Episode 4

.......

Segera setelah Joanna menutup pintu, Shenny langsung meletakkan tangannya di mulut untuk meredam suara batuk yang sedari tadi berusaha keras ia tahan.

Satu tangannya berada di mulutnya dan tangan lainnya mencengkeram dadanya dengan kuat. Ia jatuh berlutut seraya terbatuk-batuk dan kehilangan kontrol atas napasnya sendiri.

Dengan bersusah payah, Shenny berusaha merangkak ke arah meja. Diraihnya ranselnya yang ada di sana dan dengan panik tangannya mencari inhaler di dalam sana. Menemukannya, dengan tangan yang bergetar hebat Shenny menghirup inhaler tersebut. Ia menahan napasnya sambil menyandarkan dirinya di dinding. Air mata jatuh dari sudut matanya. Setelah beberapa saat, ia menghembuskan napas perlahan. Dirinya merasa sedikit lega namun batuknya masih tidak mau berhenti sehingga Shenny memutuskan untuk menghirup inhalernya sekali lagi. Kini batuknya menjadi lebih reda meskipun masih belum sepenuhnya hilang. Shenny mencoba untuk mengatur napasnya, ia tidak berani menghirup inhalernya lebih banyak lagi, karena ia tidak pernah tahu kapan dirinya akan membutuhkan alat ini kedepannya, dan ia tidak tahu apakah bisa mendapatkan yang baru kalau isinya tiba-tiba habis.

Akhirnya, batuknya berhenti sepenuhnya, dan kelopak mata Shenny perlahan mulai tertutup. Ia merasa sangat lelah, tapi dirinya sadar kalau ia tidak boleh tertidur, masih ada pekerjaan yang harus ia selesaikan saat ini.

“Oke, tunjukkan padaku kompor dan tabung gas yang harus aku pasang,” Ethan berkata sambil mendorong pintu dan mulai mengenakan sarung tangannya seraya berjalan masuk ke dalam.

“Tabungnya sudah terpasang. Aku hanya membuat alasan agar Jason keluar dari sini,” jawab Shenny dengan suara pelan.

“Lalu mengapa kamu duduk di lantai seperti itu?” tanya Ethan sambil menatap Shenny bingung.

“Ceritanya panjang,” Shenny berusaha berdiri dan kembali melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai.

“Baiklah kalau begitu. Karena tabungnya sudah terpasang, aku akan kembali ke atas untuk melanjutkan tidurku,” ujar Ethan sambil berjalan menuju pintu. “Oh ya, tadi aku lihat Yenna memanggil Joanna untuk membantu mereka di kantin. Dari ekspresi wajahnya, aku rasa mereka menemukan sesuatu yang bagus. Sepertinya kamu harus menyediakan ruang kosong untuk apa yang mereka temukan.”

“Aku sedang sibuk sekarang, bisakah kamu menyiapkannya untukku?” tanya Shenny sambil memutar kepalanya ke arah Ethan, namun yang dilihatnya hanya kekosongan. Ethan sudah menghilang dari ruangan ini.

“Cepat sekali dia menghilang,” gumam Shenny sambil menggelengkan kepalanya. Shenny memasukkan semua bahan makanan ke dalam panci dan mulai memasak makan malam. Setelah selesai memasak, ia mengambil sebuah ember kecil dan menuangkan air bekas mencuci sayuran ke dalam sana. Ia kemudian membawanya ke atap dan menuangkannya ke dalam tangki tanaman. Setelah itu ia turun ke lantai bawah untuk menyiapkan satu ruang kosong.

...***...

“Sial, pintunya terkunci,” Yenna memutar kenop pintu ke kiri dan ke kanan, mencoba membuka pintu dapur yang ada di kantin sekolah.

“Minggir,” Kevin mengambil sekopnya dan memukul engsel serta kenop pintu dengan keras sehingga membuat pintu tersebut langsung roboh.

“Harusnya kamu pecahkan saja kaca jendela dan menyelinap masuk daripada merusak pintu seperti itu,” komentar Joanna sambil berjalan masuk. “Wow guys lihat, kulkasnya benar-benar masih menyala dan semuanya tampaknya masih bagus untuk dimakan.”

“Ya, kecuali roti-roti ini. Mereka lebih mirip batu yang berjamur daripada roti.” Kevin bahkan tidak berani menyentuh roti-roti yang ada di hadapannya.

