"Kakak, apa kamu baik-baik saja ?".
Kepala Naila yang sejak tadi menunduk sekarang terangkat, saat mendengar suara adik laki-lakinya. Ia menatap Roman dengan senyum ragu-ragu di bibirnya.
"Kakak baik-baik saja sayang, kakak hanya khawatir dengan keadaan mu, kakak takut kamu juga meninggalkan ku seperti Ayah dan Ibu"
Suara Naila bergetar, memikirkan kalau ia akan kehilangan saudara satu-satunya membuatnya ingin menangis. Naila tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya jika Roman pergi, ia pasti akan sangat hancur dan tak ingin melanjutkan hidup.
Roman tersenyum, senyuman yang selalu Naila suka setiap hari. Senyuman yang selalu membuat Naila semangat bekerja walau ia sudah sangat lelah.
"Maafkan aku kak !, Karena sudah membuat kakak khawatir. Jika saja aku bisa menghilangkan rasa sakit ini, aku sudah melakukan nya" ucap Roman, ia merasa bersalah karena membuat sang Kakak sedih.
Naila mengambil salah satu tangan Roman, ia memegang tangan itu dengan erat sambil berkata "jangan berpikir macam-macam, sekarang yang terpenting adalah pengobatan kamu, supaya penyakit kamu tidak bertambah parah"
"Tapi kita tidak punya ua----"
"Aku akan berusaha mencarinya, kamu istirahat saja sesuai kata dokter" potong Naila dengan cepat membuat ucapan Roman menggantung di udara.
Roman menatap sang Kakak dengan intens, namun Naila tak lagi mengatakan apa-apa wanita itu memilih diam.
Beberapa saat keheningan melanda, hingga tatapan Roman beralih ke sesuatu yang di pegang Naila. Namun dengan cepat Naila memasukan benda itu ke saku celana nya.
"Sekarang waktunya kamu istirahat !, Dokter akan memeriksa mu nanti" ucap Naila dengan senyum manis, namun Roman tak membalas senyuman itu.
"Apa itu kak ? Apa yang sedang kakak rencanakan ?" Tanya Roman sambil menatap Naila dengan serius.
Naila menarik napas dalam-dalam, ia pun membalas menatap Roman "bukan apa-apa dek, sekarang kamu istirahat saja ! Kakak akan pergi sebentar" jawab Naila sambil mendaratkan ciuman di kening Roman.
Naila sudah melangkahkan kakinya hendak meninggalkan ruangan itu, namun ia harus berhenti saat mendengar Roman kembali berkata.
"Tolong jangan melakukan apapun yang akan membahayakan mu kak !" Suara Roman memohon, namun Naila sudah bertekad akan melakukan apa saja untuk menyelamatkan nyawa adiknya.
"Semua yang kakak lakukan untuk kamu dek, kakak ingin kamu sembuh" setelah mengatakan itu Naila keluar dari ruangan. Ia tidak ingin Roman terus bertanya.
Setelah menutup pintu ruangan, Naila kembali mengeluarkan benda yang tadi ia masukkan ke saku celana, itu adalah kartu nama yang di berikan oleh pria asing kemaren.
"Aku harap kamu benar-benar bisa membantuku" batin Naila dan menatap nama yang tertera disana
Farel Artanegara.
*
*
*
Naila harus menganga saat melihat sebuah rumah mewah yang kini ada di hadapannya, ia kembali membaca alamat yang tertera di kartu nama itu dan memang ia tidak salah alamat.
Rumah itu sangat besar, dan setiap interiornya begitu mewah.
"Jadi pria asing itu adalah orang kaya" batin Naila.
Butuh beberapa menit bagi Naila sebelum akhirnya ia memencet bel rumah mewah itu.
Tidak berapa lama pintu terbuka, seorang wanita paruh baya keluar. Dan Naila menebak kalau wanita itu adalah pembantu di rumah ini.
Wanita paruh baya itu tersenyum ke arah Naila dan di balas oleh Naila.
"Cari siapa ?" Tanya wanita paruh baya itu dengan lembut.
"Saya Naila, saya ingin bertemu dengan Tuan Farel, apakah dia ada di rumah ?" Dengan sopan Naila menjawab.
"Jadi kamu yang bernama Naila, mari silahkan masuk ! Tuan Farel sudah menunggumu"
Kening Naila mengkerut saat mendengar ucapan wanita paruh baya itu.
Farel sudah menunggunya ?.
Apa itu berarti pria itu sudah tau kalau ia tidak akan menolak ?.
Dengan ragu-ragu Naila memasuki rumah itu, ia menarik napas panjang sambil mengikuti wanita paruh baya itu.
Naila kembali di buat kagum saat sudah masuk kedalam, bukan hanya di luar yang mewah bagian dalam pun tak kalah mewah. Naila merasa saat ini ia berada di sebuah istana. Apalagi dengan lukisan-lukisan yang menggantung di dinding semakin membuat Naila terkagum.
Sejak kecil memang Naila Sudah tertarik dengan seni lukis, ia bahkan sudah bercita-cita untuk menjadi pelukis hebat suatu hari nanti. Tapi takdir mempermainkan hidupnya dan orang tuanya pergi begitu cepat, sehingga ia tak bisa mewujudkan impian itu.
Kini Naila dan wanita paruh baya itu berhenti di depan sebuah pintu ruangan yang masih tertutup. Kegugupan langsung Naila rasakan. Ia tidak mengenal pria itu, tapi Naila sudah putus asa untuk mendapatkan uang agar bisa menyelamatkan nyawa adiknya.
Wanita paruh baya itu mengetok pintu tiga kali sambil berkata "Tuan, tamu anda sudah datang"
Wanita itu menatap Naila, senyum hangat masih tersungging di bibirnya "masuklah !" Pintanya.
"Tapi dia belum memberi izin untuk masuk" jawab Naila.
Wanita itu memegang tangan Naila dan mendekatkan tubuh Naila ke pintu "Tidak perlu, tadi tuan Farel sudah memberi tahu seluruh pelayan disini, jika anda tiba maka kami harus membawa anda kesini dan membiarkan anda masuk"
Naila kembali menarik napas "Benarkah ?" Ia bertanya pada wanita itu dengan gugup.
Wanita itu mengangguk sebagai jawaban, "Jadi silahkan masuk ! Tuan Farel sudah menunggu" setelah mengatakan itu wanita paruh baya itu meninggalkan Naila tanpa mengucapkan selamat tinggal.
"Tu-nggu" Naila berusaha menghentikan langka kaki wanita itu, Namun wanita itu tak peduli dan terus berjalan sampai hilang dari pandangan Naila.
Naila kembali menatap pintu yang masih tertutup, detak jantungnya menjadi tiga kali lebih cepat. Tepat di hadapannya adalah kamar orang asing dan hanya tuhan yang tau apa yang terjadi di dalam.
Naila menggigit bibir bawahnya, ia berpikir dua kali untuk melanjutkan tujuannya. Namun saat akan mundur entah kenapa wajah sang adik terus terbayang.
Dan pada akhirnya, Naila memutuskan untuk melanjutkan rencananya. Ia melakukan ini untuk Roman, ia bersedia melakukan apa saja, bahkan nyawa nya sendiri akan ia taruhkan untuk menyembuhkan Roman.
Kalau saja ia bisa memindahkan rasa sakit itu, mungkin sudah Naila lakukan. Biar kan saja dia yang sakit lalu Roman hidup sehat.
Kembali menarik napas dalam-dalam, Naila akhirnya meletakkan tangan nya di gagang pintu. Detak jantungnya semakin cepat saat ia memutar kenop pintu untuk membukanya.
Perlahan pintu itu terbuka, Naila tidak bisa melihat apapun karena keadaan di dalam gelap gulita. Kepala Naila memanjang untuk melihat sekitar dan ia harus menjerit ketika lampu kamar di nyalakan.
Naila melihat sekeliling, dan kembali terkejut saat melihat pria yang mendekatinya di rumah sakit kemaren sedang menatapnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Amin Srgfoo
menarik
2023-04-26
0