20 tahun kemudian.
Alula atau cahaya tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik dengan kaki jenjangnya, ia berlari bermain di tepi pantai bersama dengan beberapa teman lainnya, gelang mutiara terus melingkar di lengannya, gelang itu seperti menyesuaikan diri dengan ukuran tangan Alula, terus mengikuti ukuran pergelangan tangan Alula.
"Cahaya, Ayo pulang, sudah waktunya makan," Nak," ucap Marni memanggil putrinya.
"Iya, Ibu," jawab Cahaya kemudian ia pun berlari menghampiri Marni yang menghampirinya di bibir pantai, kemudian keduanya pun berjalan menuju ke rumah sederhana mereka.
Begitu sampai di rumah, Cahaya langsung menutup semua pintu, setelah memastikan semua tertutup rapat ia pun membuka gelang miliknya, membiarkan sepasang kaki jenjangnya berubah menjadi ekor yang sangat indah.
Begitulah yang sering dilakukan Alula, ia lebih senang jika ia berubah menjadi seekor duyung, merubah kakinya menjadi ekor. Namun, ia selalu mengingat apa yang dikatakan oleh ibunya jika dia harus merahasiakan identitasnya.
Jika seharian merubah ekornya menjadi kaki, ia akan merasa pegal karena memang dasarnya ia adalah berdarah keturunan duyung.
"Bu, kenapa aku berbentuk seperti ini? Kenapa ayah dan ibu tidak?" tanya Alula.
"Sampai sekarang ibu juga tidak tahu, Nak. Nanti kita akan cari tahu."
"Cari tau tentang apa?"
"Sebenarnya, dulu ibu menemukanmu di kapal saat ibu dan ayah mencari ikan di tengah lautan," ucap di Marni, kemudian ia menceritakan apa yang terjadi di malam ia menemukan Alula, ini baru pertama kalinya Marni menceritakan apa sebenarnya yang terjadi pada Putrinya itu, biasanya ia hanya selalu menghindari pertanyaan dari Alula itu.
"Apa aku kemungkinan memang tinggal di laut, ya, Bu?" tanya Alula, ia sudah tahu jika Marni bukanlah ibu kandungnya. Namun, selama ini ia tak tahu jika ia ditemukan saat ibunya melaut.
Alula sadar akan dirinya dan menerimanya.
"Sekarang kamu sudah dewasa, apa kamu tak ingin mencari tahu sendiri siapa kamu sebenarnya?" tanya Pak Sulaiman menghampiri mereka yang sedang bersantai di dalam rumah.
"Bagaimana caranya, Ayah? Aku harus mulai dari mana mencari tahu siapa aku sebenarnya dan siapa keluargaku?" tanya Alula. Sebenarnya ia juga ingin mencari tahu tentang jati dirinya selama ini. Namun, ia mencoba menahan diri dan menghormati ayah dan ibu angkatnya, keadaannya yang berbeda dengan teman-teman yang lain membuatnya tak nyaman, belum lagi rasa pegal yang ia rasakan jika terlalu lama memakai kakinya.
"Bagaimana jika malam nanti kita melaut? Ayah akan membawamu di mana dulu kami menemukanmu? Cobalah mencari tahu di dalam lautan didaerah kami menemukanmu, mungkin saja ada sesuatu yang bisa kau dapatkan di sana," ucap Pak Sulaiman membuat Alula pun berbinar senang, ia tak pernah memikirkan hal itu, ia pernah sekali berenang dan mengubah ekornya saat di tengah lautan. Namun, saat itu ia tak bisa melakukannya terlalu lama dan berenang terlalu jauh dari bibir pantai, takut jika orang-orang di bibir pantai curiga dengannya, ia selalu membuka gelangnya saat sudah menjauh dari pantai. Namun, jika ada nelayan yang mendekat ia akan kembali memakai gelangnya dan berenang layaknya seorang manusia biasa.
****
Malam hari seperti rencana mereka, Pak Sulaiman, Marni dan juga Alula mempersiapkan diri untuk melaut, lokasinya cukup jauh dari tempat biasanya. Malam ini mereka akan menginap di tengah lautan, membuat Marni membawa bekal untuk mereka melaut.
"Bu, apa semuanya sudah siap?" tanya Sulaiman begitu mereka sudah naik ke kapal. Marni mengecek kembali keperluan mereka.
"Semua sudah siap." Mereka pun mulai melaut, Pak Sulaiman membunyikan mesin yang membantu mendorong kapal mereka ke tengah lautan.
"Wah, Bu! Pemandangan di tengah laut sangat indah," ucap Alula yang kini sudah melepas kembali gelangnya, membiarkan ekornya menari-nari menyentuh air laut, ia duduk di pinggiran kapal membiarkan ekornya terkena percikan air laut karena gesekan kapal dan laut yang melaju kencang menuju ke tengah lautan di mana dulu Marni dan juga Pak Sulaiman menemukan Alula saat kecil.
Pak Sulaiman melihat-lihat di sekitarnya, sepertinya tempat itulah tempat ia menemukan Alula dulu, ia pun mematikan mesin kapalnya.
Alula dan Marni melihat ke arah Pak Sulaiman yang berjalan ke arah mereka.
"Bu, coba Ibu perhatikan tempat ini! Apakah ini tempat kita menemukan Cahaya?" tanya Pak Sulaiman di mana dulu mereka sering pergi ke sana untuk mencari ikan, karena ikannya memang banyak. Namun, semenjak menemukan Alula, mereka tak pernah lagi pergi ke sana.
"Iya, Pak. Ini tempatnya. Alula, di sini kami menemukanmu, Nak," ucap Marni.
"Aku coba periksa ya, Yah, Bu." Alula langsung melompat. "Ya sudah, Bu. Alula berenang di sekitar sini, ya?"
"Kamu jangan jauh-jauh dulu, untuk sekarang. Berenang sekitaran sini saja, nanti kita akan sering ke sini sambil kamu mengenal lokasi sekitar sini, takut jika kau sampai tersesat dan tak tahu menemukan kami lagi, Nak. Laut ini sangat luas," ucap Marni serius dengan kata-katanya, membuat Alula pun mengangguk dan ia pun menyelam. Marni dan Pak Sulaiman memutuskan untuk menunggu sambil menikmati hidangan yang sudah mereka bawa, entah bagaimana kehidupan mereka tanpa Cahaya, mereka berharap, walaupun Cahaya menemukan keluarga aslinya, Cahaya masih mau bertemu dengan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments