Pesona Valen sangat top melebihi Leon karena keramahannya di depan semua murid-murid. Sementara Celine, Jully dan Albert merasa ingin muntah karena sikap alay Valen di mata mereka. Jika ketiga kakak OSIS merasa jijik namun berbeda dengan murid-murid kelas X-5 sangat menyukai dengan pesona Kak Valen. Sementara Kak Leon cemberut karena kalah pamor dengan Kak Valen.
Setelah selesai berkenalan dengan adik-adik kelas X-5, kakak-kakak OSIS memberikan informasi mengenai kegiatan yang akan dilakukan dan diikuti oleh seluruh siswa kelas X.
"Nah sekian perkenalan dari kami,kami mau memberi tahu kegiatan apa saja yang wajib kalian ikutin," ucap Kak Valen.
Valen segera menyuruh Jully dan Leon untuk membagikan buku kecil yang berisi aktivitas kegiatan pengenalan lingkungan sekolah atau yang dikenal sebagai MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) kepada murid-murid kelas X-5 agar bisa mengikuti kegiatan dengan baik dan bisa makinakrab dengan lingkungan sekolah mereka. Setelah murid-murid masing-masing mendapatkan satu buah dengan segera Kak Valen menjelaskan isi kegiatan dan peralatan apa saja yang harus dipersiapkan untuk kegiatan MPLS yang dimulai besok hari.
"Besok kalian harus membaca bibit karena besok kegiatannya adalah menanam di taman sekolah," jelas Kak Valen.
"Jadi kalian kalau keberatan untuk membeli bibit kalian bisa menyuruh salah satu teman kalian dan kalian ikut mengumpulkan uang agar bisa setiap anak dapat satu bibit," jelas Kak Leon yang menjelaskan acara keesokannya.
"Apakah ada yang perlu ditanyakan?" ucap Kak Celi yang memberi izin untuk bertanya bagi yang belum mengerti atau belum jelas mengenai kegiatan keesokan harinya.
Salah satu siswa bertanya dan mengangkat tangannya dengan segera saja dia disuruh mengungkap pendapatnya oleh kakak-kakak OSIS yang melihatnya mengangkat tangannya.
"Iya kamu silakan bicara. Namun sebelum mengungkapkan pendapatmu tolong perkenalkan dirimu," ucap Kak Albert tegas.
"Baik, kak" ucap siswa yang mengangkat tangannya tersebut.
"Halo kakak-kakak OSIS dan teman-teman sekelas. Perkenalkan nama saya adalah Mikhael Cokro, saya alumni SMP Cahya Pelita," ucap Mikhael setelah memperkenalkan dirinya setelah disuruh oleh Kak Albert untuk memperkenalkan dirinya.
"Baik, Mikhael, katakan pendapat apa yang kau mau katakan,"ucap Kak Celi dengan tegas.
"Begini kak apakah lebih baik dibentuk kelompok untuk mengurangi beban teman-teman, setahu saya itu mepet kak. Jika seluruh SMA Negeri sama kegiatan, bisa-bisa habis duluan kak. Itu saja pendapat saya," ucap Mikhael setelah mengungkapkan pendapatnya dan dia kembali duduk di mejanya.
Sementara para kakak OSIS mendengar suara pendapat Mikhael segera berunding karena ide adik kelasnya sangat masuk akal.
"Apakah mau diputuskan berkelompok?" ucap Celin berbisik.
"Iya, ucapannya masuk akal juga," ucap Jully ikut berdiskusi.
"Setahuku seluruh SMA Negeri kawasan besok kegiatannya sama," ucap Leon ikut berkomentar.
"Baiklah, diputuskan saja untuk berkelompok biar mudah," ucap Albert.
"Baiklah, kalau begitu," ucap Valen.
Segera setelah berembuk dan mendapatkan hasil yang memuaskan kembali kakak-kakak OSIS merevisi pendapat mereka.
"Baiklah, kami sudah memutuskan kalian boleh membentuk kelompok dan anggotanya hanya tiga orang saja," ucap Kak Reon.
"Karena kalian belum mengenalnya jadi kami akan membentuk kelompok kalian, " ucap kak Celine tegas.
Sebagian siswa kelas X-5 merasa kecewa karena tidak bisa membentuk kelompok sendiri. Namun ada benarnya mereka tidak kenal dengan teman satu kelasnya. Sehingga mereka tidak berani membantah ucapan kakak OSIS mereka.
Teng.... teng....
Suara bel bergantian pelajaran berbunyi. Bel tersebut hanya untuk siswa kelas XI dan XI. Untuk siswa kelas X mereka menunggu kedatangan wali kelas mereka.
"Untuk kegiatan hari ini akan bersama dengan wali kelas dan guru pendamping. Jadi kami akan pergi dahulu. Kalian tunggu wali kelas kalian, ya, dan usahakan jangan sampai membuat kerusuhan!" ucap Kak Albert tegas.
"Baik, kak," ucap siswa kelas X-5 serentak.
"Kakak akan pamit kalian jangan ramai sendiri. Boleh bicara tetapi jangan sampai ribut," ucap Kak Celi dengan tegas.
"Baik, kak, kami tidak akan ribut," ucap adik-adik kelas X-5 dengan serempak.
Setelah adik kelasnya bisa dipercaya, kakak-kakak OSIS keluar dari kelas X-5 menuju ke ruang perpustakaan karena grup OSIS di App line sudah memberi tahu jika mereka akan berkumpul di perpustakaan untuk berdiskusi tentang acara besok.
Setelah kakak OSIS pergi, di setiap kelas X kembali sedikit ramai karena mereka berkenalan dan hendak membentuk grup kelas di berbagai sosial media yang mereka punya.
Sementara itu Selen hanya bisa menatap kelasnya yang ribut untuk berkenalan. Dia hanya bisa menunggu murid yang mau berkenalan dengan dirinya. Setelah menunggu cukup lama, dia tidak menemukan satu pun yang mendekatinya sehingga dengan bosan dia mendekati salah satu anak perempuan yang bisa dia dekati.
"Hai, boleh aku berkenalan denganmu?" tanya Selen dengan ramah.
Gadis tersebut mengangkat wajahnya dan terlihat jelas jika dia baru saja bangun dari tidurnya akibat kelasnya ramai.
"Sepertinya dia tipe denganku, susah untuk berteman," batin Selen melihat rona baru bangun dari gadis tersebut.
"Mungkin aku bisa lebih akrab dengannya jika berjodoh," batinnya kembali.
Sementara itu gadis tersebut mengucek matanya dan memandang gadis imut dan cantik sedang menatap dirinya yang baru saja bangun tidur akibat kemarin malam dia bergadang menonton anime kesukaannya.
"Mengapa di mimpiku bisa melihat Miku Hatsune," batin gadis tersebut ketika menatap Selen yang mirip seperti Hatsune Miku, tokoh anime yang disukainya.
"Miku-chan, apakah kau menghampiri aku?" ungkap gadis tersebut tanpa sadar telah bergumam menyebutkan karakter waifu favorit-nya.
Selen yang mendengarnya perkataan gadis tersebut terheran karena temannya memanggil bukan namanya.
"Wajar juga sih belum kenal," batin Selen yang memaklumi temannya yang salah panggil.
"Hey, kamu salah panggil aku bukan Miku," ucap Selen.
Sekejap mata gadis tersebut tersadar dan seketika malunya karena dia tanpa sadar berucap yang tidak-tidak.
"Mati aku apa dia tahu aku cewek nolep yang Wibu?" batin gadis tersebut sedikit ketakutan.
"Ehh, maafkan aku, aku ketiduran," ucap gadis tersebut dengan muka memerah akibat malunya yang luar biasa.
"Santai saja, aku juga tadi sempat mengantuk," ucap Selen dengan jujur sehingga membuat gadis tersebut sedikit santai karena-nya.
"Kalau boleh tahu kamu siapa namanya, aku Selena," ucap Selen menjulurkan tangannya.
"Namaku Vanya Den Haagen," ucap Vina, gadis tersebut.
"Namanya cantik sekali sesuai dengan orangnya," batin Selen sambil kembali menatap Vanya.
"Ahh, keturunan Belanda ya?" tanya Selen kembali.
"Iya, aku keturunan Belanda, cuma warna iris mataku saja yang menurun dari neneku, yang keturunan Cina," ucap Vina.
"Ah begitu ya, bearti keturunan Belanda-Cina?" tanya Selen.
"Iya, betul sekali, Aku baru saja ke Indonesia. Meskipun neneku merupakan orang Tionghoa yang tinggal di Indonesia karena pindah ke Indonesia," jelas Vanya.
"Kalau kau mau panggil saja aku Vina, meskipun namaku Vanya," ucap Vina.
"mengapa?" tanya Selen bingung.
"Untuk itu biarkan jadi rahasia dahuluya. Omong-omong kau keturunan mana?" tanya Vina.
"Aku keturunan Tionghoa yang lahir di Indonesia. tetapi keluarga orang Surabaya, cuma pindah ke Medan," jelas Selen.
"Begitu ya," angguk Vina setelah mendengar penjelasan Selen.
Mereka berdua mengobrol ringan di meja Vina hingga wali kelas masuk ke kelas X-5 dan menyuruh murid-murid-nya untuk duduk kembali ke bangku mereka masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments