Happy reading!!!
*****
Hari main-main sudah over, sekarang waktunya belajar agar bisa menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa. Cie elah, berguna bagi diri sendiri dulu, terus bagi emak bapak, baru bagi nusa dan bangsa. Mulia amat dah cita-citamu.
Aku tidak menemukan kesulitan beradaptasi disekolah karena sebagian besar dari mereka ini sudah kukenal, maksudku bukan penghuni sekolah yah, tapi pendatang baru itu. Sebagian itu berasal dari sekolah yang sama denganku dan dari SMP yang sama, sebagian lagi teman-teman dari lingkungan yang sama. Untuk hal ini aku sangat beruntung sih, walaupun sebenarnya bosan karena teman itu itu aja dari kecil.
Jujurly, dalam pelajaran juga aku tidak terlalu sulit, masih bisa lah sejauh ini, apalagi di bidang hitung berhitung aku jago. Nggak percuma dong anak tukang jualan, jadi ilmu hitung hitungannya juga menurun.
"Itu mukak kamu kenapa sih?" Ririn yang kebetulan satu kelas denganku terus satu meja pula, bertanya dengan mimik penasaran.
"Kayak seragam aku yang belum digosok tau, keriput!"
Mendengar ejekannya yang sangat halus tapi sungguh menyayat hati, membuatku menoleh dengan cepat dan menatapnya tajam. Huh, akunya sih berharap tatapan mataku berubah jadi laser, jadi aku bisa membelah dua si Ririn.
"Apa?" tanyanya tanpa dosa kala melihat aku yang sudah mengeluarkan asap dari kupingku kayak knalpot.
"Rin, kamu sebenarnya anggap aku apa sih? Kenalan? Teman? Atau sodara?"
Ririn memutar bola matanya malas mendengar ucapanku yang sangat lebay.
Haduuh, aku kayaknya kebanyakan nonton drama, kok aku jadi pande bener berlakon.
"Malas bangat ladenin kamu, satu pertanyaan aja jawabnya sampe lebay begini."
Ririn ngedumel dan menata bukunya si atas meja.
"Kamu drama bangat tau nggak sih Yu," omelannya masih berlanjut.
Melihatnya begitu, ada rasa bersalah dalam hatiku karena aku selalu memperlakukannya dengan lebay di waktu dan kondisi tertentu.
Aku mengulurkan tanganku ke pinggangnya dan memeluknya.
"Kamu kan tau, aku mau jadi artis, jadi musti belajar dari sekarang, aku lagi mendalami karakter tahu," ucapku sambil terkekeh di bahunya.
"Artis, artis, artis aja terus, mukak kamu nggak mendukung Yu, jangan mimpi ketinggian, ntar kalau jatuh biar gak terasa sakitnya!"
Sejenak dia menoleh padaku, lalu bola matanya turun mengikuti tubuhku.
"Ckckck calon artis tapi lihat tuh badan kamu, mukak kamu, ih, nggak ada yang mendukung Yuyu!"
Aku tidak sakit hati walau dia menjelekkanku didepan hidungku sendiri, aku malah terkikik melihat mimiknya yang kayak juri-juri kecantikan di tipi.
"Yang jelas cantikan aku dari kamu kan, Rin?" balasku dan aku bisa melihat bibir Ririn berkedut seperti menahan senyum.
"Percaya diri itu emang penting, tapi kayaknya tahu diri nggak kalah penting deh Yu!
Anjayyy, aku kena mental shayy.
"Rin, kamu anggap aku sodara, kan? Kok gitu amat kamu? Kata-kata kamu ngena bangat tahu di hati aku." Aku berlakon lagi, lakon terharu seolah-olah baru saja di puji padahal yang barusan Ririn katakan bukan pujian tapi sindiran sekaligus nasehat.
Hadehh, ibu sama bapak aku dimana sih waktu itu pas pembagian kecantikan.
"Bisa nggak sih kamu nggak lebay? Nggak cocok tahu, geli aku tuh liat mukak kamu, kepaksa bangat. Jawab aja tuh yang aku tanya tadi, mukak kamu kenapa kusut gitu?"
Back to topik pertanyaannya.
Aku menghela napas kasar dan segera menelungkupkan kepala di atas meja.
"Ditolak atau nggak di balas?" tebak Ririn tepat sasaran.
"Yang kedua," jawabku.
"Yang lama atau yang baru?" Lagi lagi bertanya.
"Baru," jawabku singkat dan aku mendengar Ririn menghembuskan napas terakhir. Eh salah, bukan terakhir, menghembuskan napas kasar.
"Kamu tuh susah di bilangin tau Yu. Sadar Yu! Sadar! ck ck ck."
