"Bu, Yuyu ikut ke toko yah," kataku pada ibu yang sedang memasak. Hari ini hari minggu, jadi libur sekolah, ada sesuatu yang mau aku tanyakan sama abang aku dan kakak ipar aku. Ibu yang sedang mengoseng, menoleh dengan tatapan tidak percaya. Ya, jelas tidak percaya, kalau nggak di paksa ikut ke toko aku nggak pernah minat kesana.
"Kesambet kamu Yu?"
"Ibu gimana sih, mau ikut salah, mau nggak juga salah, heran Yuyu."
"Pak ... Pak ... Pak ... " Ibu berteriak sambil berjalan mencari keberadaan bapak, hadeh ibu, itu osengan kok di tinggal.
Sambil menunggu ibu yang lagi cari bapak, aku melanjutkan osengan ibu tadi.
"Yang benar Yu?" Tanya bapak tau-tau udah ada di dapur aja.
"Apa Pak? Benar apanya?" tanyaku bingung.
"Kamu mau ikut ke toko?" tanya bapak dengan wajah sumringah.
Yolloh, emang kenapa sih, kalau aku ikut ke toko? Apa yang salah?
"Bapak sama Ibu kok aneh sih, Yuyu cuma mau ke toko, terus nanti ke toko abang, Yuyu mau tanya sesuatu sama abang, sama kakak."
"Loh...loh...loh... bukannya mau belajar kelola toko?" tanya ibu.
"Nggak lah bu, Yuyu nggak minat jualan kayaknya," jawabku singkat tanpa memperhatikan raut ibu yang sudah berubah.
Hening diantara kami, aku tidak tau apa yang sedang dipikirkan oleh Bapak dan Ibu.
Tapi serius gais, aku belum ada niatan jadi bos toko kelontong, entah lah, aku juga belum bisa pilih dan pastikan mau jadi apa di masa depan.
"Ya udah, nggak apa-apa kalau belum minat, ikut aja dulu nanti dan sering-seringlah ke toko siapa tau kamu jadi minat nanti, terusin usaha bapak," kata bapak pada akhirnya. Aku mengangguk dan menoleh pada ibu yang terdiam di samping Bapak. Ibu sedih? Kok gitu mukanya.
Aku melangkah ke arah ibu, meraih tangan ibu dan merengsek di pelukan ibu.
"Yuyu masih kecil, belum bisa mikir keras, kekmana nanti ke depan, Ibu jangan sedih, nanti Yuyu belajar dikit-dikit, kalau Yuyu rasa cocok, Yuyu mau gantiin Ibu sama Bapak di toko, doakan Yuyu yah Bu, Pak," kataku dan di akhir kalimat menoleh pada bapak.
--------oooo--------
Nggak terasa bentar lagi udah naik kelas dan masalah jurusan udah beres, abang - abang aku udah jelasin semua dan aku sudah punya pilihan.
Senior-senior juga udah pada mau keluar dari sekolah ini termasuk bang Andrian. Selama ini aku memang tidak pernah mengiriminya surat lagi tapi aku selalu menggodanya setiap kali ketemu. Ada beberapa teman-temannya yang akhirnya ikut-ikutan jadi mak comblang.
Tapi, huufff sampai saat ini, bang Andrian nggak pernah bilang suka sama aku, kalau disapa, di jawab sih, kalau aku menanyakan sesuatu juga di jawab, tapi, setiap kali aku menyinggung soal cinta-cintaan, wehh langsung di belokkan shayy, belokan tajam setajam silet, sampe akhirnya aku mengalah. Tapi, kali ini aku nggak mau mengalah lagi.
Ada acara pensi dan ini adalah kesempatanku. Sekali lagi aku menuliskan surat cinta untuk bang Andrian dan aku berikan langsung.
"Bang!" panggilku saat dia berjalan ke kelasnya seorang diri.
Dia menoleh dan membuang napasnya pelan saat melihatku menyodorkan sepucuk surat ke arahnya, warna pink.
"Dibaca yah bang!" teriakku sambil berputar dan berlari menjauhinya.
Hmmm aku berharap surat kali ini berbalas.
-------oooo---------
"Nah, ini nih orangnya!" Nuri, kakak kelasku berteriak menunjukku saat aku tiba di kerumunan di dekat mading. Semua mata tertuju padaku dan aku mengerjab bingung. Ada apa?
Huuuhh teriakan siswa yang lain ke arahku.
"Ini nih, siba yang kegatelan, udah di cuekin eh malah ngegas, nggak punya malu!"
Hah, apaan sih? Aku belum menangkap jelas apa maksudnya, sampai tiba-tiba mataku tertancap pada tiga surat yang sangat ku kenali terpampang nyata di papan mading.
Oh mai gat, ternyata ini? Siapa sih ka Nuri ini? Kok bisa punya suratku yang ku kasih ke bang Andrian? Aku menatap Nuri dan dia menyeringai mengejekku.
"Pede bangat lo kirimin surat sampe tiga kali ke cowok gue!"
What? Cowok?
Nuri, queen sekolah kami ceweknya bang Andrian? Hwahwahwaaaaaa
"Lo sadarkan selama ini di cuekin? Tapi kok, lo masih oon gitu? Sampe tiga kali lho!" ucapnya seraya mengacungkan tiga jarinya. Lentik sekali shayy.
"Nih, gue pajang disini, biar semua satu sekolah tau ada parasit kayak lo di hubungan orang, masih sekolah aja udah belajar jadi tukang rebut pacar orang, gimana gedenya lo, mau jadi pelakor? cuihhh!" Nuri bersungut-sungut dan di akhir kalimat dia mencuihkanku. Kurang ajar.
Aku mau dorong dia dan mau tampar tapi hanya di angan-angan aja, karena aslinya aku nggak punya nyali sama sekali, bahkan mengangkat kepalaku aja aku udah nggak bisa. Demi apa shay, aku di permalukan begini.
"Gais, lihat, nih cewek berminyak satu ini, cewek buta kali yah, dia sampe tiga kali kasih surat cinta ke bang Andrian dan nggak tau malu banget nuntut di bales, yah kali balas surat elo, natap elo aja dia nggak sudi, cewek butek kayak lo mau di pacari sama dia? ngaca woii ngaca!!!" serunya sambil tertawa bahagia dan yang lain juga ikutan menertawakan ku. Mereka berbisik-bisik dan yang pasti, itu semua menjelek-jelekkan aku.
Kerumunan makin banyak dan tiba-tiba, aku melihat bang Andrian berjalan cepat ke arah kami.
"Ada apa ini?" tanyanya dengan keras. Semua menoleh padanya dan tidak ada yang menjawab. Dia berjalan ke tengah kerumunan dan melihat Nuri yang bersedekap sombong menatapku.
Aku melihat bang Andrian sedikit terkejut dengan adanya aku disana, dan dia kemudian mengedarkan matanya ke arah mading dan mendapati suratku tergantung cantik melambai-lambai disana. Aku melihat bang Andrian menghela napas, itu artinya dia udah tau apa yang sedang terjadi.
"Beb, kok ini ada disini?" tanyanya lembut ke Nuri.
"Mau kasih pelajaran sama cewek gatel yang suka godain kamu beb," jawabnya enteng dengan senyum smirk ke arahku.
"Biar dia tau diri dikit, modelan kekgitu ngebet bangat dapat grade A," lanjutnya lagi. Aku melihat bang Andrian berjalan mendekat ke arah mading kemudian mengulurkan tangan ingin mencomot suratku, tapi kalah cepat dengan tangan seseorang.
"Kalau nggak suka sama Ayu, bilang aja terus terang dan suratnya di buang ato di kembalikan aja Bang, jangan di setor ke ceweknya," ucap Pian yang sudah memegang tiga suratku itu.
"Lo pikir di rumah Ayu nggak ada kaca? Ada! guuede lagi, bukan dia nggak ngaca, justru karena dia ngaca makanya berani kirim surat sama cowok lo. Emang lo pikir cantikan lo dari Ayu? Hahahahah hapus tuh dempul lo kita liat siapa yang cantik," ucap Pian ke Nuri dan segera berjalan ke arahku, menggandeng tanganku. "Yuk, capek bangat lo ngejar cowok yang ceweknya ada dimana-mana, cakepan gua lagi dari dia Yu!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
ai ai bg sof...
kece badaiiiiiii
2023-08-05
0
AGDHA LY
suka nih ama gayanya kwkwkw
2023-06-18
1
AGDHA LY
oalah pengen anaknya nerusin toko
2023-06-18
1