Setelah pulang sekolah, seperti biasanya Alaska akan membantu ayahnya bekerja. Ia di berencana pergi ke tempat ayahnya bekerja menggunakan pakaian sederhana dan sembari membawa rantang yang akan diberikan kepada ayahnya.
Alaska tanpa rasa malu membawa rantang tersebut ke tempat ayahnya bekerja menggunakan sepeda butut miliknya. Semua orang yang sudah sangat mengenali dirinya menyapanya. Alaska hanya membalas dengan senyuman walaupun ia sendiri tak tahu siapa mereka. Tapi Alaska hanya membalasnya sebagai bentuk menghargai.
Pria itu berhenti tepat di depan gedung yang sedang direnovasi oleh ayahnya tersebut dengan beberapa kuli lainnya. Alaska pun sudah biasa menjadi kuli untuk membantu ayahnya.
"Alaska! Kerjakan ini!" teriak sang ayah saat melihat keberadaannya.
Alaska tersenyum tipis dan lantas berjalan ke arah sang ayah sembari membawa rantang tersebut. Ia tahu jika ayahnya itu benar-benar sudah sangat lelah.
"Ini dari Mama."
Ayahnya mengambil rantang itu dan lalu kemudian memakannya bersama dengan teman-temannya. Sementara itu Alaska melanjutkan pekerjaan sang ayah.
Saat sedang fokus mengerjakan pekerjaannya tersebut sampai-sampai ia tak menyadari jika ada siluet seseorang yang berada di sampingnya. Alaska melirik ke arah orang tersebut dan menatap wanita yang dibawah sinar matahari itu. Sejenak ia terpana sebelum akhirnya sadar.
"Untuk apa kau kemari?" tanya Alaska sembari meletakkan palu yang ada di tangannya.
Julia sendiri terkejut mengetahui jika Alaska bekerja di sini. Ia bukan sengaja mengikuti Alaska, tapi ia juga tak bisa menutupi jika dirinya tidak sengaja melihat Alaska ada di sini dan menghampirinya.
"Aku tak sengaja melihatmu ada di sini. Sempat terkejut sih, sampai akhirnya aku ingat kau kan penerima beasiswa."
Memang apa yang diucapkan oleh Julia sedikit menohok. Alaska saja sampai tersinggung mendengarnya. Walaupun di hati Julia sendiri menyesali apa yang telah ia ucapkan.
"Kau tahu aku orang susah, untuk apa menghampiriku ke sini. Jika kau hanya ingin menghinaku, maka katakanlah sepuas mu."
Julia pun menarik napas panjang. Barulah di sini ia menyadari bahwa Alaska benar-benar tersinggung dengan ucapannya. Ingin meminta maaf tapi rasanya sangat aneh.
"Apa salahku? Aku hanya ingin ke sini. Lagi pula gedung ini adalah milik ayahku," ucap Julia mencari alasan agar ia tetap bisa berada di sini. Padahal memang tak ada niat untuk ke tempat ini sebelumnya.
Merasa kalah telak, Alaska diam dan melanjutkan pekerjaannya. Ia tahu betul bahwa Julia adalah anak orang kaya jadi tak sepantasnya dia berusaha untuk melawan wanita itu.
"Oh."
"Aku ingin kau mengajari ku." Padahal Julia hanya ingin mengetahui sebatas mana kemampuan Alaska. Ia sangat penasaran kenapa alasan bisa mengalahkannya dan bahkan terlihat sangat pintar.
"Aku tak punya waktu. Aku harus bekerja sampai malam."
"Jadi kapan kau akan belajar?" tanya Julia terkejut.
"Aku tak pernah belajar," jawabnya dengan enteng membuat Julia lagi-lagi merasa kagum dengannya. Tapi meskipun begitu, ia harus bersikap biasa saja walaupun di dalam hatinya sangat merasa iri. "Sudahlah kau pulang saja. Jangan mengganggu, kau sendiri tak pernah ke sini kenapa tiba-tiba datang ke sini?"
"Baiklah. Kau terlalu sombong dan pelit ilmu. Lihat saja pas tes besok untuk penentuan tempat duduk kembali aku pasti akan mengalahkan mu."
Julia membalikkan badannya sedikit kesal. Ia pun menarik napas panjang dan masuk ke dalam mobilnya meninggalkan tempat itu.
__________
Alaska baru saja memarkirkan sepedanya dan tiba-tiba ia mendengar suara Julia yang memanggil dirinya. Ia bahkan belum mengetahui nama wanita itu yang entah kenapa dia sangat cerewet.
"Aku tahu kau ingin bersaing dengan ku, bukan? Lakukan saja aku tak peduli."
Setelahnya Alaska pun masuk ke dalam kelas dan meninggalkan Julia yang berjalan di belakang tengah mengiringnya.
Jujur saja Julia benar-benar merasa marah karena pria itu mengabaikannya. Padahal jelas-jelas ia menunggu laki-laki tersebut.
"Kenapa kau sangat anti sosial? Padahal banyak yang ingin berteman dengan mu."
Alaska menatap ke arah Julia sebentar dan hanya tersenyum masam. "Aku tidak yakin karena mereka adalah anak orang kaya dan tidak pantas untuk berteman dengan orang seperti ku," ucap Alaska yakin dan ia masuk ke dalam kelas dan meletakkan tasnya di meja.
Ya tempat duduk akan ditentukan hari ini setelah dilakukan tes. Walaupun tempat duduk Alaska sudah pasti di tempatnya yang sekarang tapi tetap saja ia harus mengikuti tes tersebut.
Dan tes kali inilah yang akan digunakan Julia untuk melawan pria itu. Ia sungguh tak percaya Alaska bisa mengalahkannya.
Guru pun datang dan menyerahkan lembaran soal kepada anak muridnya dan memintanya untuk mengerjakannya. Julia sudah belajar dengan giat tadi malam agar ia bisa mengalahkan laki-laki tersebut.
Tak disangka tes itu pun sudah selesai. Guru langsung memeriksanya di depan dan mengumumkan hasilnya. Julia sungguh tidak sabar ingin mendengar berapa nilainya.
"Julia kamu dapat seratus," ucap sang ibu dan menyerahkan jawaban Julia.
Julia sangat senang dan ia melirik ke arah Julian dan juga Alaska untuk memamerkan kehebatannya tersebut.
"Tidak ada yang lebih tinggi dari seratus," bisik Julia kepada Alaska dan kemudian mendaratkan bokongnya di kursinya.
Alaska hanya tersenyum tipis dan kemudian menunggu namanya disebut.
"Alaska seratus! Selain itu kamu juga mendapatkan plus karena langkah pengerjaan mu ini cukup unik."
Julia yang mendengar kalimat guru tersebut pun langsung tercengang. Bisa-bisanya lagi-lagi ia kalah oleh pria itu. Apa yang membuatnya selalu lebih hebat darinya padahal Ia jelas-jelas tahu bahwa pria itu tak belajar.
"Hahaha! Kalah lagi dari dia? Udahlah mau tamat juga jadi ikhlaskan aja posisi satu buat dia."
Julia mengabaikan Julian yang sedang menggunjing dirinya. Ingin sekali ia menyumpali mulut tak bertanggung jawab Julian tersebut dengan barang-barang yang ada di atas mejanya.
"Julian, sekali lagi kau berbicara maka aku akan benar-benar membunuhmu."
Tatapan Julia tak lepas dari Alaska yang tengah memandang ke arah dirinya seolah-olah ingin mengatakan bahwa Julia tak akan bisa melawannya.
"Aku harus menyelidikinya," ucap Julia dalam hati dan yakin bahwa ia pasti akan mengetahui apa kehebatan Alaska dan mencari kelemahannya kemudian mengalahkan pria itu.
"Bagaimana? Apakah kau masih ingin beraduel dengan ku? Cukup sampai di sini jangan lagi mengusik ku, kau menjengkelkan," bisik Alaska dan terdengar sangat sombong.
Kali ini Julia tak bisa melawan pria itu. Dia hanya bisa diam dan terus memperhatikan laki-laki tersebut diam-diam. Dalam hatinya kadang terasa tersentuh melihat betapa pria itu sangat gigih dan sama sekali tidak kesulitan dengan setiap soal yang diberikan oleh guru.
Kehebatan Alaska tersebut menjadi sebuah rasa kagum di dalam mata Julia. Tapi sebisa wanita itu menepis perasaannya tersebut.
_______
TBC
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA YANG SUDAH MEMBACA.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments