Ekor Duyung

Keesokan harinya, kehadiran Cahaya disambut oleh semua para tetangga di daerah tersebut. Mereka menceritakan di mana ia menemukan Cahaya dan semua beranggapan hal yang sama, mungkin saja ada yang membuang bayinya dan meletakkannya di kapal pak Sulaiman, kemudian mereka baru menyadari kehadiran bayi itu saat di tengah laut.

Mereka berasumsi hal tersebut begitu juga dengan bu Marni, mereka sangat bersyukur. Untung saja mereka menemukan bayi itu secepat mungkin sebelum terjadi hal-hal yang tak diinginkan, karena menurut keterangan bu Marni, bayi itu ada di pinggir kapalnya, bagaimana jika terlambat menemukannya, mungkin bayi itu bisa jatuh ke laut atau mendapatkan hal-hal yang buruk lainnya.

Semua berpikir hal yang sama. Namun, tidak dengan pak Sulaiman, ia masih berpikir apa tujuan Cahaya dititipkan kepada mereka, di mana selama ini tak ada satupun putri duyung yang menampakkan dirinya di daratan dan keadaan bayi itu yang memiliki ekor dan diubah menjadi sepasang kaki karena adanya gelang yang dipakaikan kepadanya, itu sudah menandakan jika memang bayi itu sengaja dititipkan kepada mereka.

Walau semua pemikiran itu mengganggu pak Sulaiman. Namun, ia berusaha untuk menerima Cahaya dan akan merawatnya seperti anaknya sendiri.

Setelah seharian memperkenalkan Cahaya kepada warga sekitar, kini tibalah saatnya Cahaya kembali ke rumah. Marni berniat untuk memandikannya.

Saat Marni memandikan Cahaya, pak Sulaiman terus memperhatikan kaki bayi itu yang terkena air. Pak Sulaiman berpikir mungkin saja bayi itu akan berubah menjadi duyung saat terkena air. Namun, sampai Marni selesai memandikannya, bayi itu tak menampakkan wujud aslinya.

"Pak, sepertinya gelang ini cukup mengganggu," ucap Bu Marni, di mana gelang itu terus saja melukai wajah Cahaya, setiap Cahaya meletakkan tangannya di wajahnya.

"Iya, memang sangat mengganggu," ucap pak Sulaiman, lesu.

"Kita buka saja ya, Pak. Kita simpan saja, nanti jika dia sudah mengerti memakai gelang baru kita pakaikan kembali," ucap bu Marni yang sudah mulai mencoba membuka gelang tersebut. Namun, pak Sulaiman langsung menghentikannya.

"Ada apa, Pak?" tanya bu Marna di mana tangannya dipegang oleh pak Sulaiman.

"Jika Ibu membuka gelang ini, kaki anak ini akan berubah menjadi ekor," ucap pak Sulaiman membuat bu Marni tak bisa menahan tawanya.

"Bapak ini ada-ada saja," ucap bu Marni menggeleng, kemudian menepis tangan pak Sulaiman yang mencoba mencegahnya membuka gelang tersebut dan kembali mencoba membukanya.

"Astagfirullahaladzim," pekik Bu Marni saat berhasil membuka gelang tersebut dan apa yang dikatakan oleh suaminya itu benar, kaki Cahaya berubah menjadi ekor.

Pak Sulaiman langsung berdiri menutup semua jendela dan juga mengunci pintunya, kemudian ia kembali menghampiri Bu Marni yang sedikit menjauh dari Cahaya dan melihat ekor anak itu.

"Apa yang terjadi, Pak?" ucap Bu Marni yang terlihat pucat menatap suaminya.

"Sebenarnya Bapak sudah tahu sejak kemarin malam, itulah mengapa Bapak meminta Ibu untuk tak membuka gelang itu," ucap pak Sulaiman menatap bayi itu yang kini memiliki ekor. Pak Sulaiman pun menghampirinya dan mengambil gelang dan memakaikannya kembali kepada Cahaya dan ekor Cahaya pun kembali berubah menjadi sepasang kaki.

"Pak, apa tidak masalah jika suatu saat nanti ada yang tahu tentang kaki Cahaya?" tanya ibu.

"Tentu saja itu akan menjadi masalah besar, Bu. Justru itu selama Cahaya bersama kita, kita harus merahasiakannya, tak ada yang boleh tahu jika Cahaya adalah seorang duyung, jika ada yang tahu, maka entah apa yang akan terjadi pada anak ini. Mulai sekarang dan sampai seterusnya kita harus merahasiakan hal ini dan hanya kita berdua yang tahu," ucap pak Sulaiman membuat Bu Marni pun sependapat.

Tiba-tiba Cahaya kembali menangis saat gelang itu melukai wajahnya, membuat bu Marni pun langsung membuka kembali gelang tersebut. Kaki Cahaya kembali berubah menjadi ekor.

"Kenapa dibuka lagi, Bu?" tanya pak Sulaiman.

"Di sini tak ada siapapun, biarkanlah kita membuka gelangnya daripada itu menyakitinya. Coba lihat wajahnya sampai terluka," ucap bu Marni mengusap air mata Cahaya dan mencoba mendiamkannya dan alangkah terkejutnya saat dia melihat ada mutiara di bawah selimut Cahaya.

"Ada apa, Bu?" tanya pak Sulaiman yang melihat istrinya kembali terlihat terkejut dan memegang sesuatu benda yang berwarna putih dan mengkilat.

"Pak, ada mutiara di bawah selimut Cahaya. Apa dongeng itu benar ya, Pak. Jika air mata seorang putri duyung, akan berubah menjadi mutiara?" ucap Bu Marni.

Pak Sulaiman yang dulunya tak percaya akan adanya putri duyung dan air mata putri duyung yang berubah menjadi mutiara, kini ia percaya akan semua itu, setelah melihatnya secara langsung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!