Satu bulan kemudian...
Dengan uang dari Kelly, Vallen memutuskan akan kembali ke luar negeri dan melanjutkan kuliahnya. Dia berencana akan menatap di luar negeri dan melupakan semua kenangan buruk selama dia di Indonesia. Vallen sedang memberesi beberapa bajunya karena dia hanya membawa beberapa barang saat pulang, rencananya dia akan pamit.pada Felisya sebelum berangkat ke luar negeri.
Setelah selesai mengemas barang-barangnya, Vallen bersiap untuk menemui Felisya di rumahnya. Namun Vallen merasa kepalanya sangat pusing dan perutnya terasa di aduk-aduk, Vallen segera berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua isi perutnya.
“Aku pasti masuk angin. Lebih baik aku ke rumah sakit, dua hari lagi aku harus pergi dan aku harus sehat!”
Vallen terus merasa mual selama perjalanan menuju rumah sakit, setelah mendaftar dia segera masuk ke dalam ruangan dokter dan di periksa. Vallen menjelaksan kondisinya kepada dokter, mulai dari pusing, mual dan muntah.
“Tolong berikan obat yang manjur dok, dua hari lagi saya harus ke luar negeri, saya harus sembuh,” pinta Vallen.
“Kapan terakhir anda mestruasi?” bukannya menjawab, dokter itu malah bertanya pada Vallen.
“Kenapa anda menanyakan hal itu dok?” tanya Vallen dengan cemas, karena dia baru ingat jika dia belum datang bulan sejak malam panas sebulan yang lalu.
“Tanda-tanda yang anda sebutkan sangat mirip dengan tanda-tanda ibu hamil!”
“Tidak mungkin dok, saya tidak mungkin hamil!”
“Kita bisa memastikannya setelah mengetes urin dan darah anda!”
Meski takut, namun akhirnya Vallen setuju untuk tes darah dan tes urin. Tak butuh waktu lama sampai tes urin keluar, Vallen begitu terkejut melihat dua garis merah di test packnya. Dengan tangan bergetar, Vallen memberikan test pack tersebut kepada dokter.
“Sesuai dugaan saya, anda memang sedang hamil. Selamat ya. Jika di hitung dari hari terakhir anda menstruasi, kandungan anda memasuki usia enam minggu,” jelas dokter itu sambil tersenyum.
Seolah batu besar menghantam kepalanya, Vallen terduduk lemas dengan tubuh yang bergetar hebat. Apakah belum cukup penderitaannya selama ini, kenapa dia harus hamil dan yang lebih menyedihkan lagi dia bahkan tak mengenali ayah dari bayi yang di kandungnya.
Vallen keluar dari ruangan dokter setelah hasil tes darah juga memastikan jika dia posisit hamil, Vallen berjalan seperti orang linglung, dia bahkan tak sadar telah menabrak seseorang hingga kertas hasil pemeriksaannya jatuh berantakan.
“Maafakan saya, anda baik-baik saja kan?” tanya seorang pria yang dia tabrak, Vallen tak menjawab dan hanya menunduk mengamati seorang pria yang mengenakan jas dokter sedang memunguti kertas hasil tesnya. Pria itu lalu kembali berdiri, sekilas pria itu membaca hasil tes milik Vallen. “Ini milik anda, anda yakin baik-baik saja kan?” tanyanya seraya menyodorkan kertas hasil tes kepada Vallen.
Vallen menerima kertas tersebut, wanita itu lalu mengangkat kepalanya untuk mengucapkan terima kasih. “Terima ka....” Vallen tak melanjutkan kalimatnya, bola matanya membelalak sempurna melihat pria yang tak asing baginya. Sama halnya dengan Vallen, pria itu juga tampak begitu terkejut.
“Kau,” pekik pria itu tertahan. “Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah sudah aku katakan jangan sampai kita bertemu lagi!”
Vallen merapikan rambutnya ke belakang telinga, wanita itu tak tau harus berbuat apa sementara kini ayah dari bayinya berdiri tepat di hadapannya. “Saya tidak tau anda bekerja di sini. Saya datang kemari karena saya harus memeriksa sesuatu!”
“Memeriksakan sesuatu?”
“Saya hamil?” aku Vallen, biar bagaimanapun pria itu harus tau jika Vallen mengandung bayinya.
“Hamil?” ulang pria itu dengan wajah menegang.
“Saya hamil anak anda!”
Pria itu meraup wajahnya dengan frustrasi, bagaimana tidak, tiba-tiba seorang wanita asing datang dan mengaku hamil anaknya.
“Ikut aku!”
Pria itu menarik tangan Vallen dan membawanya ke sebuah ruangan. Pria itu segera melepaskan tangan Vallen begitu mereka tiba di ruangan tersebut. “Siapa namamu?” tanya pria itu dengan nada tak bersahabat.
“Vallen!”
“Dengar nona Vallen, apa kau memiliki bukti jika kau hamil anakku?”
Vallen menggelengkan kepalanya dengan lemah. “Tidak, tapi saya hanya melakukannya dengan anda!”
“Tidak mungkin!”
“Tidak masalah jika anda tidak percaya. Saya juga tidak menginginkan bayi ini. Karena kita berdua tidak menginginkannya lebih baik kita gugurkan bayi ini!” putus Vallen seraya meredam emosinya.
“Oke, kita gugurkan saja bayi itu!”
Brakk...
Kedua orang itu menoleh begitu mendengar pintu terbuka dengan keras, pria itu tampak terkejut melihat seorang wanita paruh baya sedang menatapnya dengan sorot amarah. Wanita paruh baya itu berjalan menghampiri pria itu.
“Apa maksudmu Rama? Siapa yang hamil dan kenapa bayinya harus di gugurkan?” cecar wanita paruh baya itu dengan mata berkaca-kaca.
“Ma, dengar dulu penjelasan Rama!” ucap pria yang ternyata bernama Rama itu sambil memegang kedua tangan ibunya.
“Nona, apa benar anda hamil anak Rama?” tanya Indy, ibunda Rama yang kebetulan datang untuk mengajak putranya makan siang dan malah mendapati fakta yang mengejutkan.
“Benar tante,” jawab Vallen apa adanya, toh Indy sudah mendengar percakapannya bersama Rama, jadi Vallen tidak bisa berkilah lagi.
“Lalu kenapa kalian akan menggugurkan bayi tidak berdosa ini?” Indy menatap Rama dan Vallen secara bergantian.
“Rama tidak yakin kalau bayi itu milik Rama mah!”
Plak...
Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Rama, sang ibu menatapnya dengan nanar dan nafas yang naik turun. “Apa mama pernah mengajarimu untuk tidak bertanggung jawab? Kau meragukan bayi itu sama saja kau merendahkan gadis yang kau hamili Rama! Mama tidak mau tau kalian harus bertanggung jawab, kalian harus menikah secepatnya!”
“Apa? Menikah?
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
moga dengan pernikahan nih Rama bisa berbaik dengan Vallen
2023-09-06
0
Uesman Uesiel
wAooo ini ternyata kisah rama
2023-04-02
0
👑Ria_rr🍁
aduh² bisa kagak ya kamu mengungkap rahasia ini
2023-04-01
0