Ramein komen napa wei
***
Terlalu percaya diri memang tidak baik, sama halnya seperti apa yang dipikirkan oleh Ling tentang Ailee. Pemuda itu diam seribu bahasa namun matanga menyorot ke arah depan dimana Ailee duduk tepat di depannya. Hanya saja terhalang oleh meja.
Sedangkan Ailee, gadis itu tersenyum. Puisi yang ada di bukunya sama persis dengan apa yang dipikirannya.
"Aku adalah Akara tanpa makna san kamu adalah Metafora dan Fana. Layaknya Bagaskara dan Bentala, kita adalah dua Atma yang tidak diijinkan semesta bersama. Bahkan Aksara yang aku dan kamu ucapkan tidak dapat mengantar kita menuju Asmaraloka yang Adiwarna. Dengan egoisnya aku menginginkannua secara Amerta dan melupakan jika diri ini hanyalah sekedar Akara yang akan Fana apabola kehilangan Aksara," ucap Ailee dengan tenang. Tatapannya menatap lurus ke depan, ibu guru itu tertegun mendengar puisi yang baru saja ia dengar. Puisi ini sangat indah, bahkan ia tidak pernah mendengar puisi dengan susunan kata yang sebagus ini.
Sedangkan Briella menganga, ia tidak pernah tahu jika Ailee pandai sekali merangkai kata kata seindah itu. Meskipun ia tidak mengerti apa maksudnya, tapi ia cukup memahami beberapa kata yang keluar dari mulut sahabatnya ini.
"Jadi bagaimana?" Tanya Ailee.
"Bagaimana kamu bisa tahu puisi seperti itu?" Tanyanya.
"Maaf bu, sesuai dengan perjanjian. Saya berhasil melakukan apa yang ibu minta. Tidak ada sesi tanya jawab bukan dalam perjanjiannya? So, bisa kita semua keluar dari kelas ibu?" Tanya Ailee.
Guru itu terdiam. Sialan! Bisa bisanya anak itu tahu puisi yang ia minta bahkan anak itu mengucapkannnya dengan lantang. Ia harus membuang waktu tiga puluh menitnya karena perjanjian konyol itu. Bisa bisa ia dimarahi kepala sekolah.
"Tidak. Pelajaran akan tetap berlangsung. Kalo kamu mau keluar, kamu keluar saja sendirian," ucapnya.
"Wah, bukannya seorang guru itu harus jadi contoh ya? Kenapa ibu mengingkari janji ibu?" Tanya Ailee.
"Benar bu, kenapa ibu mengingkari janji ibu?" Tanya teman Ailee yang lain.
"Perjanjian tetap perjanjian bu, tidak bisa dilanggar begitu saja. Kalau begini, bagaimana kami bisa memiliki sikap tanggung jawab jika ibu sendiri sebagai seorang guru secara tidak langsung mengajarkannya pada kami. Bahkan kami semua disini menjadi saksinya," ucap Briella.
"Memangnya kata apa saja yang diucapkan dalam bahasa Sanskerta-nya?" Tanyanya.
"Askara, metafora, fana, bagasfora, bentala, atma, askara, asmaraloka, dan beberapa kata lainnya. Seharusnya anda tahu, bukannya anda yang meminta saya membuatkan puisi yang menggunakan beberapa kata sanskerta," ucap Ailee.
"Baiklah, kali ini kalian semua bebas dari pelajaran ibu. Permisi," ucapnya. Guru mata pelajaran itu segera pergi dari sana dari pada ia semakin dipermalukan. Ternyata ia sudah salah meminta muridnya membuatkan puisi itu. Siap siap saja dia akan dimarahi kepala sekolah nanti.
Semua murid bersorak ria. Mereka pun segera mengemasi barang barang mereka namun belum menginjakan kakinya keluar kelas. Beberapa memilih tinggal dulu.
Ailee membalikan posisinya menghadap ke arah belakang. Matanya beradu tatap dengan Kalingga.
"Ling, gimana puisi aku? Bagus kan?" Tanya Ailee. Gadis itu menopang dagunya dengan kedua tangannya. Senyum lebar terbit di bibirnya. Jika pria lain melihatnya pasti akan ikut ikutan tersenyum karena senyumannya yang manis. Namun berbeda dengan Ling, pemuda es batu bermulut pedas itu hanya menatapnya datar kemudian kembali fokus pada ponselnya.
"Kai, boleh duduk di kursi lo gak?" Tanya Ailee. Tanpa diperintah Kai berdiri dan menukar tempat duduk dengan Ailee. Gadis itu duduk di sebelah Ling. Seisi kelas sudah terbiasa jadi mereka tidak terlalu menghebohkan kedekatan itu.
"Mungkin kamu gak ngerti arti puisi yang aku buat tadi, tapi jujur aja puisi itu buat kamu. Bagaskara adalah kamu dan Bentala adalah aku untuk sekarang. Entah ini ulah semesta atau bukan karena selama ini hanya aku yang suka sama kamu, tapi kamu belum juga suka sama aku. Tipe kamu itu yang kayak gimana sih Ling? Aku mau memaksakan diri aku buat disukain balik sama kamu," ucap Ailee panjang lebar.
Di bangku depan, Kai dan Briella memang terdiam namun ponsel mereka terus bergetar. Mereka saling membicarakan soal Ling dan Ailee.
"Yang jelas bukan modelan orang kayak lo," ucap Ling. Pria itu pun bangkit dari sana dan membawa tas punggungnya.
"Ling kebiasaan ninggalin. Dipikir ngejar dia gak cape apa," gumam Ailee.
"Udah Lee, cabut yuk. Paksa satpam buka gerbang," ucap Briella.
"Duluan, gue mau ke toilet. Ketemuan di parkiran aja," ucap Ailee. Gadis itu membawa tasnya dan pergi ke toilet untuk memakai kembali stoking celananya.
***
Selesai memakai stoking celananya, Ailee berjalan keluar toilet. Ia berjalan menuju ke parkiran. Murid kelas lain masih belajar di kelas, berbeda dengan kelasnya yang sudah dibubarkan akibat ulahnya. Sebenarnya Ailee bukan tidak mau belajar, ia hanya malas saja dengan guru itu yang menurutnya membosankan.
Dari arah beberapa meter, ia melihat ke parkiran. Disana Ling sedang berbicara dengan seorang cewek. Ailee tidak kenal dia siapa. Untuk memastikan, ia pun belari ke arah Ling dan cewek itu.
"Kak Ling, aku buatin puding buat kakak. Aku gak tahu kesukaan kakak apa jadi aku buatin puding coklat aja. Semoga rasanya sesuai sama lidah kakak," ucapnya.
Ailee berdehem membuat kedua mahluk itu melirik ke arahnya. Ling mengernyit melihat gadis itu yang memakai celana panjang dibalik roknya.
"Lo siapa? Anak kelas mana?" Tanya Ailee datar.
"M-maaf kak, aku cuma mau kasih puding sama kak Ling," ucapnya.
"Pertanyaan gue bukan itu. Lo gak ngerti ya?" Tanya Ailee.
"Aku Vanya, anak kelas sepuluh," ucapnya.
"Kelas sepuluh? Woah, gue kira salah satu tante yang lagi mangkal pake seragam sekolah buat gaet dedek dedek gemes kayak Ling. Sorry ye," ucap Ailee.
"Maksud kakak apa?" Tanyanya tersulut emosi.
"Et dah buset, santai miss. Orang emosian cepet tua, lo harus pergi ke Dermatologhy deh kayaknya. Keseringan marah kayaknya muka lo udah kayak tante tante makan bayi. Bibir merah banget, baju ketat kayak gak ada bahan lagi, mana sepatu lo yang buricak burinong kayak lampu disko. Pergi gak? Sebelum tendangan maut melayang ke selengki elo," ucap Ailee galak.
Ling hanya diam saja namun jujur saja ia ingin tertawa mendengar ucapan Ailee. Sedangkan Kai dan Briella sudah ngakak brutal mendengar ucapan dan nada galak seorang Ailee.
Tanpa menunggu lagi, adik kelas itu pergi dari sana dengan perasaan dongkol sedangkan puding yang ada di tangan Ling direbut oleh Ailee dan ia berikan pada siswa lain yang lewat di dekatnya.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 301 Episodes
Comments
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
bagus ceritanya ...🥰🥰🥰
2024-02-05
1
ADE YAHYA
alaah..mau ketawa ya ketawa aja ling...biarin ailie nanti si ling yg ngejar kamu😅
2023-03-15
0