BAB 13

“Nai, di panggil Gus An... ” Laras menarik lengan Naila.

“Kamu urus aja tuh anak Abi... ”

“Yaudah kamu aja. Siapa tadi namamu...? ” tanya Gus An kepada Laras.

“Laras Gus... ”

“Iya kamu aja tolong buatin saya nasi goreng ya. Saya tunggu diruang tengah.”

“Iya Gus... ”

“Oh iya, sama bersihkan dulu ruangannya sekarang... ” titah Gus An memutar balik tubuhnya.

“Siap Gus... ” ucap Laras beserta teman-temannya yang telah merusuhi ruang tengah tadi kecuali Naila. Rara dan Tika memilih untuk bersih-bersih. Sedangkan Laras si tukang makan itu paling suka dengan masak memasak. Untuk menyelesaikan dua aktivitas tersebut tidak butuh waktu yang lama. Laras menghidangkan sepiring nasi goreng khas buatannya kepada Gus An yang tengah sibuk dengan laptopnya. Hati Laras berbunga-bunga saat Gus An langsung menyantap nasi buatannya. Dia masih terpaku di hadapan Gus An menunggu komentar dari si empunya.

“Gimana Gus, enak kan nasi buatan saya...?” Gus An memejamkan matanya menahan makanan yang ada di mulutnya agar tidak disemburkan sembarangan.

glek... dengan susah payah Gus An menelan makanan tersebut.

“Enak banget...” Gus An tersenyum getir saat mengatakan hal tersebut. Laras sangat senang masakannya di puji Gus tampan putra Abi Amir.

“Tapi lebih enak lagi kalau masakanmu nggak manis...ini sepertinya kamu sengaja memasukkan pemanis buatan ya...?” Laras sangat syok mendengar penuturan Gus An barusan.

“Manis...? masak sih Gus manis...? padahal tadi saya buatnya itu pakai kecap sama saus sedikit. Kenapa bisa manis ya... ”

“Ini kamu coba... ” Gus An mengangkat piring berisi nasi goreng kehadapan Laras yang berdiri tepat dihadapannya.

“Ini beneran pemanis buatan Gus...” Laras menelan masakannya dengan kasar.

“Bawa sana, kamu makan sama teman-temanmu... ”

“Saya buatkan lagi ya Gus... maafkan saya karena salah memasukkan__”

“Nggak usah saya makan besok saja sekalian sarapan, udah nggak mood sama sekali. Yaudah kalian balik, sekarang udah jam tidur.” Saat Laras berbalik badan akan pergi, Gus An menahannya.

“Laras, tolong bilang sama Naila. Suruh Dia minta maaf kepada saya. Nggak sopan sama sekali dipanggil malah pergi.”

“Siap Gus... ”

...****************...

Hmm... Naila menguap saat mendengar suara bel jamaah sholat subuh berbunyi. Dia menarik selimutnya agar bisa menutupi seluruh tubuh. Padahal para santri telah berbondong-bondong mengantri di depan kamar mandi.

“Mbak, bangun Mbak... nanti terlambat lagi lo, hukumannya nanti bertambah loh Mbak... ” salah satu teman Naila membangunkan dirinya yang masih berada dalam balutan selimut.

“He'em... ”

“Mbak, ini udah selesai adzan. Nanti yang ada Mbak ketinggalan loh, soalnya Abi sama Umi' kan lagi bepergian... ”

“Iya emang... ”

”Ya Mbak bangun dong, kita itu kasian loh sama Mbak. Soalnya tiap hari dapat hukuman terus... ”

“Abi sama Umi' nggak ada. Aku nggak mau ikut jamaah, masih ngantuk.”

“Naila... bangun... ” suara yang sangat menggelegar dan paling ditakuti oleh para santri itu memanggil Naila.

“Iya Mbak Santi... ” Naila terperanjat bangun setiap kali mendengar suara itu. Meskipun terkadang hatinya sedikit dongkol karena malas, tapi Dia juga tidak jarang untuk berpura-pura sakit perut agar diperbolehkan terlambat mengikuti sholat jamaah.

“Udah senior masih aja bangkong...” ucap Mbak Santi sambil membawa tongkat kebesarannya yang terbuat dari ranting pohon.

“Iya iya Mbak, udah bangun gini kok... masih petang jangan marah-marah, pantesan nggak laku-laku wong kamunya suka marah Mbak... ” Naila memang seperti itu, setiap kali hatinya dongkol Dia selalu mengatai siapapun yang merusak suasana hatinya. Tidak peduli jika orang itu sekelas dewan pengurus ataupun ustadz Ustadzahnya.

“Cepetan ambil wudhu. Masih pagi jangan mancing orang emosi aja... ” Naila berjalan menuju kamar mandi dengan mata setengah terpejam. Dia sudah keberapa kalinya menabrak orang lain.

...****************...

“Bismillahirrahmanirrahim... ” suara yang sangat indah meluluhkan hati seluruh santri di Pesantren Darunnajah. Suara imam sholat shubuh itu terdengar asing. Bahkan suara Ustadz Taufiq yang sudah merdu menurut para santri masih terkalahkan oleh pemilik suara saat ini.

Setelah salam, pasukan santri putri saling berbincang menanyakan siapa imam sholat subuh saat ini. Padahal dewan Keamanan sudah yang keberapa kalinya mengingatkan mereka agar diam.

“Ini bukan suara ustadz Taufiq. Beda jauh lah... ”

“Mungkin aja Ustadz habis gurah tenggorokan, biar suaranya makin merdu kan... ”

“Stttt... bukan waktunya bicara... ” sangat dimaklumi jika pasukan santri putri ramai membicarakan imam sholat mereka. Padahal biasanya setelah sholat subuh mereka sudah terlelap melanjutkan mimpi sambil duduk.

“Aku tau siapa imamnya, kalau nggak salah ini suara Gus Aan.”

“Yang bener kamu...? ”

Terpopuler

Comments

Muj Ran

Muj Ran

itu suaranya Gus An pastinya

2024-03-21

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!