Episode 2

Yenna berjalan menyusuri koridor dan menghentikan langkahnya di depan sebuah tangga. Ia memutar kamera yang ada di tangannya ke arah wajahnya.

“Oke guys, ayo kita turun ke lantai bawah, karena akhirnya beberapa hari yang lalu kami mencoba untuk masuk ke area yang sebelumnya tidak pernah kami datangi di lantai bawah. Jadinya kami punya akses ke area yang baru. Kurasa aku belum pernah merekamnnya,” Yenna mendudukkan dirinya di pegangan tangga dan meluncur ke bawah.

“Yuhuuu.. luncuran yang mulus, hehe.” Yenna mengarahkan kameranya ke arah koridor dihadapannya yang terlihat sangat gelap. “Kalau tidak salah Kevin ada di lantai ini untuk menyusun meja dan kursi, untuk memblokir akses masuk dari lu–” ucapan Yenna terhenti karena kakinya yang tersandung kayu-kayu yang berserakan di lantai.

“Oops, hampir saja aku jatuh.” Ia tertawa canggung dan mulai merekam sekelilingnya. Plafon-plafon tampak jatuh bergelantungan, jendela pecah, noda darah yang sudah mengering dan kecoklatan tampak ada di berbagai tempat dan pintu-pintu terlihat lepas dari rangkanya.

“Aku pikir lantai atas tempat dimana kami tinggal sangat berantakan, tapi ternyata disini keadaannya lebih parah dan mengerikan. Shenny bisa menggila kalau dia melihat semua kekacauan ini.”

Yenna menatap sekelilingnya. “Tapi kalian tahu, rasanya luar biasa sekali kami bisa bertahan hidup di sini. Bahkan sekarang kami sudah bisa masuk ke area-area yang tadinya sangat berbahaya. Awalnya kami hanya bisa berdiam diri di lantai atas. Ya, tidak bisa disangkal butuh waktu yang cukup lama sampai kami bisa bangkit dan terbiasa dengan semua ini, tapi kami berhasil.”

“Yenna? Apa yang kamu lakukan di sini sendirian? Kamu tahu disini tuh masih cukup berbahaya,” terdengar suara Kevin berbicara dari ujung lorong yang gelap.

Sedikit kaget, Yenna membalikkan tubuhnya. Ia menyipitkan matanya untuk melihat sosok Kevin lebih jelas. “Kevin! Aku sedang merekam vlog. Apa yang kamu lakukan di sini? Bukannya kamu bilang mau membuat barikade di dekat pintu keluar?"

“Pertama-tama, aku rasa kamu harus memanggiku dengan sedikit lebih sopan, bagaimana pun juga aku ini gurumu. Kedua, aku memang sedang berada di sisi sana menumpuk meja dan kursi sampai aku mendengar suaramu dan datang ke sini,” jelas Kevin.

“Ahh. Apa perlu aku bantu?”

“Ya, aku memang butuh bantuan. Aku sedang berusaha menyelesaikan barikade itu secepat mungkin karena aku harus patroli sebentar lagi. Ayo ikut denganku.”

Yenna pun berjalan mengikuti Kevin melewati lorong yang sangat gelap, dan tiba di depan tumpukan meja dan kursi yang terlihat sudah tersusun tinggi membentuk barikade.

“Bantu aku meletakkan beberapa kursi lagi di sana untuk menutupi lubang yang itu. Setelah itu ikat semuanya seperti yang pernah aku ajarkan padamu. Aku akan ke barikade yang ada di pintu keluar satu lagi untuk memastikan ikatannya sudah kuat,” ujar Kevin. Yenna mengangguk mengerti. Kevin pun kemudian berlari meninggalkan Yenna menuju barikade yang ada di sisi lain di lantai ini.

“Oke, guys. Kalian semua sangat beruntung karena di video hari ini aku akan menunjukkan pada kalian bagaimana cara membuat barikade yang bagus dan sempurna.” Yenna menarik meja dari salah satu ruang kelas terdekat dan meletakkan kameranya di atas sana.

“Hal terpenting saat kalian membuat barikade adalah bahan-bahannya. Bahan yang digunakan harus kuat, dapat disusun dengan mudah dan tentunya harus gampang didapatkan. Untuk barikade yang kami buat di sini, kami menggunakan kursi dan meja dari setiap ruangan kelas dan kantor yang ada di gedung sekolah ini. Mereka ini cukup kuat, dan dapat disusun secara simetris dan terorganisir. Selain itu juga dapat dengan mudah memberikan akses keluar ketika kami harus berpatroli.”

Yenna menarik kursi-kursi yang ada di dekatnya dan mulai menyusunnya untuk menutupi lubang yang ada di bagian atas. “Ingat ya, setelah disusun rapi seperti ini, kalian harus mengikat semuanya mulai dari atas sampai ke bawah.” Setelah itu Yenna berlari untuk mengambil tali.

“Selanjutnya yang terpenting juga kalian harus memastikan barikadenya tidak akan mudah runtuh. Dan untuk memastika apakah barikadenya kuat dan tidak gampang runtuh, kami mengikatnya menggunakan tali yang terbuat dari karet.” Yenna menunjukkan tali yang ada di tangannya ke arah kamera, lalu ia mulai mengikatkannya di antara satu kaki kursi dan meja ke yang lainnya.

“Seperti yang kalian lihat, ini harus diikat dari bagian ini ke bagian yang lainnya, kemudia turun sampai ke bawah. Ulangi lagi pada arah yang berlawanan sehingga menghasilkan bentuk yang simetris.”

Yenna berjalan ke arah kamera dan mengangkatnya. Ia kemudian mendekat ke barikade untuk menunjukkannya lebih jelas di kamera.

“Barikadenya juga harus dibuat berlapis-lapi agar aman dan tidak ada yang bisa melewatinya selain kalian yang membuatnya. Disini kami membuatnya hingga tiga lapisan dengan kursi dan meja yang diikat kuat bersamaan. Setiap lapisan barikade itu susunannya juga berbeda-beda.”

Yenna kemudian mundur beberapa langkah dan merekam barikade dari arah jauh. “Dan ini dia, barikade yang akan melindungi kita semua di sini. Sekarang aku harus pergi sebentar untuk membantu Kevin karena aku tidak bisa membiarkanny pergi sendirian.”

Yenna melatakkan kembali kameranya di atas meja dan mengambil salah satu lampu neon yang memang sengaja mereka letakkan di dekat setiap barikade yang ada di gedung ini.

“Kalian tahu, ketika kalian melakukan patroli, kalian harus benar-benar bergerak cepat dan selalu waspada. Entah tadi kalian melihatnya atau tidak, ada satu barikade di dekat tangga yang aku turuni, dan barikade itu baru selesai dibuat kemarin, begitu juga sebagian besar dari barikade yang satu ini. Dan masih ada barikade lain yang belum diselesaikan, jadi keadaan di lantai ini tidak seratus persen aman. Jadi tetap harus waspada dan bergerak cepat. Oke, sekarang aku harus pergi.”

Yenna berjongkok di depan meja, menatap lurus pada kamera. “Jika aku tidak kembali, kalian bisa berasumsi bahwa mereka berhasil menangkapku.” Yenna menghela napas pelan, kemudian ia tertawa pelan sambil mengucir rambut panjangnya.

“Aku tidak tahu kenapa rasanya sangat sulit setiap kali akan mengatakan ini, tapi oke mari kita bicara lebih serius...” Yenna menatap kamera dengan tatapan serius yang tajam. “Jika ini adalah video terakhir ku, aku ingin kalian tahu bahwa aku menyimpan sebuah kotak yang bersisi beberapa memori rekaman yang aku sembunyikan di laci hitam yang ada di kecil 3-C. Di dalam semua memori itu kalian akan melihat video-video yang berisi semua yang telah kami lalui di sini, sejak awal hingga saat ini. Oke, aku benar-benar harus pergi sekarang. Sampai jumpa lagi, kalau masih ada waktu berikutnya untukku.”

Yenna kemudian tersenyum manis pada kamera sebelum mematikannya.

......................

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!