Suasana berkabung menyelimuti sebuah mansion. Di halaman terdapat mobil mewah berwarna hitam berjajar rapi. Setiap yang datang ke mansion itu rata rata pria semua dari usia muda hingga tua. Mereka masuk ke dalam mansion, berdiri sejajar dengan yang lainnya menghadap ke sebuah foto yang di kalungi bunga.
Foto tersebut tak lain adalah Althea dan bayi perempuannya yang di nyatakan mati dan jasadnya di temukan di sebuah jurang, kedua jasad itu terbakar bersama mobil yang di tumpanginya.
Genap 16 tahun lamanya, hari ini mereka memperingati kematian Althea dan bayi perempuannya.
Ryu dan Davira berdiri di barisan paling depan. Genzo berdiri tegap di samping Davira.
Sementara di belakang, mereka yang hadir dari kalangan pembisnis, dan pihak berwajib. Mereka hadir hanya untuk memperingati 16 tahun kematian Althea dan bayinya.
Nampak dari depan, Ryu berbisik kepada Davira. Ia bertanya, mengapa cucu cucunya tak kunjung datang. Namun Davira hanya menjawab dengan gelengan kepala.
Tak lama, semua mata tertuju pada pintu utama. Sosok pria memasuki ruangan dengan raut wajah tenang, rambutnya yang gondrong sebahu tertata dengan rapi, dia adalah Altheo putra pertama pasangan Genzo dan Altheo. Detik berikutnya putra kedua, Gio. Mengikuti langkah kaki kakak pertama dengan kepala tertunduk, sesekali matanya melirik tajam ke arah barisan tamu undangan. Di susul putra ke tiga, Xavier yang selalu berpenampilan paling rapi.
Terakhir, putra ke empat Daniel dan putra kelima Khai Ozora di ikuti oleh Kaila, putri satu satunya yang tersisa setelah kembarannya hilang bersama sang ibu. Mereka semua berdiri berjajar rapi di belakang orang tua dan kakek neneknya.
Saat acara hendak di mulai, Kitaro dan Ariela datang paling akhir. Mereka ikut bergabung dengan putra putri Genzo. Kemudian acara pun di mulai.
Ryu memimpin doa, mereka semua menundukkan kepalanya. Tak butuh waktu lama, acara memperingati kematian Althea dan bayinya telah usai.
Mereka yang datang, satu persatu meninggalkan mansion. Ada juga yang menghampiri Genzo dan berbincang bincang sesaat.
"Terima kasih kau mau datang," ucap Ryu memeluk Kitaro sesaat, lalu Ariela.
"Aku tidak bisa berlama lama, masih ada pekerjaan yang harus aku kerjakan." Kata Kitaro.
Ryu menganggukkan kepalanya, menatap sayang pada mereka berdua.
Sepeninggal Ariela dan Kitaro, kelima putra Genzo, satu persatu meninggalkan ruangan dan pindah ke ruangan lain.
Semua anggota keluarga berkumpul dalam satu ruangan, masing masing duduk di sofa.
Beberapa detik hanya tercipta keheningan, semua larut dalam kesedihan. Meski sudah enam belas tahun yang lalu, namun semua kenangan yang tersisa mengenai Althea masih hangat dalam bayangan mereka.
Terutama Genzo, ia menyesali kejadian naas yang menimpa istri dan putri bungsunya yang baru saja lahir kedua. Kejadian naas itu saat usia Altheo empat tahun dan masing masing adiknya hanya selisih satu tahun dan dua tahun. Adik adik Altheo tidak mengingat bagaimana rupa ibunya, andai tidak ada foto kenangan yang msih terpajang di ruang keluarga.
"Relakan, semua usaha sudah di coba. Jangan larut dalam kesedihan, anak anak masih membutuhkanmu," ucap Davira memecah keheningan.
Ke-enam putranya menoleh ke arah Genzo yang menundukkan kepala, Altheo sangat ingin memeluk dan menenangkan ayahnya. Namun, Genz saat ini tidak membutuhkan itu.
"Aku butuh sendiri dalam beberapa hari..." ucap Genzo, lalu beranjak daro sofa dan melangkahkan kakinya menuju kamar pribadinya.
"Sampai kapan ayah seperti itu?" tanya Daniel dan Khai ozora secara bersamaan.
"Kalian belajar saja dengan tenang, ayahmu biar kakek yang urus." Jawab Ryu menatap ke arah khai dan Kaila.
"Baiklah kek!" sahut mereka berdua.
khai dan Kaila, meninggalkan ruangan dan masing masing masuk ke kamr pribadinya. Sementara Altheo sibuk dengan ponselnya begitu juga Gio dan Xavier.
"Kek, panti rehabilitasi kita saat ini melebihi kapasitas. Aku khawatir, panti kita tidak bisa mengatasinya." jelas Altheo.
Ryu mengangguk anggukkan kepalanya, sambil berfikir.
"Kau tenang saja, aku akan meminta bantuan pemerintah setempat." Balas Ryu.
"Satu lagi kek, perusahaan kita bermasalah. Kakek pasti sudah tahu," sela Gio.
Ryu menganggukkan kepalanya, ia masih belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Setelah sekian lama mereka hidup tenang.
"Kita butuh bantuan kakek kenzi." kata Ryu.
Davira hanya diam mencermati aapun yang mereka bicarakan, Ryu mencoba menghubungi salah satu anak buah Kenzi yang bertugas menemani mereka selama berada di pulau. Raut wajah Ryu berubah bingung setelah menghubungi anak buah kenzi.
"Ada apa?" tanya Davira menatap wajah Ryu.
"Ayah dan Ibu, sudah meninggalkan pulau sejak dua hari yang lalu. Tapi kemana mereka, kenapa tidak datang ke rumah kita?" tanya Ryu bingung.
Semua orang yang ada di ruangan ikut bingung setelah mendengar kabar dari Ryu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments