Kehidupan berbeda yang dilalui Arsen dan Arcila membuat keduanya saling ketergantungan. Tinggal bersama di sebuah rumah besar dengan hanya ditemani seorang pembantu rumah tangga dan juga dua orang pengawal yang telah dipilih sebelumnya oleh mendiang Andres.
Tak lagi ada rasa percaya membuat Arcila dan Arsen lebih banyak menutup diri. Untuk home schooling pun, Arsen meminta pengawal untuk mengantarkan Arcila ke sebuah rumah sewa yang lebih kecil tak jauh dari rumah yang mereka tempati.
Sebisa mungkin mereka bersembunyi dengan baik hingga tak dapat terendus oleh orang-orang Gio maupun Dody yang masih mencari keberadaan mereka terlebih Arcila hingga saat ini. Bagaimanapun, kehadiran gadis itu bisa mengancam kejayaan mereka.
Nama yang tertulis dalam surat wasiat jauh sebelum mereka merencanakan semuanya ternyata tak bisa diganggu-gugat. Terlebih lagi, nama Gara Anggara jelas jelas terlihat disana sebagai pemilik sah perusahaan yang dilimpahkan kepada sang istri selama dirinya tak memegang kendali hingga nanti diusia sang putri menginjak 20 tahun atau sudah mampu memegang kendali perusahaan barulah semua bisa diberikan kepada putrinya.
Tak ada yang bisa merubahnya, karena jelas tertulis disana sebuah poin. Jika terjadi sesuatu pada Sena ataupun Arcila maka Gara lah yang berhak memutuskan pada siapa perusahan tersebut diberikan.
"Aku ada pertemuan dengan seseorang. Ini ada kaitannya dengan kejadian lalu. Dia adalah rekan ayah dulu." Arsen berbicara setelah menyelesaikan makan malamnya.
Pemuda yang memilih menyelesaikan studinya di universitas terbuka tersebut baru saja kembali dari kantor yang didirikannya tiga bulan lalu. Berbekal dari tabungan yang memang disimpan oleh ayahnya. Arsen membuat sebuah perusahaan kecil dibidang properti. Sadar dengan kebutuhan yang terus berjalan membuatnya berpikir lebih maju.
Beruntungnya, dia bertemu dengan sahabat sang ayah dan bersedia membantunya untuk bangkit. Tak disangka, dipertemuan tak terduga itu. Pak Sandro masih mengingatnya meski kini Arsen telah merubah penampilannya.
Rambut gondrong dengan jambang yang sengaja dibiarkan tumbuh membuat penampilan Arsen terlihat lebih dewasa. Sangat sulit mengenali sosoknya sebenarnya. Namun karena mobil yang dia gunakan itulah yang membuat Pak Sandro yakin jika dia adalah Arsen.
"Boleh Aku ikut?" Arcila menatap lembut. Gadis itu telah lama tinggal dirumah dan tak begitu tahu dunia luar setidaknya dalam setahun belakangan ini.
Mungkin sebagian orang sudah melupakan adanya seorang gadis bernama Arcila Damayanti. Gadis cantik dengan dua lesung di kedua sisi pipinya juga gadis yang selalu ceria.
Meski sudah merombak habis penampilannya. Arcila masih sedikit takut, lebih tepatnya gadis tersebut trauma untuk bertemu orang lain. Krisis kepercayaan benar-benar menguasai hatinya. Andai dia ingin keluar rumah pun tentu harus bersama dengan Arsen.
"Yakin? Aku tak akan memaksa jika kamu sendiri tak yakin."
Bukan tanpa sebab Arsen berkata demikian. Sudah sering pemuda tampan tersebut menawarkan pada Arcila untuk sekedar keluar menikmati udara pagi hari. Namun nyatanya gadis cantik itu tak pernah mau.
Arcila menganggukan kepalanya dengan senyum yang tersungging di wajahnya.
"Kan sama kamu." Kerlingnya
Arsen mengacak rambut Arcila gemas. Rasa sayang diantara keduanya semakin erat. Tak ada ragu dihati keduanya namun tentu balas dendam adalah hal yang mereka pikirkan untuk saat ini.
*
*
*
Leo menatap nanar sebuah lukisan yang terpajang diruang baca Derrick. Pangeran muda tersebut menatap lukisan dengan mata berkaca kaca. Tersirat kerinduan yang mendalam dalam hatinya.
"Nyonya muda." Lirih Leo. Namun pemuda tersebut segera menggelengkan kepalanya. Tak mungkin bukan, jika wanita dalam lukisan tersebut adalah nyonya mudanya.
"Dia adalah ibuku. Cantik kan?" Derrick bersuara pelan setelah lama terdiam.
Leo menganggukan kepalanya ketika Derrick menoleh padanya. Memang cantik, sama seperti nyonya muda Sena. Leo kembali berbicara dalam hatinya.
"Tapi, Aku belum pernah bertemu dengannya. Bahkan untuk menyentuh wajahnya pun belum. Hanya saja, aku sering melihatnya dari jauh ketika dirinya sedang berkebun ataupun memberi makan ikan. Ibuku sangat cantik." Lirih Derrick yang lagi lagi membuat tanda tanya besar dalam benak Leo.
Apa yang diungkapkan oleh Derrick adalah kebiasaan yang dilakukan oleh Sena yang sering dilihat olehnya.
"Beliau ada dimana?" Leo pada akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.
Namun sebelum Derrick menjawab, seseorang masuk ke dalam ruangan dan membisikkan sesuatu pada pemuda dengan sorot tajam tersebut.
Derrick menganggukan kepalanya mengerti. Kemudian berlalu pergi meninggalkan ruang baca diikuti Leo dan lelaki yang datang tadi. Meski rasa penasarannya sudah menggunung, Leo terpaksa harus menelan semuanya.
*
*
*
Dody Gerald keluar dari mobilnya. Bungsu keluarga Gerald tersebut mendatangi kediaman sang kakak yang tak lain adalah Gio. Keduanya memang nampak akrab terlebih setelah kematian Sena.
Kasus pembunuhan keluarga Gerald setahun yang lalu seakan tertutup. Bahkan polisi tak lagi melakukan pengusutan. Apalagi setelah pernyataan yang dikeluarkan oleh Gio waktu itu.
Dengan lantang dirinya mengatakan jika Andres lah yang merencanakan semuanya termasuk tentang rencana perampokan yang dilakukan kepala pelayan rumah mewah tersebut.
Karena tersangkah dan juga korban telah meninggal dan tak adanya saksi membuat mereka dengan mudahnya menutup kasus tersebut dengan alasan menjaga nama baik.
"Kak." Dody mendudukkan dirinya di sebuah kursi yang berhadapan langsung dengan sang kakak.
"Kau menemukan sesuatu?"
"Tidak. Anak buahku belum berhasil menemukan ketiga bocah itu hingga kini. Sudah setahun berlalu, tapi mereka sembunyi dimana?" Dody mengusap wajahnya kasar.
Meski kasus telah ditutup oleh pihak kepolisian namun bukan berarti mereka berhenti mencari keberadaan ke tiganya terutama Arcila.
Mobilnya yang saat itu berhasil ditemukan di bengkel sedang dalam kondisi perbaikan. Begitupun dengan mobil yang biasa di kendarai oleh Arsen di temukan di sebuah restoran terparkir begitu saja. Tak ada yang mengetahui pemiliknya kemana.
Sedangkan Leo, motor yang di gunakannya sudah terparkir rapih di garasi. Namun sososknya tak diketahui hingga saat ini.
"Sebenarnya mereka bukan ancaman besar buat kita. Anak anak bodoh itu tak akan bisa melakukan apapun. Mereka tak punya kekuatan ataupun dukungan. Yang menjadi pikiran, jika Gara yang tiba-tiba muncul. Kita harus bersiap setidaknya seperti yang kita lakukan waktu itu."
"Sudah hampir 20 tahun, kak. Apa mungkin dia akan muncul kembali? bisa jadi dia sudah mati disuatu tempat." Dody menyakini pendapatnya. Beberapa tahun setelah menikah tepatnya setelah kelahiran Arcila. Gara menghilang dan tak pernah lagi muncul.
Meski Sena dan kedua orang tuanya mengatakan jika lelaki tersebut sedang melakukan tugas di luar negeri. Keduanya tak pernah percaya karena pada kenyataannya tak ada yang mampu menjawab pasti keberadaan lelaki tersebut.
"Anggap aja begitu. Kita tak perlu repot lagi mengurusnya nanti."
"Lalu, bagaimana dengan bocah bocah itu kak?"
"Sudah biarkan saja, Aku rasa mereka tak akan berani muncul di hadapan kita." Gio menepuk pundak adiknya pelan. Keduanya nampak tersenyum penuh kemenangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
⸙ᵍᵏTitian 𝐙⃝🦜pirman🦈
gara2 harta tega membunuh orangtua dan kakaknya
2023-03-22
20
Zahra Nia
mereka saudara kandung bukan sih? kok bisa jahat begitu... orang tuanya juga lo yang jd korban..
2023-03-04
22