"Oh hahaha, lagian mama sih ngomongnya gak di perjelas. " Balas Andika sambil terkekeh pelan.
###
"Jadi gimana Dika?. " Tanya Bu Widia lagi.
"Gimana apanya mama? Dika lagi sibuk gak ada waktu nyari calon istri, dari pada mama maksa minta cucu kenapa gak mama cariin aja istri buat aku. " Ujar Andika.
Mendengar hal itu perasaan Bu Widia sangat senang dan antusias.
"Beneran? kamu mau mama yang cariin?. " Tanya Bu Widia antusias.
"Hmm terserah mama aja, kalau mama yang nyariin pasti itu pilihan yang terbaik buat Dika. " Jawab Dika.
Bu Widia langsung kegirangan mendengar ucapan anaknya barusan. Perempuan setengah baya itu merasa pembicaraannya dengan Bu Dewi tadi tidak sia-sia.
"Tenang aja, mama bakalan siapin calon istri terbaik buat kamu. " Ujar Bu Widia kemudian berlari keluar dari ruangan kerja anaknya untuk menemui suaminya.
Andika yang melihat kebahagiaan mamanya juga ikut tersenyum. Tidak ada yang lebih penting baginya selain senyum dari mamanya itu.
Andika tidak ingin ambil pusing dengan siapa dirinya nanti akan di jodohkan. Baginya urusan perempuan itu bisa di atur belakangan.
Cukup memberikanya uang belanja yang banyak, rumah mewah dan pelayan yang siap siaga selama 24 jam maka tidak akan ada masalah dalam kehidupan rumah tangganya nanti.
Seperti itulah pemikiran Andika tentang perempuan yang akan mamanya pilih.
"Apa yang tidak mampu aku lakukan?. " Lirih Andika menyombongkan keahliannya yang selama ini mampu memikat para klien dan investor.
Andika yakin mampu membuat perempuan pilihan mamanya nanti mau bernegosiasi dengannya seperti para invesornya. Agar kehidupan rumah tangga yang mereka jalani berjalan dengan lancar.
###
Pagi Hari di kediaman Wicaksono.
Keluarga Wicaksono yang terdiri Pak Putra, istrinya, Aulia bersama suami dan anak-anak nya terlihat sedang asik menikmati sarapan pagi bersama, kecuali Alea yang baru bangun dari tidur nyenyak nya setelah pulang berpesta.
Dengan langkah gontai dan rambut yang masih sedikit acak-acakan Alea berjalan menuju meja makan.
Liana dan Liani, anak kembar dari Aulia langsung menyambut Alea dengan ekspresi senang.
"Bibi.... " Sapa Liana.
"Selamat pagi Bibi Alea. " Timpal Liani.
Kedua anak kecil itu sangat antusias melihat bibinya.
"Halo sayang-sayangku, kalian happy pagi ini?. " Balas Alea menghampiri keponakannya dan menciumi mereka satu persatu.
"Yah tentu saja. " Balas Liana.
"Hihihi." Liani nampak cekikikan karena geli, Alea menciumi lehernya dengan kasih sayang.
"Alea, tadi malam kamu abis minum kan? Anak-anak jangan langsung di ciumin gitu dong"Tegur Aulia.
" Kenapa sih emangnya kan baunya udah ilang, aku udah sikat gigi kok, iyakan sayang-sayangku? Bibi bau gak?. " Tanya Alea kepada kedua keponakannya.
"Tidak, bibi wangi anggur, hmmm enak. " Ujar Liana setelah mencium pipi Alea.
"Tuh kan!. " Pekik Aulia. Aulia memang anak yang penurut kepada orang tuanya namun bagi Alea kakak perempuannya itu seperti nenek sihir yang sering mengomelinya.
Liana dan Liani langsung berubah murung karena melihat mamanya marah.
"Udah dong sayang, lagian juga kan Liana sama Liani gak bakalan ikut mabuk kalau cuman di cium sama bibinya. " Ujar David, suami Aulia.
"Tuh dengerin, jangan ngomel mulu baru pagi juga, nanti keriputnya nambah loh. " Balas Alea.
"Dasar!. " Aulia berdecak kesal. Kalau sudah di terus oleh suaminya Aulia akan langsung menurut meskipun perasaan sebal terhadap Alea tetap masih ada.
"Sudah-sudah, Alea duduk. " Ujar Pak Putra menengahi pertengkaran anak-anak nya.
"Iya pa, ini udah duduk kok. " Balas Ale duduk di samping mamanya.
"Alea, kamu bisa nggak sih kurang-kurangin pergi ke pesta-pesta gak pe tinggi kayak gitu, ingat gak semalam kamu abis ngapain aja? Kamu gak takut di culik sama teman-teman kamu itu terus diapa-apain?. " Oceh Bu Dewi.
"Di apa-apa gimana ma? Yang ada aku yang bakalan apa-apain mereka. " Balas Alea.
"Tadi malam kamu tuh ngomong gak jelas dan ngata-ngatin papa sama mama tau. " Ujar Aulia.
"Masak sih? Emang iya ma? Pa?. " Tanya Alea.
Pak Putra hanya menghela nafasnya.
Sementara Bu Dewi langsung mengangguk.
"Duh maaf ya ma, pa, lain kali aku gak bakalan minum banyak lagi deh, janji, hehehe. " Ujar Alea.
"Bukannya tobat malah di tawar.. . " Ujar Aulia sinis.
"Yeee, sibuk banget sih ngurusin hidup orang, uang-uang aku juga kok. " Balas Alea.
"Sudah-sudah, selesaikan makanan kalian, jangan berdebat di depan makanan. " Tegur Pak Putra. Jika tidak seperti itu, kedua anak perempuannya akan terus berdebat.
"Iya pa.. "
"Iya pa.. "
Alea dan Aulia serentak.
Sarapan pagi itu kemudian berlangsung sunyi, hanya terdengar suara piring dan sendok yang beradu.
Setelah sarapan Aulia dan David langsung berpamitan untuk mengantar anak-anak mereka kesekolah sekaligis langsung mereka akan langsung pergi ke kantor mereka masing-masing.
Aulia bekerja sebagai seorang pengacara sementara suaminya memiliki lembaga hukumnua sendiri.
"Alea, kamu gak ada jadwal mengajarkan hari ini?. " Tanya pak Putra.
"Hmmm nggak ada pa, soalnya ada kegiatan expo, paling Alea nanti cuman ngadain kuliah via Zoom aja nanti sore, kasian kalau mereka mesti capek-capek ikut kegiatan expo terus mesti masuk kuliah juga, yang ada pelajaran gak bakalan ada yang masuk ke otak mereka. " Ujar Alea.
"Baguslah, kalau gitu ada yang mau mama dan papa omongin sama kamu. " Ujar Bu Dewi.
Alea yang mendengar itu menatap heran sekaligus penasaran kepada orang tuanya.
Bersambung.. .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments