Selama pelajaran berlangsung, Julia sama sekali tidak bisa fokus. Matanya terus mengintip pria itu secara diam-diam. Entah ada apa dengannya hingga melakukan hal yang tidak penting tersebut. Julia sendiri merutuki dirinya yang tak bisa berbuat apapun.
Hingga laki-laki itu melirik ke arahnya membuat Julia sangat canggung saat dirinya tertangkap basah oleh laki-laki tersebut. Sontak saja Julia bersikap seolah tak terjadi apapun sembari melemparkan senyum ramah kepada laki-laki itu.
Dalam hati Julia bisa menebak bahwa pria itu sepertinya menganggap dirinya orang yang aneh. Tapi menurut Julia wajar saja jika laki-laki itu bersikap demikian kepadanya.
Sementara di depan, Alaska tengah mengalihkan pandangannya dari belakang, ia jelas-jelas tahu bahwa wanita di belakangnya itu mengamati dirinya. Sebenarnya Alaska merasa sangat risih dengan apa yang dilakukan oleh wanita itu. Namun ia mengurungkan niatnya untuk menegurnya karena pelajaran masih berlangsung.
"Anak-anak kerjakan latihan ini. Ini soal yang cukup sulit dan soal inilah yang akan menjadi pembahasan bab berikutnya. Ibu ingin mengetes kalian apakah bisa mengerjakan soal ini," tutur sang guru dan lalu menuliskan soal kedua di depan.
Sedangkan Julia terdiam melihat tingkat kesulitan soal itu. Jelas-jelas itu adalah salah satu soal yang sering diujikan pada saat lomba olimpiade. Julia lupa- lupa ingat, dan ia mendesah panjang. Dirinya hanya dibekali oleh buku cetak yang hanya berisikan pembahasan saja dan sama sekali tak ada rumusnya. Ada rumus pun ia tak tahu rumus yang mana digunakan.
"Ada yang bisa?" tanya guru di depan dan anak-anak murid itu hanya diam dan tidak ada yang bisa menjawab. "Julia?" tanya guru kepada Julia pasalnya biasanya Julia yang paling cepat saat menjawab soal.
"Maaf Buk, tapi Julia sudah lupa.'"
Guru tersebut hanya menganggukkan kepalanya. Lalu pandangannya jatuh kepada Alaska. Alaska tahu apa maksud dari pandangan tersebut dan ia hanya tersenyum lebar.
Alaska pun mengangkat tangannya dan itu cukup mengejutkan seisi kelas tersebut. Apalagi Julia yang merasa kesal kepada dirinya yang tidak bisa menyelesaikan soal tersebut, pantas saja ia bisa menjadi orang terbaik nomor dua di sekolah ini.
Julia mendengar ejekan yang dilontarkan oleh Julian. Tampaknya pria itu sangat bahagia ketika ia tidak bisa menjawab soalnya. Itulah contoh kembaran yang sangat laknat. Dalam hati Julia terus mengumpati kenapa Julian harus menjadi kembarannya. Ia benar-benar mengesalkan.
"Diam," desis Julia pada Julian yang tepat duduk di sampingnya.
"Kau tahu, dia lebih hebat dari mu. Pantas saja kau tak bisa mengalahkannya. Hahah, jika mama tau, kau akan dipaksa untuk les."
Julia pun menggeram marah. Oh Tuhan selamatkan ia dari orang ini. Ia ingin rasanya melempar pria itu ke laut dan tak lagi bertemu dengannya. Karena sudah merasa lelah pada akhirnya Julia memutuskan untuk mencueki pria tersebut.
Sedangkan Alaska maju ke depan dan seketika para siswa berwah ria melihat betapa lihainya Alaska mengerjakan soal tersebut. Alaska hanya diam dan fokus mengerjakan soal tersebut.
"Ini Buk," ucap Alaska seraya menyerahkan spidol yang ia gunakan keada gurunya itu.
Alaska kemudian kembali ke mejanya dan duduk dengan tenang. Julia menatap para pria itu dengan tatapan berkaca-kaca dan penuh dengan rasa iri. Kenapa ia harus dituntut pintar sendiri sementara Julian tidak seperti itu. Orang di depannya sudah jelas sangat pintar jadi bagaimana ia mengalahkannya?
"Dari mana kau mempelajarinya? Jelas itu sangat hebat. Aku bahkan terkesan melihat kau mengerjakan soal itu. Aku saja tidak bisa, apa aku boleh meminta kau mengajarkannya pada ku?"
"Di google ada."
Julia mendesis marah mendengar pria itu yang jelas sangat anti sosial. Alaska menghela napas panjang. Ia tak bisa diganggu dan orang di belakangnya ini sangat berisik membuatnya tak bisa berkonsentrasi saat belajar.
"Kenapa kau seperti itu, aku hanya meminta kau mengajari ku," ucap Julia yang merasa menyesal.
"Aku tak punya waktu, kau adalah murid yang pintar seharusnya kau bisa mengerjakannya sendiri. Ini adalah soal dasar. Satu lagi jangan bertanya, aku terganggu," bisik Alaska yang tanpa ada perasaan sama sekali.
Julia sungguh tak menyangka bahwa pria itu dengan jujur mengatakannya. Pada awalnya ia mengira pasti laki-laki tersebut akan merasa tidak enak mengatakan kalimat seperti itu. Tapi siapa sangka bahkan ia tak bisa memikirkan perasaan orang lain ketika mendengar kalimatnya tersebut.
Julia menatap dengan pandangan kesal dan melirik ke arah Julian yang hendak tertawa gelak. Awas saja pria itu, ia akan mengadukan ke orang tuanya.
___________
Alaska memasukkan semua buku-bukunya ke dalam tas. Pria tersebut pun menyandangkan tas tersebut ke pundaknya. Ialah satu-satunya yang tertinggal di dalam kelas ini. Namun, pada saat hendak keluar dari dalam kelas ia terkejut melihat Julia menunggu dirinya di depan kelas.
"Ada apa? Kenapa kau menungguku lagi?"
"Aku hanya benar-benar sangat penasaran, aku ingin kau mengajarinya kepadaku." Memang di dalam hati Julia sebenarnya ia bisa saja mengerjakan soal itu dengan bantuan YouTube dan mempelajarinya dengan baik. Hanya saja sekarang dirinya ingin mengetahui sejauh mana kepintaran laki-laki itu dan kenapa bisa mengalahkan dirinya. Ini sungguh tidak etis, pikir Julia.
"Maaf aku tidak punya waktu."
Setelah mengatakannya, Alaska pergi begitu saja dan menuju ke parkiran. Ia pun mengeluarkan sepedanya dari banyaknya kendaraan dan lalu kemudian mendayungnya ke arah gang kecil.
Alaska menata ke arah gedung tinggi yang sedang direnovasi. Ia melihat para pekerja yang rela berpanas-panasan dan melawan ketinggian demi mendapatkan upah.
Di sana ia melihat ayahnya salah satunya yang menjadi pekerja di situ, Alaska hanya menarik napas panjang dan berpikir bahwa dirinya harus menjadi orang yang sukses agar bisa membanggakan orang tuanya.
Alaska melanjutkan mendayung sepedanya dan lalu masuk ke dalam gang yang sangat kecil. Ia berhenti di depan rumah kumuh dan tampak jelek dari depan yang tak lain itu adalah rumahnya. Ia pun menyimpan sepedanya dan mengetuk pintu.
"Ma!"
"Masuk sayang."
Alaska masuk ke dalam rumah dan melemparkan tasnya ke arah meja. Dia pun duduk di sofa dan mengeluarkan tugas rumah yang diberikan oleh gurunya tadi. Alaska sengaja ingin mengerjakannya lebih cepat agar dirinya tidak kepikiran lagi nantinya. Jujur saja Alaska orang yang rajin belajar. Kepintaran tersebut diperoleh pria itu secara alami dan tidak seperti Julia yang harus bekerja keras.
"Nak, bagaimana di kelas baru mu tadi. Kamu mendapatkan teman?"
"Tidak."
Sang ibu yang berada di dalam dapurpun lantas keluar dan duduk di samping anaknya. Alaska memang seperti itu dan tidak mau bergaul. Padahal orang tuanya sangat mengharapkan anaknya itu bisa berbaur dengan yang lain.
"Kenapa kamu tidak mencari teman?" tanya sang ibu dan kemudian menatap ke arah Alaska yang sedang fokus mengerjakan soal.
"Ribet."
"Nak, ucap sang ibu yang sudah sangat pasrah."
Alaska menatap ke arah ibunya tersebut dengan pandangan bersalah.
_________
TBC
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA YANG SUDAH MEMBACA.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Jhylara_Anfi
ceritanya bagus... dan ga ngebosenin.
jangan lupa mampir di karya aku juga kak dengan judul mystery of love in the shadow city. mari saling membantu🙏
2025-03-06
0
Maryati
lanjut
2023-09-18
5