MENIKAH

Setelah kondisi Ega stabil, Rama dan Vallen memutuskan menikah dan acara di lakukan sangat sederhana, acara pernikahan tersebut hanya di hadiri keluarga inti dan beberapa sahabat orang tua Rama. Kabar pernikahan Rama tentu saja membuat semua orang terkejut, pasalnya dokter muda itu tak pernah memperkenalkan seorang gadis pun pada keluarganya dan tiba-tiba saja dia membawa kabar bahagia.

Setelah menikah, Vallen di boyong ke rumah orang tua Rama, awalnya Rama bersikeras untuk tinggal terpisah dari orang tuanya, namun melihat hubungan Rama dan Vallen yang awalnya kurang baik, orang tua Rama tidak mengizinkannya dengan alasan Vallen sedang hamil muda dan butuh orang yang mengawasinya selama Rama bekerja.

"Vall, mulai sekarang kami adalah keluargamu. Panggil aku mama ya. Oh ya, dia adalah suami Zea, namanya Sam," ucap Indy memperkenalkan menantu pertamanya.

Vallen hanya mengangguk, dia masih belum percaya jika kini telah menikah dan akan menjadi seorang ibu.

"Rama, ajak istrimu ke kamar," titah Indy dan Rama tak bisa menolak, pria itu naik ke lantai atas tanpa berkata apapun. "Ikuti suamimu, jangan takut, dia memang sedikit pendiam," imbuh Indy mencoba menenangkan Vallen.

"Kalau begitu saya permisi," Vallen lalu mengikuti suaminya. Di depan pintu kamar dia ragu untuk masuk, tapi Vallen tidak ingin membuat keributan di hari pertama dan menyusul Rama masuk ke dalam kamarnya.

"Kau bisa tidur di ranjang, tapi ingat jangan sentuh apapun barang milikku," ucap Rama dengan dingin, pria itu bahkan tak menatap wajah Vallen sama sekali.

"Lalu kau tidur di mana?" tanya Vallen penasaran, toh mereka tidak mungkin tidur di kasur yang sama.

"Sofa!" jawabnya singkat, padat dan cuek.

"Kau tidur saja di kasur, aku bisa tidur di sofa. Jangan khawatir, aku cukup tau diri, aku tidak akan mengganggu kehidupanmu, setidaknya selama aku tinggal di sini," ujar Vallen, baginya dia hanya perlu melahirkan anak yang kini ada di dalam kandungannya, setelah itu dia akan pergi dan mengejar impiannya.

"Baguslah kalau kau sadar diri!" hardik Rama tanpa perasaan, entah sejak kapan pria itu berubah, dahulu dia adalah pria yang baik hati dan lembut, kenapa sekarang dia memperlakukan Vallen dengan buruk.

Rama masuk ke kamar mandi dan membanting pintu dengan keras, Vallen terperanjat dan hanya bisa mengelus dada. Vallen duduk di sofa yang akan menjadi tempat tidur barunya. "Lumayan empuk," gumamnya seraya tersenyum.

Setengah jam kemudian Rama keluar dari kamar mandi, pria itu terlihat lebih segar dengan rambut basah. Vallen tak sengaja menatap wajah Rama, sekilas pria itu tampak tampan di mata Vallen.

"Rama," panggil Vallen ragu.

Rama menoleh dan menatap Vallen. "Apa?" tanyanya acuh.

"Aku harus pulang, aku lupa membawa pakaianku," ucap Vallen.

"Ya!"

"Terima kasih!"

Vallen keluar dari kamar Rama, wanita itu masih mengenakan baju pengantin karena dia tak membawa pakaian ganti. Di tangga dia berpapasan dengan Zea dan kedua putranya yang akan pergi ke kamar mereka. "Vall, kau mau kemana?" tanya Zea dengan ramah.

"Mm, aku mau pulang Ze, aku lupa tidak membawa baju," jawab Vallen apa adanya.

"Pulang? Dengan gaun pengantin itu?" ucap Zea seraya menunjuk gaun pengantin yang masih melekat di tubuh kurus Vallen.

Vallen hanya mengangguk dan tersenyum hambar.

"Ayo ikut ke kamarku, kau bisa memakai bajuku dulu. Nanti aku akan menyuruh Rama untuk mengantarmu pulang!"

"Tapi Ze.."

"Tidak ada tapi-tapi, ayo ikut," Zea menggandeng tangan Vallen dan membiarkan kedua putranya ke kamar lebih dulu. Vallen tampak ragu masuk ke dalam kamar Zea, menurutnya sangat tidak sopan masuk ke dalam kamar seseorang.

"Tunggu sebentar," Zea membuka lemari pakaiannya, Vallen tak begitu terkejut melihat isi lemari baju Zea yang di penuhi baju mahal. Zea meraih salah satu dress dan memberikannya kepada Vallen. "Ukuran tubuh kita hampir sama, dress ini pasti cocok untukmu. Tenang saja ini masih baru!"

"Terima kasih Zea, maaf merepotkanmu," ucap Vallen seraya menerima dress tersebut.

"Apanya yang repot, kita kan sekarang keluarga. Cepat ganti bajumu, kau pasti tidak nyaman memakai baju pengantin!"

Vallen kembali ke kamar Rama, tapi dia lupa mengetuk pintu membuat Rama marah, apalagi Rama hanya memakai celana panjang dan tidak memakai baju karena dia pikir Vallen sudah pergi.

"Apa kau tidak bisa megetuk pintu?" Rama berteriak marah.

"Maaf Ram, aku lupa kau ada di dalam kamar!"

"Kenapa kau belum pergi?" tanya Rama dengan kesal, pria itu segera memakai bajunya.

"Zea menyuruhku menganti baju," jawab Vallen pelan, dia lalu masuk ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya. Vallen keluar dari kamar mandi, tanpa berkata apapun dia keluar dari kamar Rama, dia harus segera pulang ke rumahnya sebelum malam.

Vallen menaiki taxi yang sudah dia pesan sebelumnya. Sekitar setengah jam kemudian Vallen tiba di rumahnya. Wanita itu menghela nafas berat seraya menatap rumah tua tersebut, dengan hati berat Vallen masuk ke dalam rumah yang syarat akan kenangan itu. Vallen langsung ke kamarnya, dia tak perlu berkemas lagi karena semua pakaiannya sudah berada di dalam koper. Vallen duduk di tepi ranjang dan meraih pasport serta tiket pesawat yang tergeletak di atas meja.

"Hanya sembilan bulan, aku harus bertahan!" gumam Vallen dengan wajah sendu. Siapa sangka hidupnya akan berakhir seperti ini, menikah dengan pria yang tidak dia cintai.

Vallen berbaring di kasurnya, seharian ini dia berdiri sehingga kakinya sangat pegal. Karena sangat lelah, Vallen ketiduran hingga larut malam.

Sementara itu di rumah orang tua Rama, semua orang khawatir karena Vallen belum juga kembali. Indy berkali-kali memeriksa jam tangan dan mencoba menghubungi menantunya, namun Vallen tak mengangkat telefonnya membuat wanita paruh baya itu semakin khawatir.

"Rama, susul Vallen sekarang juga!" titah Indy dengan marah, dia kembali kecewa dengan putranya karena membiarkan Vallen pergi seorang diri.

"Rama tidak tau alamatnya," jawab Rama tanpa rasa bersalah sedikitpun, pria itu begitu sibuk dengan buku-bukunya.

"Suami macam apa kau ini Ram, bagaimana kalau terjadi sesuatu pada Vallen," hardik Zea yang ikut kesal dengan saudara kembarnya. "Ayo kak, kita jemput Vallen. Aku tau alamatnya," ajak Zea pada suaminya.

Sam mengangguk, pria itu beranjak dari kursinya dan mengambil kunci mobil di meja. Sebelum pergi Sam menghampiri Rama yang terlihat sangat cuek. "Beberapa tahun yang lalu kau selalu menceramahiku untuk tidak menyakiti Zea. Tapi lihatlah dirimu sekarang, kau bahkan lebih kejam dari aku," ucap Sam penuh sindiran. Sam dan Zea menikah karena perjodohan, di awal pernikahan mereka, Sam belum mencintai Zea dan selalu mengabaikan Zea. Di saat itu, Rama kerap mendatanginya dan menceramahinya agar mau menerima Zea dan belajar mencintai Zea.

Rama sedikit terusik dengan cibiran adik iparnya, dia melemparkan bukunya dengan kasar. "Aku yang akan menjemputnya!"

BERSAMBUNG...

Terpopuler

Comments

👑Ria_rr🍁

👑Ria_rr🍁

materi mah mudah dan ringan ngucapinnya, yang susah tu praktek di lapangan. menghadapi semua siksaan batin dan gejolak di setiap masalah

2023-04-01

0

Yusi Lestari

Yusi Lestari

kadang orang itu kalau menasehati seseorang gampang banget giliran melakukannya sendiri susah banget dan kadang belum tentu bisa

2023-03-08

2

Anonymous

Anonymous

Lanjutannnnnnn

2023-03-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!