BAB 12

“Gus An kenapa ada disini...?”

“Seharusnya yang tanya begitu itu saya. Ngapain kamu disini? udah bikin ruangan seperti kapal pecah, eh masih juga memutar musik DJ yang nggak jelas... ”

“Bukannya Gus An ikut pergi sama Abi dua hari...?”

“Iya memang. Tapi karena besok pagi saya ada acara, jadi putar balik dan nggak jadi ikut.”

“Ya terus gimana dong Gus, kan Umi' sendiri yang bilang kalau kita boleh nonton TV, boleh masak sendiri. Terus apa salahnya kita iya kan...? ”

“Pokoknya saya nggak mau tau, kalian semua cepat bersihkan ruangan ini dan pergi dari sini.”

“Terus nanti kalau umi' tanya gimana Gus, kan pesan umi' seperti itu.”

“Naila...” volume suara Gus An semakin meninggi.

“Kamu ini sudah berapa tahun sih mondok disini? nggak ada bekas-bekasnya sama sekali. Nggak kelihatan kalau udah senior. Nggak ngerti perintah sama larangan.”

Jleb... perkataan Gus An seakan-akan menusuk hati Naila sampai ke tulang-tulangnya. Dia benar-benar tersinggung untuk kali ini. Saat ini Naila sedang membeku di tempat. Ucapan Gus An melayang-layang dikepalanya.

“Cepat bersihkan Naila... kok malah bengong sih. Saya mau tidur, jadi tempat ini harus bersih semuanya.” mata Naila berkaca-kaca. Tidak memperdulikan perintah dari Gus An. Dia mengepalkan tangannya kemudian pergi.

“Lho kok malah pergi sih...? ” Gus An bingung dengan sikap Naila yang seperti itu. Semua teman-temannya ikut menyusul kepergian Naila.

“Hey, malah pergi semua. Ini sampah kalian... ” tidak ada yang memperdulikan Gus An yang tengah berteriak.

hiks... hiks... hiks... Naila duduk di tempat yang sepi. Ucapan Gus An sangat menyayat hatinya. Dia tau jika sudah santri senior. Akan tetapi, seoarang senior tidak bisa dituntut untuk tidak melakukan kesalahan. Namanya juga manusia. Bahkan sekelas kiyai dan anak cucunya pun tidak luput dari kesalahan. Itu yang menjadikan Naila meluapkan semua kekesalannya saat ini.

“Nai, kamu jangan gini dong. Kita tau kok kamu tersinggung sama ucapan Gus An. Tapi tolong deh jangan nangis gini. Kita bakal bantuin kamu bersih-bersih kok, karena kita juga ikut ngelakuin kerusuhan tadi... ” bujuk Laras kepada Naila.

“Hiks... hiks... hiks...biarin Aku sendirian dulu ya, kalian balik dulu ke kamar. Ini udah malem, entar yang ada kalian kesiangan bangun subuh. Cukup Aku aja yang suka ngelanggar peraturan. Kalian jangan ya... ” pinta Naila kepada teman-temannya dengan tatapan sendu.

“Kita nggak mungkin ninggalin kamu sendirian disini Nai, kamu boleh meluapkan kekesalanmu disini. Tapi please tolong bolehin kita ikut duduk...” pinta Laras karena tidak tega dengan Naila.

“Siapa disitu... ? ” terdengar suara derap kaki yang semakin dekat dan terlihat bayangan senter. Dewan Keamanan pasti sedang berkeliling menjaga lingkungan pesantren.

Ehem...

“Kalian kenapa ada disini...? ” suara itu menghentikan isak tangis Naila.

“Kak, anu kak... ” suara Laras terbata-bata saat melihat dua orang laki-laki menatapnya tajam.

“Kenapa malam-malam disini...? mau ketemu sama siapa...? ”

“Bukan gitu kak maksudnya, kita semua sedang mencari ketenangan agar bisa menghafal buat persiapan besok... ”

“Kalau cari ketenangan kenapa harus rame-rame gitu. Yang ada malah kalian saling terganggu. Lagian kalau mau hafalan kenapa malah menggerombol gitu...? ”

“Karena__”

“Stop...!!! biar Aku aja yang jelasin.” Naila memotong ucapan Laras.

“Iya Kak, jadi sekarang kan sudah malam. Jadi kita semua mau balik dulu. Kita nggak macam-macam kok tadi.” salah satu dari Dewan Keamanan menyelidik curiga kepada Naila dan kawan-kawannya.

“Baiklah, kali ini kalian dimaafkan. Tapi kalau sampai besok saya lihat kalian ada disini lagi berarti memang ada apa-apa.”

“Gimana sih kak, ini kan tempat jemuran. Ya maklum dong kalau kita disini.” jawab Naila bawel.

“Udah balik sana...!!! ” saat Naila dan teman-temannya berjalan menuju ke kamar, Gus An sedang berada di ambang pintu Ndalem. Dia celingukan mencari santri yang masih terjaga.

“Nah kebetulan sekali. Naila... ” Gus An memanggil Naila yang sedang mengawal teman-temannya berjalan dengan mata yang masih sembab.

“Mau ngapain lagi sih... ” gerutu Naila dengan suara lirih.

“Tolong buatin saya nasi goreng ya... ” Naila hanya menatap datar wajah Gus An yang masih berdiri diambang pintu. Dia melalui Gus An begitu saja padahal sedang diajak bicara.

“Nai, di panggil Gus An... ” Laras menarik lengan Naila.

“Kamu urus aja tuh anak Abi... ”

Terpopuler

Comments

Muj Ran

Muj Ran

ngambek ni yeee

2024-03-21

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!