Sepuluh tahun kemudian.
Dengan tetes darah Puan, Anthony bukan hanya kembali segar. Dia juga bisa berjalan di dunia terang dan kembali merasakan hangatnya matahari.
Kehadiran Dato Kumbang dan Puan melengkapi hidupnya. Meskipun mereka tidak hidup bersama namun setiap hari pasti bertemu.
Anthony memilih tinggal di gua yang ada di pinggir pantai. Sementara Puan tinggal dengan Dato Dalang di pinggir hutan.
Dengan pengetahuan ketika tinggal bersama keluaranya, Anthony memelihara domba dan sapi. Dengan demikian, dia tidak perlu lagi berburu. Begitu juga Puan dan Dato Kumbang. Keduanya bisa memakan daging binatang kapan saja mereka mau.
Hari itu, seperti biasa Anthony harus mencari rumput untuk ternaknya. Beruntung banyak rumput hijau di sana sehingga ternaknya menjadi gemuk-gemuk.
Di saat sedang serius memotong rumput. Anthony merasakan kehadiran seseorang. Dia sengaja bersembunyi di balik rimbunnya semak.
Tak lama, seekor kelinci berlari sekencang-kencangnya melewati padang rumput. Di belakangnya seorang gadis berlari mengejarnya.
Gadis itu sangat santik dengan wajah bersinar dan rambut panjang terurai. Dia tertawa ceria memperlihatkan giginya yang kecil-kecil seperti biji jagung berwarna putih.
Anthony masih bersembunyi dibalik semak. Terkesima dengan kecantikan gadis itu. Tak percaya kalau gadis cantik itu adalah gadis kecil yang pernah ditemuinya pertama kali menjejakkan kaki di pulau itu.
Ya! Gadis cantik itu adalah Puan yang sudah tumbuh remaja. Kecantikannya sangat mempesona seperti permata di dasar lautan dan tidak seorangpun yang melihatnya. Kecuali Anthony.
Perubahan terjadi dengan Puan namun tidak begitu dengan Anthony. Dia masih seperti dulu tanpa ada perubahan sedikitpun. Tetap muda dan tampan.
Puan tertawa lepas ketika berhasil menangkap kelinci yang ketakutan karena mengira akan dimangsa.
"Tenanglah, Mbul! Aku tidak akan memangsamu sekarang ini. Tunggulah satu purnama lagi, aku akan memakanmu hidup-hidup!"
Kelinci itu ketakutan dan kembali meronta sehingga terlepas dari gendongan Puan.
"Hei! Jangan lari. Aku hanya bercanda aja kok. Mbuuuul, jangan tinggalkan aku ...," ujat Puan seraya kembali mengejar kelinci yang dipanggilnya dengan sebutan Mbuul.
Saking semangatnya mengejar kelinci sampai Puan tidak melihat ada sebongah batu didepannya. Spontan tubuhnya terhuyung ketika kakinya menginjak batu itu.
Dengan secepat kilat, Antony bergerak dan menangkap tubuh Puan sebelum terhempas ke tanah. Puan malah jatuh ke dalam pelukannya.
Deg ... deg ... deg ...
Eeh! Suara jantung siapa yang berdebar sekencang itu.
"Tuan ...."
Puan sedikit tersipu kala wajah mereka berdekatan. Anthony pun tak mampu mengendalikan detak jantungnya. Tersadar kalau suara detak jantung itu berasal darinya.
"Hati-hatilah! Kamu bukan anak kecil lagi."
Anthony segera melepaskan Puan. Mencoba menutupi debar itu.
Puan sangat tahu wajah orang asing itu tetap saja tampan meski sudah sepuluh tahun berlalu. Membuat hatinya semakin tak menentu.
"Apa aku bukan anak kecil lagi, Tuan? Apa aku sudah dewasa? apa aku cantik?"
Tangan Puan langsung menggerayut di lengan Anthony.
Puan tetaplah ceria meski sudah menginjak remaja. Bahkan sikap manjanya tidak hilang sedikitpun.
"Bagiku kau masih anak kecil! Lihatlah, kau masih saja bermain dengan binatang kecil itu!"
Puan menghentikan langkahnya. Sementara Anthony tetap saja berjalan menjauhinya.
"Kata Tuan tadi, aku sudah bukan anak kecil lagi! Tuan berbohong, kan? Iya, kan?"
Anthony tidak menyahut. Dia bergegas mengambil rumput yang tadi sudah dikumpulkannya.
Tiba-tiba, Puan sudah ada di depan Anthony. Spontan membuatnya terkejut, apalagi mereka sangat dekat.
"Diamlah sebentar, Tuan. Aku ingin melihat apa yang kamu lihat saat ini!"
"Aku sibuk! Ternakku pasti sudah kelaparan. Kalau kurus mana ada daging yang bisa kau makan!"
Anthony pura-pura acuh.
"Tuan!"
Puan menarik baju Anthony membuatnya tak bisa bergerak.
"Baiklah! Tapi sebentar saja. Satu detik cukup, kan?"
"Baik! Satu detik cukup, kok!"
Anthony tidak bisa mengelak lagi. Puan berdiri tegak di hadapannya. Mata mereka bertemu. Seperti kejadian dahulu.
Kini, Puanlah yang melihat bayangan dirinya dari mata Anthony.
"Apa yang kamu lihat, Tuan?"
"Seorang gadis cantik yang seperti anak kecil!"
"Tuan!!!
Tanpa sadar, tangan Puan melayang hampir menampar wajah Anthony.
Sigap, Anthony menangkapnya.
Deg ... deg ... deg ....
Suara itu terdengar lagi. Anthony terpaku. Dia hampir lupa kalau vampir seharusnya tidak punya jantung dan hati. Kini, jantungnya berdebar dan hatinya merasakan sesuatu!
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments