Bab 4 - MB 3

"Sayang, kau sudah pulang?" Althea menyambut kedatangan Kaila dan Khai.

"Sudah bu, tapi kakak terlambat menjemputku.." ucap Kaila merajuk lalu duduk di kursi.

"Kenapa bisa terlambat?" Althea melirik ke arah Khai.

"Tadi itu-?"

"Lihat bu!" Kaila menunjukkan pergelangan tangannya yang merah akibat terlalu kuat di cengkram Khai sewaktu ada orang yang mengawasi mereka.

"Kau apakan adikmu?" tanya Althea, kedua alisnya bertaut menatap tajam Khai.

"Bu, aku tidak sengaja, tadi itu ada dua orang yang mencurigakan mengawasi, bu." Jelas Khai, menceritakan dua pria tadi.

"Mengawasimu?"

Khai dan Althea menoleh ke arah Genzo yang sudah berdiri di belakang mereka. Khai mengangguk pelan, meng-iyakan.

"Sebaiknya kalian istirahat." Kata Genzo.

"Baik yah!" sahut Khai, lalu beranjak pergi menuju kamar pribadinya. Sementara Althea membujuk Kaila supaya tenang, lalu mengajaknya istirahat di kamar.

Genzo terdiam di tempatnya sesaat memikirkan kata kata Khai. "Siapa lagi yang coba mengganggu keluargaku?" ucapnya dalam hati.

"Ayah." Sapa Gio, dari arah pintu.

Genzo menoleh ke arah Gio, lalu beralih menatap Xavier dan Daniel.

"Di mana Al?" tanya Genzo.

"Kakak pergi ke rumah sakit." Jawab Gio.

"Ke rumah sakit? ada keperluan apa dia ke sana?" tanya Genzo menatap Gio dan Xavier.

Xavier hanya tersenyum sebagai jawaban, lalu melangkah dengan santai menaiki anak tangga menuju lantai atas.

Genzo menautkan kedua alisnya, "Gio?" Genzo menunggu jawaban yang tepat.

Gio tersenyum, menundukkan kepalanya lalu mendekati Genzo dan berbisik. "Urusan hati." Setelah bicara seperti itu, Gio menyusul adiknya Xavier.

Daniel yang sedari tadi tidak fokus, meraba kantong celananya, lalu membuka tas ransel miliknya mencari sesuatu.

"Kau mencari apa? hati juga?" tanya Genzo.

Daniel tengadahkan wajahnya menatap Genzo. "Hati siapa yang ada di dalam tasku ayah?"

Genzo tertawa kecil, mengedikkan bahunya. "Apa ayah tahu?"

"Ayah ini ada ada saja, ponselku hilang. Sepertinya ketinggalan di kafe!" serunya lalu berlari keluar dari rumah.

Genzo menggelengkan kepala, memperhatikan putra ke empatnya yang selalu ceroboh.

***

Di kafe.

Daniel bergegas menghampiri meja di mana ia duduk bersama kakaknya satu jam yang lalu. Namun ia tidak menemukan ponselnya, lalu ia bertanya pada pengunjung kafe yang duduk di kursi yang sama. Sama sekali mereka tidak tahu, kemudian Daniel bertanya pada pelayan kafe, tetapi mereka pun tidak mengetahuinya.

"Kau mencari ini?"

Daniel menoleh ke arah seorang pria yang tengah memperlihatkan ponsel miliknya.

"Itu ponsel milikku, berikan padaku."

Namun pria botak tersebut malah tertawa dan melemparkan ponsel milik Daniel ke udara.

"Tangkap kalau bisa."

Daniel tengadahkan wajahnya, menatap ponsel melayang di udara lalu tangannya terulur ke atas hendak menangkap ponsel tersebut. Namun pria di depannya menendang perut Daniel hingga terpental jauh dan menimpa meja hingga ambruk. Pengunjung kafe berlarian keluar dari kafe.

Sementara ponsel milik Daniel jatuh ke lantai, berantakan. Daniel mencoba bangkit, matanya menatap ponselnya di lantai. Menyeka darah segar di mulutnya lalu mengalihkan pandangannya pada pria botak tersebut.

"Rupanya kau mau bermain main denganku." Daniel berjalan mendekat.

"Oh, aku takut sekali." Kata si botak, meledek Daniel.

"Apa maumu sebenarnya?" tanya Daniel menatap marah.

"Tidak ada, aku hanya ingin tahu. Apakah generasi ke empat Kenzi, segarang kakeknya?" cemooh pria itu.

Daniel tertawa lebar. "Mari kutunjukkan."

Daniel melangkah santai ke arah pria tersebut.

"Maju!" tantang Daniel.

Pria botak itu tertawa mencemooh, lalu berputar tubuhnya. Kaki kanan menerjang wajah Daniel. Namun dengan sigap Daniel merunduk, lalu membalas pria tersebut dengan memukul kaki kiri si botak hingga tersungkur ke lantai.

"Buggg!!" pria botak tersebut jatuh telungkup.

"Kurang?" tanya Daniel memperhatikan pria botak itu mencoba bangkit, namun sebelum itu Daniek menendang perut pria botak tersebut hingga jatuh tersungkur ke lantai.

"Kurang!" pekik Daniel marah.

Ia menendang berkali kali si pria botak tersebut hingga tak mampu untuk berdiri lagi. Daniel mengambil pecahan ponsel miliknya lalu ia masukkan ke dalam tas mililnya. Tak lupa ia mengambil beberapa lembar uang lalu ia letakkan di meja untuk membayar kerugian yang di sebabkan olehnya. Setelah itu ia bergegas keluar dari kafe dan kembali pulang.

"Sialan, ponselku hancur." Rutuknya kesal, di sela sela langkahnya. "Siapa pria itu? apa ada hubungannya dengan masa lalu ayah?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!