absen dulu dong di komentarnya😌✊️
***
Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu. Ailee dan Briell juga Kai dan Ling baru saja keluar dari dalam kelas. Suasana sekolah sudah hampir sepi. Wajar saja semua murid sudah pasti pulang ke rumah masing masing.
Ailee dan ketiga anak kembar itu berjalan menuju ke parkiran. Kai selalu membonceng adiknya Briell sedangkan Ling selalu sendiri.
"Lee, kamu bawa motor gak? Kalo enggak nebeng kak Ling aja," ucap Briell.
"Emang boleh?" Tanya Ailee.
"Boleh lah pasti. Yakali enggak, ya gak Ling?" Tanya Kai.
Ling hanya diam saja. Pria itu membuka ponselnya. Entah apa yang sedang ia lakukan dengan benda pipih itu.
"Naik taksi aja, udah gue pesenin," ucap Ling. Pemuda itu memasukan ponselnya ke dalam sakunya kemudian memakai helmnya dan pergi dari sana. Lagi dan lagi Ailee hanya mampu menghela nafasnya.
"Maafin kak Ling ya? Suatu saat dia pasti sadar kok Lee," ucap Briell.
"Nanti dia dapet karmanya sendiri. Lo tenang aja Lee," ucap Kai.
"Thanks ya, kalian selalu support gue selama ini, padahal jelas jelas Ling gak suka sama gue tapi gue tetep maksa deketin dia. Semoga kalian gak ilfeel sama gue," ucap Ailee.
"Enggak lah, lo besti adek gue yang paling cerewet ini. Kalo gak ada lo mungkin dia bakalan susah nyari temen deket. Secara mereka mau kenal sama kita karena nama belakang kita," ucap Kai.
Benar adanya, itulah sebabnya Briella selalu menolak siapa saja yang ingin gabung ke circlenya. Mereka ingin berteman dengan Briella hanya karena Briella anak seorang sultan. Bahkan tak jarang juga banyak cewek cewek yang mendekati Kai atau pun Ling karena mereka berdua dikenal murid yang banyak duit. Namun untungnya Kai tidak pernah tergoda begitu juga Ling.
"Ya udah, noh taksi yang dipesen si Ling udah sampe tuh," ucap Kai.
"Iya kayaknya. Kalian juga pulang deh, kayaknya mau hujan ini," ucap Ailee.
"Iya. Lo hati hati ya Lee pulangnya. Gue sama bangKai duluan. Bye," ucap Briell.
Aile hanya mengangguk dan melambaikan tangannya saat motor yang ditumpangi Kai dan Briella pergi dari area parkiran. Sementara itu ia berjalan ke arah taksi online yang sedang melihat lihat penumpangnya.
"Sir, maaf, taksi yang dipesan Kalingga ya?" Tanya Ailee sopan.
"Iya benar, anda yang bernama Kalingga?" Tanyanya.
"Bukan sir, tapi maaf Kalingga tidak jadi naik taksi ini. Sebagai gantinya saya hanya bisa memberi uang ganti rugi saja," ucap Ailee. Gadis itu memberikan beberapa lembar uang dolar.
"Begitu rupanya, ya sudah tidak apa apa," ucapnya. Taksi itu pun pergi begitu saja dari sana menyisakan Ailee seorang diri.
Ailee bukannya tidak mau menerima taksi pesanan Ling untuknya. Hanya saja ia masih merasa sakit hati karena ucapan Ling tadi. Belum lagi pemuda itu selalu enggan jika dirinya ingin menumpang pulang. Padahal rumah mereka berdekatan.
Mansion milik keluarga Ailee berada di depan mansion besar milik keluarga Ling. Tentu saja mansion keluarga Ling lebih besar dari pada mansion milik keluarganya. Namun Ailee tetap bersyukur setidaknya ia masih memiliki tempat tinggal yang sangat layak.
Langit sudah gelap dan petir sudah mulai menyambar. Ailee hanya berjalan kaki menuju ke mansionnya. Toh jarak dari sekolah ke mansionnya tidak jauh juga. Lumayanlah.
"Ujan, jangan turun dulu ya? Ailee belum sampe rumah," gumamnya. Gadis itu tetap melangkahkan kakinya menuju ke mansionnya. Lama lama rintik hujan mulai turun. Terpaksa Ailee harus berlari agar ia bisa cepat sampai ke rumahnya.
Jika dibilang bodoh, mungkin iya. Seharusnya tadi ia menaiki taksi yang dipesan oleh Ling. Kenapa juga harus cape cape berlari seperti ini. Tapi ini kemauannya. Dengan berlari sampai kelelahan bisa sedikit melupakan perkataan Ling tadi. Meskipun sudah terbiasa dengan ucapan pedas yang keluar dari dalam mulut Ling, perasaan Ailee tetap saja tersakiti.
Lama lama hujan turun semakin deras. Ailee pun memutuskan untuk berteduh dulu di depan halte bus.
***
Ling memarkirkan motornya di garasi rumahnya. Pemuda itu naik ke lantai satu menggunakan lift. Ia sengaja pulang duluan karena malas dengan abang dan adiknya. Mereka berdua selalu memaksanya untuk selalu berdekatan dengan gadis itu.
"Loh, kok sendirian? Abang sama adek kamu mana kak?" Tanya Ashel.
"Bentar lagi mereka sampe kayaknya mi. Ling ke kamar dulu, cape," ucap Ling.
Ashel tersenyum. Ia mengusap lembut bahu tangan anaknya yang tingginya sudah melebihi tinggi tubuhnya.
"Nanti turun lagi buat makan ya," ucap Ashel.
"Iya mami," ucap Ling. Ia memeluk maminya dan pergi ke kamarnya yang ada di lantai dua.
Kamar Ling berada di paling pojok. Di depan pintunya terdapat papan tulisan nama bertuliskan 'Kalingga' begitu juga dengan kamar Briella dan Kai.
Ling masuk ke dalam kamarnya dan melempar tasnya ke sembarang arah. Ia juga melemparkan ponselnya yang baru ia keluarkan dari saku celananya ke kasur king size miliknya.
Ling tidur terlentang. Ia menggunakan tangannya sebagai bantalan. Matanya terpejam namun pikirannya berkecamuk. Entah apa yang sedang ia pikirkan saat ini.
Sementara itu di halte bus, Ailee masih terjebak hujan. Semakin lama hujannya semakin deras. Waktu juga sudah sore sekali. Jika tidak pulang sekarang mama dan papanya pasti akan khawatir.
Terpaksa Ailee pun menembus hujan. Ia menyimpan tas gendongnya di depan tubuhnya dan memeluk tas itu. Ailee berlari kencang menerobos hujan.
Meskipun jarak dari halte ke rumahnya cukup dekat, namun dengan hujan sederas ini tentu saja mampu membuat tubuhnya basah kuyup.
Ailee mendorong pagar rumahnya dan masuk melalui pintu belakang. Beruntung pelayan di rumahnya tidak pernah mengunci pintu ini.
"Astaga non, kok basah basahan? Pulangnya hujan hujanannya ya? Kenapa gak telepon supir aja suruh jemput," ucap Megi, pelayan di mansion Ailee.
"E-nggak sem-mpet. Tol-ong ambilin han-duk," ucap Ailee. Gadis itu berbicara terbata bata karena kedinginan. Megi pun bergegas mengambil anduk dan memberikannya pada Ailee. Megi juga mengambil alih tas Ailee dan mengeluarkan semua isinya. Beruntung isinya kering hanya saja tasnya basah. Megi pun menyimpan tas Ailee di tempat cucian. Sementara Ailee membuka bajunya di toilet dapur. Ia menyimpannya dalam ember kemudian diambil Megi untuk di cuci.
"Megi, jangan bilang sama mama papa kalo aku hujan hujanan ya," ucap Ailee.
"Tapi non-,"
"Nurut aja ya Megi. Ailee ke kamar dulu," ucap Ailee. Ia pun segera naik ke kamarnya dan mandi cepat dengan air hangat.
Setelah selesai mandi, Ailee naik ke tempat tidur dan merebahkan tubuhnya yang kedinginan.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 301 Episodes
Comments
꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂
menarik,menurut saya ceritanya keren pengen baca terus 👍🤗
2024-02-05
1
ADE YAHYA
liing2 anak orang ampe ujan2 nan..tega ya😦
2023-03-15
1