Episode 1

“Hai guys, selamat datang kembali di vlog kehidupan sekolahku,” ujar Yenna sambil memegang kamera di tangannya dan merekam seisi ruangan klub.

Terdengar suara pintu dibuka, Yenna menolehkan wajahnya. Sebuah senyum muncul di paras Yenna, ia kemudian membalikkan tubuhnya dan mengarahkan kameranya pada seorang gadis berambut merah yang tengah melangkah masuk.

“Nge-vlog?” tanya gadis tersebut.

“Yup,” jawab Yenna singkat, masih mengarahkan kameranya pada gadis tersebut.

“Sampai kapan kamu mau merekam vlog seperti itu?” Shenny, nama gadis tersebut, bertanya sambil berjalan melewati Yenna.

“Ayolah, ini tuh untuk kenang-kenangan. Dan ini juga langkah pertama untuk aku menjadi seorang bintang,” sahut Yenna sambil mengarahkan kameranya mengikuti langkah Shenny.

“Menjadi bintang apanya? Kamu bahkan nggak pernah upload semua video-video yang kamu rekam itu,” ujar Senny sambil memutar bola matanya.

“Pasti akan ku upload kalau ada koneksi internet.”

“Syukurlah kita nggak punya koneksi internet”

Yenna mencibir ke arah Shenny, lalu ia memutar kamera ke arah wajahnya sendiri. "Ok guys, seperti yang aku bilang sebelum nona pengganggu itu muncul, hari ini aku kembali dengan vlog tentang kehidupan sekolahku. Dan karena ini adalah akhir pekan, di vlog kali ini aku akan menunjukkan pada kalian apa yang biasa kami lakukan di akhir pekan. Dimulai dari nona pengganggu, Shenny.”

“Berhenti memanggilku seperti itu,” sahut Shenny dengan nada suara kesal.

“Oke, oke. Jadi, Shenny, apa yang kamu lakukan pagi ini?” Yenna mulai mengarahkan kameranya kembali pada Shenny yang sedang duduk di satu-satunya meja besar yang ada di ruangan klub ini, tampak sedang menulis.

“Mencatat beberapa hal.” Jawab Senny singkat.

“Aku akan zoom pada buku catatanmu. Wow, tulisanmu rapi sekali. Apa saya yang kamu catat di sana?” tanya Yenna lagi.

“Seperti biasa, penggunaan air dan makanan mingguan kita, dan seberapa banyak kita harus berhemat. Dan juga jadwal patroli dan jumlah listrik yang perlu kita gunakan,” katanya lalu menggumam pelan. “Hidup benar-benar sulit.”

Yenna tampak mengangguk-angguk pelan. “Sesuai yang diharapkan dari manager klub kita, kamu benar-benar mengurus semuanya dengan baik.”

Tiba-tiba terdengar suara pintu ditutup dengan sedikit keras. Yenna dan Shenny sama-sama menoleh ke arah pintu dan melihat seorang cowok berpakaian seragam sekolah yang sedang berjalan ke arah mereka sambil memegang sebuah ransel dan jaket di tangannya.

“Jason? Kenapa kamu pakai seragam sekolah di akhir pekan?” tanya Shenny dengan kening sedikit berkerut.

“Aku harus ikut kelas tambahan karena nilaiku jelek. Ugh, aku benci kelas tambahan.” Jawab Jason sambil memakai jaket dan menarik reslitingnya hingga tertutup sepenuhnya ke atas.

“Minta saja Kevin untuk memberimu kelas privat,” jawab Yenna sembari merekam Jason yang sedang mengenakan sepatu dan ranselnya.

“Tidak, aku tidak ingin diperlakukan spesial. Aku lebih suka ikut kelas biasa bersama teman-temanku.” Jason baru saja akan pergi namun ia kembali melihat ke arah Yenna. “Oh ya, Yenna, kalau kamu mau kamu bisa mendatangiku setelah kelas selesai.”

“Hmm, boleh juga. Kita bisa buat konten yang bagus bersama.”

“Yup. Oke, aku harus pergi sekarang. Bye, guys.” Jason melambai sembari berjalan keluar dan menutup pintu, lagi-lagi dengan sedikir keras.

Yenna memutar kembali kameranya ke arah Shenny. “Kembali ke Shenny. Apa yang kamu lakukan selain merapihkan dan mencatat semua itu?”

“Hmm, memperlajari beberapa hal. Banyak hal yang perlu dipelajari karena aku belum lama berada disini. Masih banyak yang harus aku perhatikan.” Jawab Shenny sambil menutup buku catatannya.

“Hmm, begitu ya. Oke, aku akan keluar sekarang supaya tidak mengganggumu bekerja dan belajar. Bye.” Yenna melambaikan tangan dan langsung berbalik untuk keluar dari ruang klub.

“Sampai jumpa saat makan malam nanti. Jangan lupa kamu hari ini akan patroli bersama Kevin,” ujar Shenny sambil bangkit dari kursi.

“Siap!” kata Yenna sambil memberi hormat lalu keluar dari ruangan. Ia berjalan menuju koridor sekolah, masih sambil merekam sekelilingnya. Kaca-kaca jendela tampak pecah, pintu-pintu sudah hilang dari kerangkanya, dan ada banyak noda-noda kecoklatan di berbagai tempat di koridor panjang ini.

“Jadi, ke mana kita harus pergi sekarang? Lantai bawah, atau atap sekolah? Aku rasa Joanna dan Ethan ada di atas.”

Yenna menunjukkan satu dari sekian banyak ruang kelas yang tampak sangat berantakan. Ia berhenti sejenak untuk merekam Jason yang tampak sedang duduk sendirian di ruang kelas yang kosong, di satu-satunya meja dan kursi yang ada di dalam sana. Jason mendongak dan menoleh ke arah Yenna. Ia melambaikan tangan pada Yenna, yang dibalas Yenna sambil tersenyum sebelum kembali melanjutkan perjalanannya.

“Kalian lihat betapa kacaunya di sini? Kami benar-benar kesulitan membersihkan semuanya dan mau dibersihkan seperti apa pun tetap saja terlihat berantakan dan kotor. Dan sekarang, kami harus melakukan hal yang sama di lantai bawah. Ahh, kenapa semuanya sulit sekali?” Yenna menggerutu dengan nada merengek. “Sepertinya kami cukup beruntung karena ruang klub tempat kami tinggal terlihat sangat bersih bahkan seperti baru.”

Yenna menaiki tangga menuju ke atap sekolah dan mendorong pintu besi yang ada di ujung tangga.

“Guys, selamat datang di atap sekolah. Juga dikenal sebagai tempat dimana klub pembibitan dan perikanan melakukan kegiatan mereka.”

“Yenna, bisa tolong bawakan kain yang itu dan kotak peralatanku ke sini?” terdengar suara Ethan berteriak dari kejauhan.

Yenna membalikkan badannya, mencari-cari dimana kain dan kotak peralatan yang dimaksud Ethan. Setelah menemukannya, ia langsung mengambil kedua benda tersebut dan berlari kecil ke arah Ethan.

“Apa yang sedang kamu lakukan di atas panel surya itu?” tanya Yenna sambil memberikan kain dan kotak itu pada Ethan dengan satu tangan, dan tetap merekam dengan tangan yang satunya lagi.

“Melakukan perbaikan dan membersihkan panel ini, debunya mulai menumpuk.” Jawab Ethan.

“Oh, apa itu alasannya listrik di bawah sangat lemah beberapa hari terakhir ini?” tanya Yenna.

“Apa ada alasan lain lagi?” Ethan menatap Yenna datar, lalu kembali fokus pada panel di hadapannya.

“Tidak sih. Tapi aku rasa sangat bagus kita tahu apa alasan listrik menjadi sangat lemah, jadi kita bisa coba untuk meperbaikinya. Setidaknya setelah ini mungkin kita bisa menghidupkan mesin air panas, atau mungkin menyalakan pemanas ruangan juga,” ujar Yenna panjang lebar.

“Sebenarnya aku bahkan nggak yakin kita bisa mandi atau tidak untuk beberapa hari ke depan. Tadi aku lihat air di dalam dua tangki yang ada di sana tidak terlalu penuh,” ujar Ethan sambil mengarahkan obeng yang sedang dipegangnya ke arah dua tangki air yang ada tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

“Benarkah? Wah, sepertinya kita harus selalu berhemat, ya? Kemarin-kemarin kita harus hemat listrik, dan sekarang air. Kita juga selalu hemat makanan.” Ujar Yenna sambil mencebikkan bibirnya.

“Hmm, begitulah. Tapi kita selalu bisa menunggu hujan datang untuk menampung air,” ujar Ethan sambil mendongak menatap langit yang hari ini terlihat sangat cerah, kemudian ia berdiri. “Bicara soal air, aku jadi ingat harus mengecek saringan air. Ugh, pekerjaanku nggak habis-habis.”

“Semangat! Kami semua mengandalkanmu sebagai ketua klub.”

“Ya, ya. Aku akan berusaha sebaik mungkin,” Ethan melambai dan kemudian pergi sambil membawa kotak peralatannya ke arah tangki air.

“Oke, sekarang ayo kita ke area kebun,” Yenna menyebrangi pagar yang membatasi area kebun. Tampak seorang gadis sedang bekerja di dalam kebun tersebut.

“Joanna, apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Yenna sambil berjalan menghampiri gadis yang bernama Joanna itu.

Joanna menolehkan kepalanya. “Mengurus sayur-sayuran. Kamu sedang apa di sini?”

“Merekam vlog seperti biasanya. Jadi, bisakah kamu ceritakan lebih banyak lagi tentang apa yang kamu lakukan disini pada kami?”

“Tentu saja. Karena klub pembibitan dan perikanan sayangnya harus bubar, jadi semua peralatan dan pekerjaan mereka sekarang diserahkan pada aku dan Ethan.” Jelas Joanna.

“Hmm.. pasti sulit mengurus semua ini berdua saja. Sekolah ini harus memberikan dukungan dan nilai yang tinggi agar kalian bisa masuk perguruan tinggi yang bagus setelah lulus nanti.”

“Yup, sudah seharusnya begitu.” Joanna mengangkat satu kotak pupuk yang ada di lantai. “Apa kamu mau melihat bagaimana aku memupuk tanaman?”

“Bukannya cuma perlu ikuti petunjuk yang tertulis di belakang kotak saja?” Tanya Yenna polos.

“Pada dasarnya ya begitu sih. Tapi kalau salah-salah malah bisa-bisa tanamannya mati semua. Tolong bantu aku buka tutup tangki yang itu,” kata Joanna sambil menunjuk tangki kecil yang ada di dekat Yenna. Ia kemudian berjongkok dan memasukkan pupuk ke dalam ember berisi air, lalu mencampurnya dengan beberapa bahan tambahan lain dan mengaduk isi ember itu dengan tangannya hingga airnya berubah warna menjadi kecokelatan dan kental.

“Bohong kalau aku bilang itu tidak terlihat menjijikan. Kenapa kamu mencampur bahannya seperti itu?” tanya Yenna sambil mengernyit dan men-zoom kameranya ke arah ember tersebut.

“Karena memang begini lah caranya. Setelah ini aku akan menuangnya ke dalam tangki. Minggir dulu,” Joanna mengangkat ember itu dan menuangkan isinya ke dalam tangki kecil yang tadi dibuka oleh Yenna. Ia lalu menyalakan mesin dan sistem yang ada pada tangki tersebut sehingga campuran pupuk itu mulai mengalir dan menetas perlahan pada tanaman-tanaman yang ada di bawahnya melalui selang-selang kecil yang terpasang dari tangki tersebut.

“Sekolah kita benar-benar modern kan guys?” kata Yenna sambil membalikkan kamera untuk merekam wajahnya sendiri, lalu ia kembali memutarnya ke arah Joanna. “Apa yang akan kamu lakukan setelah ini?”

“Aku akan memberi makan ikan setelah membersihkan tangki mereka. Kalau kamu mau kamu bisa ikutan.” Jawab Joanna.

“Aku rasa aku tidak bisa ikut. Aku harus patroli, hari ini giliranku dan Kevin. Kalau begitu aku pergi dulu, sampai jumpa saat makan malam nanti.”

“Oke. Hati-hati.”

Joanna menatap punggung Yenna sampai gadis itu menghilang dibalik pintu atap. Ia menghela napas pelan dan membungkuk untuk mengambil jaring ikan yang tergeletak di lantai. Ia kemudian berjalan ke arah tangki ikan dan memanjat naik menggunakan tangga kayu. Dari posisinya saat ini, Joanna bisa melihat ke bawah dengan cukup jelas. Ia menatap datar pada kekacauan dan kehancuran yang mengelilingi bangunan sekolah ini.

......................

Terpopuler

Comments

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Mak k⃟ K⃠Adam🥀⃞

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Mak k⃟ K⃠Adam🥀⃞

semangat kak 💪💪💪💪

2023-03-15

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!