“Tapi sisi terangnya, sekarang kita jadi punya mie instant!” Yenna mengangkat dua bungkus besar mie instant dengan penuh semangat.

“Pertanyaannya, bagaimana kita memindahkan semua ini ke lantai atas di gedung sekolah?” tanya Joanna.

“Aku punya ide. Yenna, kembali lah ke gedung sekolah dan coba buat satu bukaan di barikade terdekat dari sini. Kita bisa coba memasukkan semua barang-barang ini ke dalam gedung dari sana. Dan juga, ajak yang lainnya ke sini,” perintah Kevin.

“Oke!” Yenna mengangkat dua bungkusan besar mie instant dan berlari kembali ke gedung sekolah.

“Oke, apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Joanna.

“Bantu aku mencopot semua rak yang ada di dalam kulkas, dan masukkan apa saja yang tidak bisa dimasukkan ke dalam kotak ke dalam sana. Kita akan pindahkan kulkas ini juga ke gedung sekolah.”

Kevin dan Joanna pun sibuk memasukkan semua barang-barang ke dalam kulkas dan juga menyusun yang lainnya ke dalam kotak. Setelah sepuluh menit, kulkas dan semua kotak-kotak sudah terisi penuh. Yenna pun kembali bersama Ethan dan Jason.

“Maaf kami agak lama. Ethan menolak untuk bangun,” ujar Yenna meminta maaf.

“Kami bahkan harus menyeretnya turun dari atap. Jadi, apa misi hari ini?” tanya Jason.

“Aktivitas klub hari ini adalah memindahkan semua yang ada di sini ke salah satu ruangan kosong yang ada di dalam gedung sekolah. Kita juga akan memindahkan kulkas ini. Aku dan Ethan yang akan mengangkat kulkas, sementara kalian semua angkat kotak-kotak ini,” Kevin memberi instruksi.

“Kalian meninggalkan Shenny sendirian di gedung sekolah?" Tanya Jason sambil mengikat empat kotak air dan mencoba mengangkatnya. “Oh Tuhan, ternyata berat juga.”

“Dia sedang mempersiapkan ruangan untuk menyimpan semua barang-barang ini, dan dia juga tidak akan sendirian untuk waktu yang lama, jadi tidak apa-apa," ujar Yenna sambil mengangkat satu kotak berisi biskuit dan roti-roti kering, sementara Joanna berjalan di sampingnya sambil mengangkat satu kotak berisi penuh dengan makanan kaleng.

“Aku benar-benar kangen duduk di sini,” ujar Ethan sambil menatap meja-meja kantin yang mereka lewati.

“Jam makan siang adalah jam terbaik saat di sekolah,” tambah Yenna.

“Sayangnya sekarang kita hampir tidak bisa meninggalkan gedung sekolah,” komentar Joanna. Ia kemudian menoleh ke belakang, ke arah Kevin dan Ethan. “Hei, kalian pastinya tahu kan kita harus menyingkirkan barikade kalau ingin memasukkan kulkas besar itu.”

“Iya aku tahu. Makanya nanti kita utamakan untuk memasukkan kotak-kotak ke dalam gedung terlebih dahulu. Baru setelah itu kita pikirkan cara untuk memasukkan kulkas ini tanpa harus meruntuhkan barikadenya.”

Kevin dan Ethan mulai menurunkan kulkas yang mereka angkat di dekat barikade. “Aku, Ethan dan Yenna akan kembali ke kantin untuk mengambil sisa kotak yang lain. Kalian berdua masukkan kotak-kotak yang sudah ada di sini ke dalam, dan pastikan untuk melindungi kulkas ini dengan sepenuh jiwa.”

“Oke,” jawab Joanna singkat.

Terdengar suara langkah mendekat dari arah dalam. Jason mengintip ke dalam dan melihat Shenny yang berjalan ke arah barikade. “Mana yang lainnya?”

“Mereka kembali ke kantin. Shenny, tangkap ini,” Jason mulai memberikan kotak-kotak itu satu per satu kepada Shenny. Shenny menerima kotak-kotak tersebut dan menyusunnya dengan rapi di samping. Yang lainnya juga sudah beberapa kali bolak balik membawa lebih banyak kotak lagi.

“Berapa banyak lagi yang harus dimasukkan?” tanya Shenny.

“Sepertinya sudah semua. Dan ada satu kulkas juga yang harus dipindahkan ke dalam gedung,” jawab Jason.

“Apakah barang-barang di kantin sebanyak itu?”

“Yup. Aku rasa mereka baru saja me-refill stok di kantin hari itu.”

“Semuanya sudah selesai.” Yenna, Ethan dan Kevin meletakkan kotak terakhir di lantai. Total ada dua puluh dua kotak, dan semuanya sudah dipindahkan ke dalam gedung sekolah.

“Kalian tahu, membongkar dan menyusun kembali barikade ini akan menjadi ide yang sangat buruk,” kata Shenny sambil keluar dari balik barikade, dibantu oleh Ethan.

“Ada ide lain?” jawab Joanna.

“Aku punya ide.” Jason mengangkat tangannya. “Bagaimana kalau kita mengeluarkan dua susunan meja di bagian paling atas di setiap lapisan dinding barikade dan memasukkan kulkasnya dari sana?”

“Aku rasa itu ide yang bagus,” kata Kevin. “Kita cabut dua atau tiga meja yang ada di posisi paling atas. Dan nanti di setiap lapisan barikade akan ada dua orang yang menahan kulkas dan menggesernya ke lubang selanjutnya. Aku dan Yenna yang akan mengangkat dari luar sini. Shenny dan Ethan akan berdiri di tengah-tengah untuk menggesernya ke sisi dalam, dan di situlah Jason dan Joanna akan menurunkan kulkasnya. Bagaimana menurut kalian?”

“Aku setuju,” kata Joanna, lalu ia mulai masuk kembali ke dalam gedung. Mereka mulai melepaskan tiga meja dari bagian atas barikade dan rencana memindahkan kulkas ini pun dimulai.

“Oke, pada hitungan ketiga,” Kevin mulai menghitung dan mengangkat kulkas itu bersama Yenna. “Satu, dua, tiga,” kulkasnya berhasil dimasukkan ke dalam lubang di atas, yang langsung disambut oleh Shenny dan Ethan. Begitu kulkas itu berhasil dilewatkan ke lubang lapisan barikade paling dalam, Yenna dan Kevin langsung menutup lubang terluar dengan cepat dan kembali ke dalam gedung. Joanna dan Jason meletakkan kulkas secara perlahan di lantai.

Setelah itu mereka mulai memindahkan semuanya ke ruangan kosong yang sudah Shenny persiapkan sebelumnya, dan pekerjaan mereka benar-benar selesai tiga puluh menit kemudian.

“Oke, untuk saat ini kita punya empat puluh delapan botol air mineral, lima karung beras, satu kotak minyak goreng, empat kotak minuman yogurt dan jelly, empat kotak biskuit dan roti kering, tiga kotak mie instant, dan enam kotak berisi berbagai jenis makanan kaleng. Dan ada beberapa makanan dan daging instant yang masih ada di dalam kulkas. Sebagian besar makanan dan minuman ini bisa bertahan sampai tujuh bulan ke dapan.” Kata Shenny sambil menulis semuanya di buku catatannya.

“Kamu benar-benar mencatat semuanya dengan rapi,” Yenna mulai merekam lagi dengan kameranya.

“Kita harus mengorganisirnya dengan baik. Oke saatnya kita kembali ke ruang klub, makan malamnya sudah siap.” Mereka pun mulai menaiki tangga menuju lantai dua.

“Tapi kalian tahu apa yang bagus? Kita sekarang punya dua kulkas, satu yang ini dan satu lagi di atap sekolah. Kita jadi bisa memasukkan lebih banyak bahan makanan ke kulkas agar bisa bertahan lebih lama,” komentar Joanna.

“Oh, tidak. Aku lupa,” Kevin menepuk keningnya sendiri.

“Apa?” tanya Ethan. “Kamu kelupaan apa?”

“Sakelar listrik lantai bawah. Seharusnya aku mematikan aliran listrik untuk lantai bawah agar aliran listrik di lantai atas sini tidak sebentar-bentar melemah."

“Ya ampun, aku juga lupa mengecek sakelar pompa air di luar,” seru Yenna. “Tapi kita tidak bisa kembali ke luar sekarang. Hari sudah mulai gelap.”

“Kurasa kita harus menunggu sampai besok. Giliran siapa yang berpatroli besok?” tanya Ethan.

“Orang yang tepat untuk situasi ini. Kamu dan Joanna yang akan berpatroli besok.” Jawab Shenny sambil melihat buku catatannya.

“Oh, haha oke,” Ethan menggaruk tengkuknya sambil tertawa pelan.

......................

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!