Puan tertegun mendengar kalau orang asing itu meminta darahnya.
"Hanya satu tetes saja ...," ucap orang asing itu lirih dengan bahasanya yang agak kaku.
Tidak! Bahkan tidak satu tetespun akan diberikan Puan. Dia sangat tahu resikonya.
"Atoook ...."
Puan menatap Dato Kumpang dengan pandangan penuh bimbang. Dia menunggu Sang Kakek memberikan keputusan.
Dato Kumbang tahu, cucunya itu ingin menolong. Tapi itu berarti menyerahkan seluruh hidupnya kepada orang asing.
"Maaf! Aku atau cucuku tidak bisa membantumu. Silakan cari hewan liar di hutan jika kau masih membutuhkan. Tapi ingat! Kamu hanya bisa mendapatkan binatang itu cukup satu saja. Setelah itu, pergilah dari pulau ini!"
Dato Kumbang belum menyadari siapa orang asing itu. Keinginannya sangat tidak masuk akal. Mungkin dia melakukan pesugihan dengan meminum darah. Dato Kumbang tidak akan memberikan hidup cucunya dengan orang seperti itu.
"Tidaak, jangan pergi. Tolonglah aku ...."
Pinta orang asing itu lagi.
"Ayo, Puan. Kita pergi dari sini!"
Dato Kumbang meraih tangan cucunya dan melangkah pergi.
Puan tidak mengatakan apapun dan mengikuti langkah kakeknya sambil beberapa kali menoleh kepada orang asing itu.
Kini, orang asing itu kembali tergeletak lemah. Hanya bisa memandangi langit yang sudah dipenuhi kegelapan. Hari terakhirnya hampir tiba.
Seharusnya dia senang. Penderitaannya sebentar lagi berakhir. Setelah sekian lama hidupnya bergantung dengan darah.
Malam mengerikan itu masih melekat dalam ingatan. Manusia berwajah pucat itu adalah seorang pekerja di kapal. Karirnya sangat cemerlang karena pandai berbahasa melayu.
Suatu ketika, disudut kapal yang gelap, sesuatu sudah menggigit lehernya namun tidak membiarkannya mati.
Orang asing itu dibiarkan menderita sendirian dan kehabisan darah hingga tak sadarkan diri. Ketika terjaga, rasa hausnya tidak bisa tertahan. Bukan untuk meminum air tapi darah!
Mangsa pertamanya adalah keekor tikus yang gemuk. Hewan menjijikan itu nampak menggairahkan. Orang asing itu menghisap darahnya sampai habis.
Hari demi hari pun berlalu. Tikus di dalam kapal hampir habis. Badai pun datang dan menghempaskan kapal. Sebagian orang terjun ke laut dan sebagian lagi bisa menyelamatkan diri dengan kapal kecil.
Tinggallah orang asing itu sendirian. Terombang ambing di atas kapal yang sudah hancur. Mengira kalau hidupnya akan berakhir.
Harapan kembali datang ketika gadis kecil itu muncul. Setetes darah manusia sudah cukup untuk membuatnya kembali hidup. Namun, tidak seorangpun yang akan memberikannya. Tidak juga anak kecil itu!
Langkah Puan kian melambat. Dato Kumbang menyadarinya.
"Ada apa? Apa kamu mau menolong orang asing itu?"
"Atoook, bagaimana nasib Puan kalau memberikan keinginan orang asing itu?"
Dato Kumbang menatap cucunya lekat.
"Kamu tidak bisa memberikan darahmu kepada sembarangan orang, Puan. Darah Atok adalah darah racun yang bisa membuat mati. Tapi darahmu adalah darah pengikat. Kamu dan orang yang mendapatkan darahmu akan bersatu selamanya. Apa kamu mau memberikan darahmu kepada orang asing itu?"
Puan terdiam. Dia tahu kebenaran yang dikatakan kakeknya. Dirinya yang bukan manusia biasa memiliki keistimewaan. Kadang keistimewaan itu menakutkan. Untuk itulah dia memilih untuk tinggal dengan kakeknya di hutan. Jauh dari kehidupan manusia biasa.
"Izinkan Puan melihat orang asing itu, Tok. Puan ingin memastikan sesuatu," pinta Puan.
Dato Kumbang mengetahui apa yang dipikirkan cucunya. Kalaupun Puan akan memberikan darahnya kepada orang asing itu, dia tidak akan melarangnya.
"Pergilah! Tapi ingatlah siapa dirimu!"
Puan mengangguk. Dia langsung membalikkan badan dan berlari kearah orang asing itu berada.
Dia harus memastikan sesuatu dan mencari tahu siapa orang asing itu sebenarnya.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments