Happy reading!!!
😘😘😘
*****
"Bang Andrian," panggilku pada orang yang berjalan menuju parkiran. Kebetulankah ini? Aku sedang menunggu Pian disini dan aku melihat bang Andrian berjalan sendirian ke arahku, eh, parkiran maksudku.
Dia menoleh dan tersenyum, manis, kan? Tapi, kok kayak terpaksa gitu, matanya nggak ikut tersenyum.
"Bang, menurut abang jurusan yang bagus itu apa? IPA atau IPS," tanyaku mencoba topik lain selain surat cinta. Aku lihat dia kayak kaget pas kutanya gitu. Berharap ditanya soal surat cinta yah?cie cie cie, jingkrakku dalam hati. Aku menahan senyumku dan berdehem untuk mengembalikan ekspresiku ke mode serius.
"Dua-duanya bagus dek, tergantung kita nyamannya dimana. Emang adek pengen jadi apa nanti? Maksud abang pengen lanjut jurusan apa kalau nanti kuliah? Kan, bisa di tentukan dari sekarang, kalau misal pengen jadi dokter atau bagian kesehatan lainnya, cocoknya ambil IPA, kalau mau jadi guru, harus tau dulu mau guru apa, terus kalau mau jadi pengacara atau akuntan ambil IPS aja, pokoknya cita - cita kamu apa dulu, baru gampang pilih jurusan."
Aku mengangguk-anggukkan kepala tanda paham. 'Hadeh kalau soal itu aku paham bambang, otakku kan encer, aku cuma pengen ngobrol sama abang aja,hihihi.' Aku terkikik dalam hati.
"Ohh gitu yah bg, aku sih cita - citanya pengen jadi pendamping abang aja, jurusan apa yah yang cocok?" Hahhaaha, puas bangat rasanya liat muka dia yang kaget karena nggak nyangka pertanyaan aku.
"Heheheh, kalo itu-itu-- akh adek ini canda aja." Dia terkekeh kikuk dan menoleh kesana kemari. Kena mental yah? Hahahha, makanya balas suratku.
"Ya udah--"
"Yodah--"
Kan, samaan lagi kan, emang jodoh ini.
"Adek duluan." Cuit cuit cuit. Adek?
"Yodah bang, makasih yah, nanti aku pikir-pikir dulu deh aku mau jadi apa setelah lulus, ntar kalo aku ada kesulitan dan butuh teman sharing, aku tanya abang lagi yah." Jangan kendor shayy, gas terus.
Dengan kikuknya dia mengangguk dan menjawab iya.
Baiklah cukup untuk hari ini, besok-besok aku tanyain lagi. Aku berlari ke arah motor Pian dan ternyata human sebiji itu udah berdiri di samping motor dan menatap aku horor.
"Heh, emang lo pikir gue ini kambing congek, yang harus nungguin lo pacaran?" bentaknya galak, biji matanya hampir copot dari sarangnya.
Apa katanya tadi? Lo?
Wah, udah tercemar ini.
"Kamu panggil aku apa? Lo? Keren kamu sekarang yah?" tanyaku tak kalah garang. Sebenarnya nggak apa-apa sih dia pake lo gue, cuma aku butuh tameng karena dia udah nungguin aku tadi samperin gebetan, hihihi.
"Kenapa? Masalah buat lo?" tantangnya.
"Ya jelas masalah Pian, kamu kan tau, ibuku larang kita pake panggilan itu, ntar kebiasaan Pian jatohnya jadi nggak sopan."
Ibuku memang nggak suka kalau aku ngomong bahasa lo gue, mamanya Pian juga. Biasa ibu-ibu jaman dulu.
"Akh capek gue nahan-nahan, kaku mulut gue lama-lama kalo ngomong aku kamu terus. Udah deh, ayok buruan, lapar gue," ajaknya sambil menaiki motor.
Aku memasang helem dan berkata pada Pian.
"Geli tau dengar kamu ngomong gitu, mulut kamu nggak kebat kebit gitu?"
"Biasa aje, buruan cepat, lelet!" dumelnya sambil mengambil alih mengaitkan helm ku karena entah kenapa aku kesulitan kali ini.
Aku menatap Pian yang sedang mengaitkan helm ku, aku tersenyum karena baru saja memujinya dalam hati 'ternyata dia ganteng juga'.
"Naik! Senyam senyum sendirian. Iyah, gue akui gue ganteng!" katanya lantang dan aku yang baru aja duduk langsung turun lagi. Aku berjalan dua langkah ke depannya dan menatapnya horor. "Kapan aku bilang kamu ganteng?" tanyaku.
"Pake ngeles segala, mukak kamu yang bilang. Cepat naik, kalo nggak aku tinggal nih," ucapnya sambil menstater motor. Aku buru-buru naik ke motor, nggak mau di tinggal dan ujung-ujungnya naik angkot. Tapi aku heran deh, tadi Ririn, sekarang Pian, apa yang aku omongin dalam hati bisa tercetak di muka aku?
Maham anga,plis tolong bantu jawab!
-----oooo------
"Yu, ntar minggu depan pelajaran olah raga kita praktek ke kolam renang." Ririn memberitahuku karena tadi aku izin ke toilet jadi nggak dengar pengumuman.
"Hadeh malas bangat dah, aku mau bantuin mak bapak ku lah di toko." Ini hanya alasan saja, pada kenyataannya ini jarang terjadi. Orang tuaku punya toko kelontong di pasar, buka setiap hari. Tapi kami anak-anaknya tidak dipaksakan ikut kerja di toko, cukup kerjakan PR dan beresin rumah. Itu aja, ibuku pasti sudah sangat senang, apalagi kalau aku berbaik hati, memasak makan malam, wah ibuku tambah senang, mungkin kalo nggak ingat umur, bisa-bisa ibuku jingkrak karena anak gadis satu satunya bisa mengolah masakan. Oh iyah, apa aku udah bilang berapa kami bersaudara?
Sorry gais, lupa.
Kami empat bersaudara, aku paling bontot dan cewek satu-satunya. Abang aku paling besar udah nikah dan sekarang buka toko juga di pasar, bukan toko kelontong kayak bapak tapi toko baju. Abang aku nomor dua, kerja di bank dan nggak tinggal bareng kami lagi karena kantornya jauh dari rumah. Terus yang di atas aku tepatnya abang nomor tiga, masih kuliah dan ambil jurusan ekonomi. Apa? Gais, dari ketiganya basik nya pasti IPS yah? apa aku ambil IPS aja?
Tok
"Mikir apa lagi kamu? kok kaget gitu?" Seketika aku sadar masih di sekolah dan Ririn di depanku.
"Hah, apa?" jawabku linglung dan di balas gelengan oleh Ririn.
"Kebiasaan kamu, pikiranmu gak fokus Yu."
"Rin, ntar kamu kelas dua ambil jurusan apa?" tanyaku dengan serius.
"Kenapa? mau ikutan?"
"Aku serius Rinrin," ucapku gemas.
"Belum tahu, aku pengen jadi guru bahasa inggris, tapi jurusan bahasa di sekolah kita belum ada."
"Serius mau jadi guru bahasa inggris? emang kamu bisa?" tanyaku bercanda, karena memang Ririn jago bahasa inggris, nilainya bagus-bagus terus. Beda sama aku.
"Dasar kamprett!" umpatnya dan kami tertawa.
Beginilah kami, tidak ada perasaan tersinggung karena kami saling tahu bahwa kami sedang bercanda.
"Kamu mau jurusan apa?" tanya Ririn
"Belum tau Rin, ntar aku tanya abang abang aku dulu deh. Kayaknya mereka tiga basiknya IPS deh, siapa tahu aku IPS juga nanti."
"Aneh, kamu mau jadi apa nanti yah tergantung cita citamu lah, ambil jurusan yang sesuai bego, jangan ikut-ikutan abang kamu."
"Aku bingung Rin, belum ada bayangan aku jadi apa. Kecuali jadi istrinya bang Andrian."
Detik berikutnya kepalaku terasa sakit karena tabokan dari gadis kurus kerempeng di depanku yang berteriak kesal.
"Yuyuuuuu.. ihhh!"
Jangan lupa vote, like komen dan tab lovenya gais
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
😆😆😅😅
2023-08-05
0
Anonymous
impian para bucin
hahahahah
2023-06-20
0
Anonymous
bisa aja otaknya.. benar² encer. hahahha
2023-06-20
0