Menjebak Fano agar menikahinya? Nara menggelengkan kepalanya untuk mengenyahkan pemikiran jahat yang tak seharusnya melintas di pikirannya.
Nara memang baru mengenal Fano. Tapi sejauh ini Nara menilai jika anak majikannya ini adalah pria yang baik dan sopan. Dia juga tak pernah meninggikan suaranya jika ada asisten rumah tangganya yang membuat kesalahan. Fano biasanya hanya akan menegurnya dan meminta untuk berhati-hati agar tak kembali mengulangi kesalahan yang sama.
Selain itu, Fano juga orang yang cukup royal dan dermawan. Ketika dia memesan makanan di luar, sesekali ia akan memesan dengan porsi lebih yang kemudian akan di bagikan untuk para pekerja di rumahnya. Lalu bagaimana bisa Nara tega menjebak pria sebaik ini.
Tapi ingatan tentang ucapan adiknya beberapa saat yang lalu kembali berputar berulang kali di kepalanya, hingga membuat Nara berada dalam kebimbangan.
Jika dia tak tega menjebak pria sebaik Fano, lalu apakah dia tega membiarkan Ibu kandungnya sendiri terus berada dalam kesakitan karena tak segera di operasi?
Sumpah demi apapun, kali ini Nara benar-benar bingung kemana ia harus mencari uang sebanyak itu dalam waktu dekat, sedangkan biaya pengobatan Ibunya itu pasti tidaklah sedikit.
Mungkin Nara memang bisa menukar satu ginjalnya dengan uang yang cukup banyak. Namun belum tentu dirinya cepat mendapatkan pembeli yang cocok. Dan jujur saja Nara takut akan kondisi kesehatannya untuk kedepan.
Apalagi setelah menjual ginjalnya nanti, dia masih harus tetap bekerja dan bagaimana bisa dia bekerja sebagai asisten rumah tangga jika seseorang yang sudah mendonorkan satu ginjalnya saja tidak boleh bekerja terlalu berat. Belum lagi resiko kesehatan yang lainnya, yang hanya dengan membacanya saja sudah membuat Nara bergidik ngeri. Bisa-bisa bukannya dia untung yang ada malah buntung.
Ini bukan karena Nara lebih mementingkan kesehatannya sendiri di bandingkan dengan kesehatan sang ibu. Namun Nara tetap harus realistis, jika setelah operasi ibunya, hidup Nara masih harus terus berjalan, bukan untuk dirinya saja, tapi juga untuk ibu dan adiknya yang sudah menjadi tanggung jawab Nara sepenuhnya sejak sang ayah tiada.
Nara mernaik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Hal itu ia lakukan berulang kali untuk mengenyahkan perasaan bersalahnya pada Fano.
Ya, pada akhirnya Nara memutuskan untuk menjebak Fano agar menikahinya.
Fano pria yang baik, hingga Nara yakin jika setelah menikah nanti pria itu tak akan mungkin mengabaikan kesehatan ibunya.
Tekat Nara sudah bulat. Setelah hampir satu jam berperang batin dan pikiran, Nara akhirnya bangkit dari duduknya. Dia berjalan mendekati Fano yang masih tertidur pulas dalam kondisi mabuk berat. Entah sudah berapa liter minuman haram itu masuk ke dalam tubuh pria itu, hingga membuatnya tak berdaya seperti ini.
"Maafkan aku."
Nara memapah Fano menuju lift di sudut kanan ruang tamu. Nara patut bersyukur karena rumah ini memiliki fasilitas kotak ajaib itu, hingga dia tak perlu menaiki tangga untuk bisa menuju lantai dua dimana kamar Fano berada.
Bisa di bayangkan jika mereka naik melewati tangga, bukannya sampai ke atas, justru keduanya mungkin akan mengelinding jatuh ke bawah lagi karena Nara yang tak akan kuat menahan bobot tubuh Fano.
Lagi-lagi Nara bersyukur karena begitu lift terbuka, ia hanya perlu melangkah beberpa meter untuk bisa sampai ke kamar Fano.
Nara menghela nafas lega setelah berhasil merebahkan tubuh Fano di atas ranjang king size milik pria itu.
Keringat sudah membanjiri dahi dan tubuh Nara. Berat tubuh Fano benar-benar membuat pinggangnya seakan mau patah.
Mungkin saja ini yang dinamakan the power of kepepet. Nara bisa sampai di kamar ini setelah mengelurkan seluruh tenaganya yang tersisa. Ternyata makan mie instan di jam sebelas malam tadi bukanlah ide yang buruk.
Setelah mengatur nafasnya yang ngos-ngosan. Nara memulai aksi penjebakannya.
Hal yang pertama yang harus Nara lakukan ialah meloloskan semua pakaian yang di kenakan Fano saat ini.
Wajah Nara memerah saat kaos berwarna hitam itu terlepas hingga menampakkan tumpukan roti sobek di perut Fano yang seakan meminta untuk segera di gigit.
Nara memejamkan matanya sejenak, menghalau pikiran liar yang tiba-tiba menelusup di kepalanya. Jujur tangan mungilnya sempat tergoda untuk mengelus perut indah itu.
"Ayo Nara, fokus sama tujuan awal lo." Setelah menetralkan debaran halus di dadanya, Nara kembali berusaha meloloskan celana jeans yang di kenakan Fano. Meski dengan susah payah, pada akhirnya Nara berhasil melakukannya.
Nara menelan salivanya dengan susah payah saat melihat tonjolan di balik kain terakhir milik Fano. Nara tak bisa membayangkan seperti apa dan bagaimana bentuk senjata yang ada di balik kain segitiga itu.
Nara menggelengkan kepalanya, lagi-lagi ia berusaha menghalau pikiran kotornya yang sudah mulai berkelana.
Dengan tangan yang mulai gemetaran, Nara berusaha meloloskan kain terakhir itu dengan kedua mata yang tertutup rapat. Nara tak mau melihatnya, dia tak mau kedua matanya ternodai semakin jauh.
Begitu berhasil melepaskan kain segitiga itu, Nara langsung menutup tubuh polos Fano dengan selimut.
"Huh, panas." Nara mengibaskan tangan di depan wajahnya, mengipas-ngipas agar rasa panas yang merambat di kedua pipinya segera musnah.
Setelah merasa lebih baik, Nara berjalan ke sisi ranjang yang lainnya. Dia mengigit ujung jarinya, setelah mengeluarkan darah, Nara lantas meneteskannya di atas sprei. "Anggap saja ini darah keperawanan gue."
Rencana jebakan yang Nara buat memang gila. Namun gadis itu bisa apa? Karena saat ini dia sungguh berada dalam posisi terjepit. Dia membutuhkan bantuan Fano.
"Semoga suatu saat jika kamu tahu ini hanya jebakan, kamu mau maafin aku."
Setelah melepaskan seluruh pakaiannya, Nara naik ke atas ranjang dan bersiap memulai aktingnya sebagai wanita yang telah di nodai dengan paksa.
Fllashback Off
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Wirda Wati
Apapun alasannya Nara kamu tetap salah 🤭🤭🤭
cari kesempatan dlm kesempitan.
2023-05-27
0
Dwi Winarni Wina
nara terpaksa melakukannya demi membiayai sang ibu yg lagi sakit parah,,,,lanjutkan thor....
2023-03-16
1
Alaina Sulifa Kaplale
yaallahh.. maafkan quenara, yaallahhh
2023-03-11
0