Ririn berdecak sambil geleng-geleng kepala.
"Sorry to say nih yah Yu, nih coba lihat muka kamu disini!" Ririn mengangsurkan cermin kecil tepat di depan muka aku.
"Kamu itu bukan levelnya abang Andrian mu itu, stop memaksakan diri deh Yu!"
Aku terdiam sambil mengamati wajahku di cermin kecilnya. 'Mirror mirror in front of me, who is the most beautiful in this class?' jawabnya aku,hehehehe. Aku tersenyum kayak orang gila sambil berpose-pose pada cermin itu.
Aku mendengar Ririn berdecak kemudian berkata,
"Hai Mirror, who is the most ugly?"
Lalu dia terbahak - bahak karena dia menahan cermin, jadi, aku nggak bisa arahkan ke dia.
"Tuh, kan?" katanya dan lanjut tertawa.
"Kalo nanya ke cermin, jangan bagian yang enak - enaknya aja, yang nggak enaknya juga musti ditanya."
Dasar.
"Kamu ntar dikira bego sama yang lain kalo sering nanya nanya begitu ke cermin aku."
"Heh, Rinrin siapa bilang aku nanya ke cermin kamu? Nih ambil nih cermin, emang cermin kamu ajaib bisa di tanya?" dumelku sambil melemparkan cermin ke Ririn dan di balas tawa yang makin kencang.
"Jadi kamu nanya apa tadi sampe senyum senyum kayak orgil gitu? Yu, Yu, Yu, aku udah tau banyak kamu gimana, aku, kan sodara kamu."
Bagudung, umpatku dalam hati karna kali ini dia berhasil balikin kata kata aku.
"Udah deh, lupain aja itu bang Andrian mu itu, masih banyak yang lain," ucapnya enteng.
"Nggak bisa Rinrin, hati aku udah klop," jawabku kembali merebahkan kepala di atas meja.
Ini suratku yang kedua dari waktu MOS, tapi tak satupun di balas walau aku tulis puisi di bagian bawah ' empat kali empat sama dengan enam belas, sempat tidak sempat harus di balas'. Aku tulis pake warna merah pula itu terus aku kasih embun embun mengelilingi, masa nggak nampaknya sih? Nggak mungkin nggak bisa baca kan?
Setelah masa MOS waktu itu, aku dengan tidak tahu malunya segera berlari menuju bang Andrian "Bang, namaku Ayu, tadi ada suratku yang kepilih tapi tidak menang, dibaca yah ntar'. Aku mengatakannya sambil senyam senyum dan goyang goyang badan. "Hmm? ohh oke dek," jawabnya waktu itu.
Mulai dari hari itu, aku jadi berharap suratku di balas tapi sampe dua minggu nggak ada balasan. Aku kembali menuliskan surat dan aku kasih langsung ini ke orangnya. Dia hanya tertawa aja waktu itu dan aku menganggapnya respon positif. Tapi , tau - taunya aku di php, dua bulan nggak di balas walau setiap ketemu senyumku selalu dibalas. Sebel, kan?
Kalau nggak suka di bilang aja, jangan di gantung dong.
"Klop, klap, klop, klap, preettt," umpat Ririn membalasku dan umpatannya membuyarkan ingatanku beberapa bulan lalu.
"Kamu tuh musti sadar, sekelas bang Andrian belum ada pacar atau gebetan? bulset, paling juga ada dimana-mana, kalo menurut aku, dari penerawanganku nih, yah Yu, aku bisa simpulkan dia itu cowok 'setia', setiap tikungan ada, ntar kalo dia terima kamu, kemungkinan besar, itu karena kasihan sama kamu atau mau jadiin kamu mainan. Haduhh Yu, stop deh, nggak kebayang aku, kamu jadi bahan bullian orang orang nanti," ucapnya gemas karena keras kepalaku yang selalu bilang hatiku udah klop.
Aku terdiam mencerna ucapan Ririn, benar juga. Bang Andrian itu tamvan, primadona pasti punya cewek, tapi... nggak ada salahnya mencoba, kan?
gimana gais? kita jadikan saja lah?
dukung Author biar makin semangat yah.
kasih love, jempol dan vote shay..
,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
buat agk lamaan dikit, Thor....
biar feelnya dpt...🤣🤣
aa.....Adrian...
jgn gitu dong..
bls ya...
bls.. .
dikiittt aj.....
2023-08-05
1
Nenieedesu
sudah aq like dan favoritkan kak
2023-06-19
1
Zhu Yun💫
kwkwkwkw 🤭🤣🤣🤣
2023-06-15
1