Menentukan Hari Pernikahan

“Baiklah, asal kau bisa merubah rumah gubuk kandang ayam ku menjadi beton, dan memastikan keluarga ku kenyang, aku akan mengabdikan seluruh hidup ku pada mu, tuan.” ucap Kenisha dengan mata berkaca-kaca.

David mengernyitkan dahinya saat melihat Kenisha yang terlihat bersedih.

“Apa kau terpaksa menikah denganku?” tanya David penuh selidik.

“Tidak aku hanya bersedih karena harus meninggalkan keluarga ku,” jawab Kenisha.

David mengerti arti dari kekhawatiran calon istrinya.

“Apa hanya itu persyaratan darimu?” tanya David.

“Iya tuan.” Kenisha menganggukkan kepalanya.

“Baiklah, aku terima.” kemudian David mengambil cincin berlian yang ia bawa.

“Itu artinya kau bersedia ku ikat sekarang?” David menatap tajam mata Kenisha.

“Iya tuan.” Kenisha menganggukkan kepalanya.

Kemudian David menyematkan cincin berlian indah itu ke jari manis kiri Kenisha.

Hati Kenisha pun mendadak resah melihat cincin yang melingkar di jarinya.

Ketika Kenisha hanyut dalam lamunannya ia pun di buat terkejut, karena David menyeka air matanya dengan sapu tangan berwarna putih.

Sejak kapan aku menangis? Kenisha tak sadar kalau air matanya mengalir

“Dasar cengeng, kira-kira kau sanggup berapa lama menjadi istri ku?” gumam David.

“Selamanya,” sahut Kenisha.

Mendengar jawaban dari gadis cantik yang ada di hadapannya David pun menganggukkan kepalanya.

“Bagus.” David mengangkat kedua alisnya ke atas.

Ternyata Lilis dan Wahyu yang ada di belakang rumah menyaksikan hal itu.

“Alhamdulillah, sebentar lagi kehidupan kita akan berubah Lis.” Wahyu yang merasa bahagia memeluk erat istrinya.

“Semoga saja mas, aku berharap ini adalah keputusan terbaik.” Lilis tersenyum bahagia karena putrinya akan menikah dengan pria kaya raya.

Sementara David yang punya pekerjaan penting lain pun meminta tolong pada Kenisha.

“Bisakah kau memanggil kedua orang tua mu kemari?” David berniat ingin membicarakan soal tanggal pernikahan mereka.

“Tunggu sebentar tuan ” kemudian Kenisha berdiri dari duduknya, lalu beranjak menuju ke belakang rumahnya.

Sesampainya kenisha ia pun melihat kedua orang tuanya tersenyum lebar kepadanya.

“Tuan ingin bicara dengan ayah dan ibu.” Kenisha menyampaikan hajat dari calon suami.

“Baiklah nak, ayo kita ke sana,” ujar Wahyu.

Kemudian ketiganya pun menemui David secara bersamaan.

Setelah Lilis dan Wahyu duduk di atas tikar Kenisha yang tidak kebagian tempat pun memilih duduk di atas tanah.

David yang melihat hal itu merasa keberatan, menurutnya calon istri masa depannya tidak pantas duduk disitu.

Kemudian David bergeser sedikit agar calon istrinya muat duduk di sebelahnya.

“Kemari lah.” David menepuk-nepuk bagian tikar yang kosong.

Kenisha yang belum resmi menjadi istri David tentu saja menolak, pasalnya ia merasa itu kurang sopan, terlebih di hadapan mereka ada ibu dan ayahnya.

“Terima kasih banyak tuan, aku duduk di sini saja karena lebih sejuk.” Kenisha menolak dengan sopan.

Karena Kenisha tak mau David pun tak ingin memaksa.

Lalu ia memfokuskan perhatiannya kepada kedua orang tua Kenisha yang ada di hadapannya.

“Jujur aku sangat buru-buru, bagaimana menurut bapak dan ibu jika kami menikah 4 hari lagi?” David meminta pendapat kedua orang tua Kenisha.

“Apa tidak bisa di undur tuan? Karena kami sendiri belum memiliki persiapan apapun.” Wahyu memintakan kelonggaran waktu pada calon menantunya.

“Tidak bisa pak Wahyu, aku sibuk di hari yang lain, lagi pula kalian tak perlu melakukan apapun, serahkan saja semuanya pada ku, besok akan ada supir yang datang kesini untuk menjemput kalian semua.” David yang punya banyak uang mampu menyulap gedung raksasa dalam satu hari.

“Bagaimana Ken?” Wahyu bertanya pada putrinya.

“Aku setuju ayah.” Kenisha tak menolak karena ia ingin sang calon suami segera mengirim sembako dan membangun rumah yang lebih layak untuk keluarganya.

Mendengar keputusan Kenisha kedua orang tuanya pun ikut setuju.

“Baiklaj tuan, kami menerima lamaran dari tuan, semoga pelaksanaan pernikahan tuan dan anak saya berjalan dengan lancar,” ujar Wahyu.

“Aamiin, kalau begitu saya permisi dulu, sampai bertemu besok Kenisha.” tanpa meminum air atau memakan kue yang ia bawa.

David yang masih banyak pekerjaan memutuskan untuk meninggalkan kediaman calon istrinya.

Ia pun bangkit dari duduknya lalu menjabat tangan Lilis dan Wahyu.

Pada saat giliran Kenisha, David pun menggenggam tangan wanita cantik itu untuk beberapa saat hingga membuat jantung Kenisha bergetar.

“Jaga kesehatan dan jangan banyak pikiran babe.”

Deg!

Wajah Kenisha yang putih seketika memerah saat mendengar kata terakhir yang di ucapkan calon suaminya.

“I-iya tuan.” sahut Kenisha dengan pandangan tak menentu, meski ia tak menyukai David, namun Kenisha yang mendapat panggilan romantis itu menjadi grogi dan salah tingkah .

Kemudian David melepaskan genggaman tangannya.

Setelah itu ia balik kanan dan menuju ke dalam mobilnya.

Tintin!

Setelah Marwan membunyikan klakson, perlahan roda mobil mewah itu mulai bergerak meninggalkan rumah keluarga Kenisha.

Setelah mobil David luput dari pandangan mereka bertiga.

Wahyu yang dari tadi memperhatikan perubahan putrinya pun mengutarakan apa yang ada dalam hatinya.

“Ayah suka padanya meski pun mulutnya pedas, apa kau sependapat dengan ayah?” Wahyu tersenyum pada putrinya.

Lalu Kenisha menoleh ke arah ayahnya yang ada di sebelahnya.

“Ayah benar, terimakasih telah mengenalkan tuan David pada ku,” ucap Kenisha.

“Ibu tidak mengerti kenapa dia memilih mu, Ini memang keberuntungan yang tidak terduga, mungkin inilah yang di namakan jodoh.” Lilis mengelus dadanya yang terus berdebar kencang karena merasa bahagia.

“Ibu mu benar, oke! Tapi sekarang ayah mau tanya pendapat kalian, kira-kira 26 tas ini mau kita taruh dimana?” Wahyu senang bercampur sedih.

Sebab jika mereka memasukkan ke dalam rumah, makan mereka harus tidur di luar.

“Kitakan punya karung yah, susun di dalam karung saja,” ujar Kenisha.

“Betul juga, Lilis tolong ambil karung yang tergantung di dinding belakang rumah.” Wahyu meminta bantuan istrinya.

“Iya mas.” saat Lilis akan beranjak Kenisha pun mencegahnya.

“Biar aku saja bu.” Kenisha menawarkan diri karena kasihan pada ibunya yang baru datang berjalan jauh membeli kue.

“Tidak, ibu mu saja nak, tugas mu sekarang membuka satu persatu hadiah yang di bawa calon suami mu untuk mu.” Wahyu berkata demikian karena ia berharap di antara banyaknya tas belanja itu David memberikan satu baju untuknya.

“Baik ayah.” Kenisha menuruti permintaan ayahnya.

Kenisha pun membuka satu persatu tas yang ada di hadapannya.

Pertama Kenisha mengambil tas berwarna merah muda dan mengeluarkan isinya.

“Baju yah.” mata Kenisha langsung berbinar melihat gaun indah berwarna Lilac yang ada di tangannya.

“Bagus sekali Ken.” Lilis yang tadinya ingin mengambil karung malah gagal fokus.

“Pasti cocok untuk mu, coba kau pakai.” Wahyu yang ikut kegirangan ingin melihat putrinya mengenakan pakaian bagus yang terlihat mahal itu.

“Tapi aku pakai baju lapis ayah, lagi pula aku belum mandi.” Keisha takut jika membuat kotor baju pemberian calon suaminya.

“Tidak apa-apa, nanti bisa di cuci.” Wahyu tetap memaksa karena ia merasa penasaran seperti apa penampilan putrinya kalau mengenakan gaun itu.

“Astaga ayah.” akhirnya Kenisha mencoba gaun tersebut.

Terpopuler

Comments

Nm@

Nm@

Kenisha luoa mengatakan syarat dari sang Ibu tentang beras sekarung

2023-05-09

0

Eylna Fadli

Eylna Fadli

jiwa miskinku meronta ronta

2023-04-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!