Raja Apilong Menyeringai saat melihat tubuh ringkih Malda. "Dan untuk cucuku tersayang... Letakkan dihadapanku!"
Orang berjubah hitam itu meletakkan Malda Dihadapannya. Ia masih terpejam saat tunuhnya di totok begitu saja oleh orang berjubah hitam sruhan dari Raja Apilong yang terkenal sangat kejam itu.
Tak.
"Allahuakbar!"
Splaahhh..
"Arrrhhggtt.. Kurang ajar! Apa yang kau lakukan anak sialan!" teriaknya saat merasakan jarinya tersengat listrik bertegangan tinggi dari tubuh Malda yang coba ia sentuh tetapi kesetrum.
Malda segera membuka matanya saat mendengarkan suara seseorang yang tidak ia kenal sama sekali.
Klep,
Klep.
Deg!
Deg!
Malda spontan saja mundur ke belakang. Ia sampai terjerambab saking terkejutnya dengan penampakan wajah Raja Apilong yang seungguhnya.
"Astahgfirullah ya Allah.. Binatang bercula badak tapi wajahnya mirip An jing dan juga kulitnya seperti bersisik ular! Baunya sangat amis! Seperti amis darah! Dan i-itu.. Siapa gadis-gadis itu?! Kenapa mereka meminta tolong padaku? Bang satria!!! PakCik Burhan!!!! Allahuakbar!!!"
Splashhh..
Ddduuuaaarrr..
"Malda!!!"
"Lya!!!" pekik dua orang yang saat ini sedang di ikat di pohon obat itu.
Pohon itu pun saat ini beraura gelap. Bahkan sangat gelap. Malda bisa melihatnya walau dirinya kini sedang di cekik oleh Raja Apilong.
Mereka sangat terkejut melihat Malda dicekik dengan spontan menggunakan kekuatan Raja Apilong.
Karena ia tidak bisa menyentuhnya secara langsung, Raja Apilong menggunakan kekuatan nya untuk mencekik Malda.
"Tidaaaaakkk.. Jangan Malda datok! Aku saja!" pekik Pakcik Burhan
"EErrggghhtt.. Allahuakbar! Tiada yang lebih kuasa daripada Mu ya Allah.."
Brruuukk..
"Aarrggghhtt.. Panas! Panas! tanganku terbakar! Pendekar!!!!" pekiknya pada orang yang berjubah hitam itu.
Malda memejamkan matanya saat merasakan panas di lehernya. Susah sekali untuk menarik nafas dan juga untuk mengeluarkan udara karena sangat panas.
"Lya!! Bangun Lya!!" Pekik Satria dari tempatnya dengan terus meronta-ronta ingin di lepas.
Raja apilong kesal melihat Satria hingga ia mengeluarkan kekuatannya dan mengarahkan nya pada Pakcik Burhan.
Splaashhh..
"Aarrggghhtt.."
"Ayahanda! Bangun ayahanda!! Beratahan!! Kurang ajar! Kenapa kau melukai ayah ku huh?!" pekiknya dengan suara lantang.
"Cih. Ayah kau itu ribut saja. Ini baru gilirannya. Sebentar lagi giliran kau anak muda! Bersiaplah! Sebelumnya cucu tersayangku ini!" katanya sambil menyeringai jahat menatap Malda yang mengeluarkan air mata karena saking sakitnya rasa panas yang sekarang menjalar di seluruh tubuhnya.
"Hahahaha.. Ternyata hanya segitu kekuatan mu? Mana kekuatan yang baru saja kau tunjukkan padaku cucu ku tersayang....??" katanya dengan segera mengangkat tubuh Malda hingga melayang tinggi.
"Arrggghhtt.. Panas.. Panas.. Allahuakbar!" pekik Malda dalam hati.
Sekilas terasa oleh raja Apilong. Tetapi ia tidak peduli. Ia tetap bertahan. Walau rasanya sangat sakit terasa, cengkaraman yang ia gunakan melaui kekuatan semakin kuat saja mencekik leher Malda.
"Tidaaakkkk!! Jangan Lya ku!! Breng sek kau raja Apilong!! Alam akan mengutukmu karena telah membunuh keturunan asli kerajaan datok Amirullah!! Kau pembunuh! Iblis berparas manusia!! Kau pembunuh! Iblis lak nat!! Aaaaaaaa!!!!!" pekiknya sekuat tenaga dan meronta-ronta.
Hahahahaha...
Suara gelegar tawa itu membahana di seluruh telaga itu. Ia menyeringai lagi. "tidak ada gunanya kau hidup cucu ku tersayang! Lebih baik kau menyusul ayah dan ibu mu ke neraka! Pergilah ke tempat mereka untuk selama-lamanya! Hahahaha..."
Blam!
Splaasshhh..
Pyarrrrr!!
Mata Satria melotot marah. Nafas itu memburu. "Tidaaaaaakkk... Lyaaaaaa!!!! Tidaaaaaakkk Aaaaaaaaa...." pekiknya sekuat tenaga saat melihat Malda terjatuh kedalam telaga biru yang tak berdasar itu.
Sekuat tenaga ia meronta. Hingga...
Splaahhh..
Byuuurrr
Semburan warna merah kental keluar dari mulut Satria. Sakit sekali. Mata itu terpejam seiring dengan Malda yang semakin tenggelam ke dasar telaga yang bisa membunuh siapa pun dalam waktu lima belas menit saking dinginnya hawa air dibawah sana.
Tubuh Satria bergetar hebat. Tetapi sekuat tenaga ia bertahan.
Hhahahaha...
Gelegar suara tawa itu terus membahana di seluruh penjuru telaga Biru yang kini sudah berubah menjadi berwarna merah darah dan menyala.
Satria menitikkan air matanya, tetapi tetap berusaha bertahan demi bisa menyelam ke air tawar tetapi bisa membunuh dalam waktu lima belas menit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments