Begitu sampai di daratan, kedua nelayan itu pun langsung membawa Alula ke rumah mereka yang juga berada tak jauh dari pantai. Alula sudah tertidur dalam dekapan Marni.
"Ini beneran akan kita rawat bayi ini, Pak?" tanya Marni pada suaminya.
"Selama tak ada yang mencari anak ini, anak ini akan kita rawat. Dia akan menjadi anak kita, Bu," ucap pak Sulaiman membuat bu Marni pun mengangguk setuju.
"Kita beri nama siapa, ya, Pak. Bayi ini?" ucap Marni melihat putri Alula yang tertidur dan terlihat begitu cantik, wajahnya bercahaya di bawah pancaran sinar rembulan.
"Terserah Ibu saja," jawab Pak Sulaiman.
"Bagaimana jika kita diberi nama Cahaya saja, Pak?" tanya bu Marni melihat ke arah Sulaiman suaminya.
"Cahaya? Ya, sudah kita beri nama Cahaya saja, semoga anak ini bisa menjadi Cahaya buat kita," ucap pak Sulaiman setuju dengan nama yang diberikan oleh istrinya, berharap Cahaya akan menjadi Cahaya di kehidupan mereka yang sunyi. Mereka hanya hidup berdua dan mencari nafkah dengan berlayar, ikan-ikan yang mereka dapat sudah cukup untuk kehidupan sehari-hari mereka. Mereka tak memiliki banyak harapan dan juga tujuan hidup. Bisa makan setiap harinya saja mereka sudah sangat bersyukur, mereka tak memusingkan tabungan ataupun warisan karena mereka sama sekali tak dikaruniai seorang anak setelah pernikahan mereka. Namun, sepertinya mulai sekarang mereka harus sudah mulai memikirkan masa depan mereka, karena ada Cahaya yang memerlukan kasih sayang dan juga perlindungan dari mereka, baik dari kasih sayang maupun materi.
Marni melihat sebuah gelang yang dipakai anak itu, sebuah gelang mutiara berwarna merah muda yang sangat cantik.
"Mungkin ini tanda yang diberikan oleh ibunya untuk mungkinkah suatu saat nanti ibunya akan datang mencarinya, Pak?" tanya bu Marni yang baru melihat gelang itu yang dikenakan oleh bayi yang ada di gendongannya setelah membuka selimutnya. Mendengar itu, pak Sulaiman pun mendekat dan memeriksanya.
"Mungkin saja, Bu. Sebaiknya kita simpan kain yang digunakannya ini, mungkin suatu saat nanti ini bisa menjadi bukti untuk dia menemukan siapa orang tua kandungnya," ucap pak Sulaiman membuat bu Marni pun mengangguk.
"Ya sudah, Pak. Bapak jaga dulu, Ibu mau ke tetangga sebelah, anaknya kan sudah besar mungkin saja ada beberapa pakaian bayi yang masih ia simpan, yang bisa dipakai oleh Cahaya untuk sementara waktu, sampai kita membeli yang baru," ucap bu Marni kemudian ia pun berlalu meninggalkan Pak Sulaiman dengan bayi kecil itu. Bayi itu terlihat tak nyaman dengan gelangnya, membuat pak Sulaiman berniat membukanya.
"Kita buka dulu ya, gelangnya. Nanti saat bangun kamu bisa memakainya lagi, biar kamu nyenyak tidurnya," ucap pak Sulaiman mulai membuka gelang tersebut.
Begitu gelang itu terlepas dari tangan bayi mungil itu, kedua kakinya pun berubah menjadi ekor.
Sulaiman sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya, tangannya bergetar. Ia mengucek matanya memastikan penglihatannya.
' Apakah anak ini adalah anak putri duyung dan titipkan kepada kami?'
Pak Sulaiman kemudian mendengar istrinya itu datang, ia pun dengan cepat kembali memasang gelang yang tadi dibukanya dan ekor Cahaya pun kembali berubah menjadi sepasang kaki.
'Apakah gelang ini yang merubah ekornya menjadi sepasang kaki?' batin pak Sulaiman.
"Ada apa, Pak?" tanya Marni yang sudah kembali dengan banyak sekali barang, mulai dari kasur bayi sampai pakaian-pakaian bayi juga ada di bawahnya.
"Nggak, nggak papa. Bapak keluar dulu, Ibu bisa mengurus bayi ini dan ingat gelangnya jangan dilepas."
"Memangnya kenapa, Pak?" tanya Marni pada suaminya.
"Nanti Bapak jelaskan, yang penting jangan dilepas. Ibu mengartikan?" ucapnya membuat Marni pun mengangguk dan ia pun berlalu keluar dari rumah sederhananya itu. Rumah panggung yang terbuat dari kayu dan hanya memiliki satu kamar.
"Pak, katanya Bapak menemukan bayi, ya?" ucap salah satu tetangga, tempat Marni mengambil beberapa barang-barang bayi.
Marni menceritakan jika mereka menemukan bayi di kapal mereka, membuat tetangga tersebut penasaran dan ingin menjenguk.
"Iya, Bu. Silahkan, ada di dalam," ucap pak Sulaiman kemudian ia pun berlalu melewati tetangganya itu, ia menuju ke pantai. Ada banyak pikiran yang berkecamuk dalam pikirannya saat mengetahui jika bayi yang mereka bawa bukanlah bayi biasa. Namun, sepertinya itu adalah bayi duyung yang menjelma menjadi manusia, entah apa sebab dan mengapa ia sendiri tak tahu. Ia sendiri tak percaya jika di dunia ini ada putri duyung sampai ia tadi melihat bayi itu memiliki ekor.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments