
Aku terus berfikir dengan terus mendengar ocehan dari orang disekitar ku.
Disela ku berfikir pria besar itu semakin marah karena ia berfikir aku telah meremehkannya.
Ia semakin marah terhadapku lalu mulai menyerang ku kembali dengan kecepatan lebih cepat dibandingkan sebelumnya.
Kini ia membuatku menjadi lebih sulit menghindar.
Luka goresan terus bermunculan pada tubuhku karena Serangannya selalu mengenaiku.
Tenagaku mulai terkuras namun sejauh mataku memandang aku tak melihat ia berkeringat sedikit pun.
Aku mulai kelelahan akibat aku yang selalu menghindar.
Aku terus mencari titik lemah dari pria besar itu namun tak kunjung menemukannya.
Aku pun mulai berusaha menyerangnya dan terus menghindar dari serangannya agar senjataku satu satunya tak hancur.
Aku Terus melancarkan serangan ku dan benar saja serangan ku tak ada yang melukainya.
Aku mulai berpikir untuk menyerah dan pasrah namun aku tak melakukannya.
Dan akhirnya di ujung usahaku aku terjatuh akibat terlalu lelah, pria besar yang melihatku sudah terjatuh tak menyia-nyiakan kesempatan ini dan mulai mengayunkan pedangnya ke arahku.
Disaat pedang itu sudah hampir mengenaiku tiba tiba ada suara nostalgia yang mengerumuni kepalaku.
"Jangan mati"
"Jangan mau kalah"
Suara nostalgia itu terus menggema di kepalaku.
Akhirnya aku memutuskan untuk terus berusaha bertahan hidup walau harus kehilangan anggota tubuhku.
Aku berdiri dengan cepat untuk menghindari serangannya.
Craaat.
Darah segar mengalir persis di sampingku.
Aku merasakan sensasi hangat dari arah kiri ku.
Aku mulai tak bisa menggerakkan tangan kiri ku karena tangan kiriku terlepas dari tubuhku.
Pria besar itu berhasil melancarkan serangan fatal pada diriku.
Ia memotong tanganku layaknya memotong sayur sayuran.
Tanganku yang terlepas dari tubuhku melayang keatas berputar putar di udara.
Disaat tanganku melayang aku berhasil menemukan titik buta dari pria itu, lalu aku pun menggenggam pisauku dengan erat dan menerjang maju ke arah pria itu.
Dan Serangan Ku tepat mengenai titik buatnya dan memberikan luka yang fatal untuknya, dengan luka yang kuberikan ia pun menjatuhkan pedangnya dan merintih kesakitan.
Disaat ia ingin menjaga jarak dariku, aku tak membiarkannya pergi dan kembali memberikan luka fatal kepadanya, ku tusuk tubuhnya pada area jantung dan ia tak bisa menghindarinya.
Ia kemudian terjatuh akibat serangan yang kuberikan.
Aku mundur beberapa langkah setelah menyerangnya.
Aku mulai tergopoh-gopoh akibat terkurasnya darah dan tenagaku.
Aku pun mulai kehilangan kesadaran ku dan aku pun jatuh tersungkur di atas tanah disaksikan oleh banyak orang disana yang terdiam setelah melihat kekalahan pria kekar itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments