Bab 3, pertemuan tak terduga

Hari pun berlalu di keesokan harinya sinar matahari menyinari hingga ke mataku menyuruhku untuk bangun dan jangan bermalas-malasan.

Aku pun membuka mataku dan berdiri untuk merenggangkan badanku yang kaku sehabis pertarungan kemarin. Aku melihat sekeliling dan melihat Frisca tak jauh dari tempatku tidur. Melihat Frisca yang tidur layaknya bayi yang baru selesai menangis aku pun enggan untuk membangunnya toh kemarin dia pasti kesulitan mencerna informasi yang mendadak menyerang kepalanya.

Aku pun memutuskan untuk keluar dari Goa untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan. Aku sempat melihat sekeliling sejenak hingga aku teringat bahwa aku memiliki daging monster yang kubawa setelah pertarungan kemarin. Sebagai mahluk yang bersusah payah untuk bertahan hidup tidak masalah bukan untuk memakannya pikirku dalam benak.

Aku menghiraukan rasa curigaku dan aku berjalan mendekati daging monster itu, Yap sesuai dugaanku daging itu memiliki tekstur yang sangat keras, bahkan aku yang sudah berhasil membuat pisau dari batu bisa untuk memotong daging rusa tetapi kini dihadapan ku terdapat daging monster yang sangat sulit untuk dipotong bukan hanya dagingnya tapi kulitnya pun sangat keras.

Aku berusaha sekuat tenaga untuk memotong daging monster itu dan usahaku tidak sia sia aku berhasil menyayat daging monster itu.

Potong demi potong aku mulai mencari potongan kayu untuk membuat kayu bakar supaya aku bisa memasak daging monster itu.

Setelah lama ku berusaha memotong serta mencari kayu untuk dibakar aku berhasil memasak daging monster itu, ku masukan jadi satu antara daging, jamur kemarin serta air yang katanya bisa menyembuhkan penyakit. Ku Aduk rata dengan mengerahkan sedikit tenaga.

Munculah asap tebal dari tempat ku masak, bau semerbak bunga yang baru mekar, bau dari masakan yang ku masak sangatlah harum hingga Frisca yang tertidur lelap terbangun dari tidurnya.

Ia mengusap matanya yang masih penuh kotoran mata, rambutnya yang berantakan seperti sarang burung.

Aku yang melihatnya sempat menahan tawa hingga akhirnya tak tahan dan aku mengeluarkan sedikit suara tawaku.

Frisca yang baru bangun tidur tidak sadar bahwa aku sedang menertawakannya, ia berjalan menuju arah masakan ku.

Ia menghirup aroma sedap dari masakan ku dan aku yang melihatnya sedikit senang bahwa ada orang yang sedikit menyukai aroma masakanku.

Ia menanyakan apa yang ku masak lalu aku menjelaskan padanya bahan yang ku masak.

Ia sempat terkejut sejenak lalu ia menghiraukannya dan ia duduk tepat disebelah ku.

Ia seperti tak sabar untuk memakannya walaupun ia masih dalam keadaan setengah sadar kepalanya yang naik turun seperti jungkat jungkit dan akhirnya kantuk yang ditahan tak lagi bisa ditahan, ia kembali tertidur dan kini ia bersandar tepat di kanan bahuku, dengan mukanya yang polos ia tertidur lelap di bahuku.

Menit demi menit masakan ku akhirnya matang dan kini baunya lebih harum dibandingkan sebelumnya dan Tanpaku sadari Frisca yang awalnya tertidur lelap di bahuku kini ia sedang menatap makanan yang ada didepannya.

Ia sudah sangat tak sabar, air liur yang keluar dari mulutnya menandakan bahwa ia sudah sangat kelaparan, aku yang melihatnya tersenyum sedikit lalu menuangkan makanan di wadah yang sudah kusiapkan.

Makanan panas dituangkan didalam wadah diselimuti oleh asap tebal, aku yang sudah kelaparan pun menuangkan makanan di wadah satunya.

Kini kita sudah saling memegang makanan masing masing lalu dengan lahap kita memakannya. Gluk gluk.

Kami meneguk makanan yang ku buat dan tanpa kita sadari makanan yang di wadah sudah habis, aku terus menuangkan makanan itu kedalam wadah dan kita terus memakannya hingga habis.

Aku duduk bersandar di batu yang cukup besar dan mengelus perutku yang membesar akibat aku yang memakan terlalu banyak. Aku menengok kearah Frisca dan tampak raut wajahnya sangat puas karena makananku.

Aku pun turut senang karena melihatnya puas dengan makananku.

Kami pun terus melanjutkan aktivitas kita sehari-hari dan kini telah 1 bulan kita tinggal bersama dalam Goa.

Setelah lama tinggal dalam Goa kita memutuskan untuk pergi dari Goa untuk mencari peradaban baru.

Frisca menyarankan untuk pergi ke arah Utara dari arah Goa dan lalu aku menyetujuinya.

Kami pun mengumpulkan perlengkapan yang dibutuhkan untuk perjalanan kita yang cukup jauh.

Kami pun memulai perjalan di keesokan harinya.

Di pagi hari kami bangun dengan semangat diiringi oleh lantunan suara burung dan suara binatang, Angin kencang yang berhembus membuat rumput dan daun di pohon bergoyang.

Kami pun memulai perjalanan kita dengan perlengkapan yang sudah kita siapkan kemarin.

Kami berjalan cukup jauh hingga sudah tak nampak lagi hutan yang kita tinggali.

Aku mengusap kepala ku dikarenakan keringat yang memenuhi kepalaku.

Kami pun memutuskan untuk beristirahat setelah lama berjalan kaki.

Kami berbincang-bincang dan memakan perbekalan kita. Waktu yang kita habiskan cukup lama hingga akhirnya kita menyudahi kegiatan istirahat kita dan melanjutkan perjalanan.

Di Perjalanan aku menjumpai banyak hal yang benar benar baru, aku yang memang tinggal di hutan sudah seperti penghuni tetap disana dan juga karena aku yang tak pernah keluar hutan aku jadi tidak mengetahui hal hal yang selain dari hutan.

Aku berjalan dengan kagum yang mengiringi perjalanan kita.

Dan kita terhenti pada suatu suara yang cukup keras dari arah yang tak jauh dari tempatku dan Frisca berada dan arahnya datang dari Utara.

Aku menengok kearah Frisca seolah memberi kode dan ia menganggukkan kepalanya seolah mengerti apa yang kulakukan.

Tanpa berlama lama kita bergegas kearah dari suara keras itu berada.

Kami berlari dengan cepat dan alangkah terkejutnya kita berdua bahwa tempat dimana terdengar suara itu ternyata adalah suara dari sekumpulan orang yang sedang diserang oleh suatu monster.

Disana terlihat ada orang yang sudah tumbang yang disertai luka parah di bagian dadanya, ada yang sudah tak bernyawa dan sisanya masih bersusah payah untuk melawannya.

Pria yang ada disana sedang membawa pedang dan menggunakan pedang itu sebagai senjatanya.

Walaupun orang disana sudah menyerang menggunakan pedang yang notabenenya tajam tapi tak membuat luka sedikitpun.

Aku dan Frisca yang melihat dari kejauhan sedikit kebingungan bagaimana cara untuk menolong mereka tanpa membuat diri sendiri tak terluka parah.

Lalu aku memiliki ide dan aku menjelaskannya kepada Frisca.

Setelah mendengar secara seksama Frisca pun mengerti akan ide yang ku buat dan tanpa berlama-lama kita mulai melakukan strategi yang sudah di setujui bersama.

Dan benar saja setalah kulihat titik buatnya dan menyerangnya kita berhasil mengalahkannya dan tentu memakan waktu yang cukup lama untuk mengalahkannya.

Manusia yang tersisa terkejut kita bisa membunuhnya dan akhirnya mereka berterima kasih kepada aku dan Frisca.

Aku bertanya kepada salah seorang yang berada disana yakni apa yang terjadi? Kenapa kalian tiba tiba bisa diserang monster?.

Mereka menjelaskan bahwa tak ada satupun dari mereka mengetahui alasan mereka diserang tapi dari salah satu ucapan mereka diduga bahwa karena mereka tak sengaja memasuki sarang Monster dan membuat mereka marah.

Setelah mendengar cerita mereka aku pun berkeliling untuk memastikan bahwa sudah tak ada monster lagi.

Aku berkeliling dan tak menemukan satu monster satupun tapi bukannya menemukan seekor monster aku menemukan seorang wanita dalam kereta kuda, ia nampak kesakitan didalam.

Aku yang melihatnya kesakitan lantas membuka pintunya dan mengeluarkan wanita itu. Dari kejelasan salah satu orang disana dapat disimpulkan bahwa wanita yang didalam tak sengaja terserang oleh monster yang telah ku bunuh dan luka yang diterimanya cukup dalam.

Orang orang yang disekitar sana terlihat panik setelah melihat wanita yang didalam terluka.

Mereka bersedih karena mereka berfikir sudah tak bisa menyelamatkan nyawa wanita itu.

Wajah dari wanita itu memelas minta pertolongan kepadaku dengan wajah yang sangat kasian.

Aku yang melihatnya memohon kepadaku dengan wajah memelas tak berani menolaknya, aku pun menyuruh Frisca menyerahkan botol yang berisi air yang bisa menyembuhkan luka.

Frisca menuruti perkataan ku, ia mengambil botol yang berisi air yang dapat menyembuhkan luka dan menyerahkannya kepadaku.

Aku pun mengambilnya dan berbalik badan untuk menghampiri wanita itu.

Aku mendekatinya lalu kubuka mulut wanita itu dan menegakkan air dari botol yang kupegang.

Orang yang disekitar ku hanya bisa melihat dengan tatapan berharap tinggi padaku.

Setelah selesai menelan air itu, luka yang ditubuhnya pun menghilang sedikit demi sedikit hingga sudah tak terlihat lagi.

Aku beranjak untuk berdiri dan menghampiri Frisca untuk melanjutkan perjalanan kita.

Sebelum kita beranjak pergi orang orang yang bersama wanita itu berterima kasih kepadaku dengan menundukkan kepalanya berulang kali.

Disertai dengan ucapan terima kasih kami pun melanjutkan perjalan kita untuk menuju kota terdekat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!