Amrita menemani theresa di depan ruangan ibu. Dia tak henti menggenggam tangan Theresa. Butuh waktu beberapa jam sampai operasi pemasangan ring jantungnya selesai.
“ibu kakak pasti baik-baik saja. Tenang saja kak, disini dokternya yang terbaik semuanya.”
Theresa mengangguk. Dia melirik amrita. Setidaknya ada yang menemani dia di masa-masa seperti ini. Sementara kenzo duduk di sisi lain dan memperhatikan keduanya dari jauh.
Setelah hampir satu jam lebih, dokter akhirnya keluar dari ruang operasi. Theresa yang melihat itu langsung menghampiri sang dokter.
“Dokter, bagaiamana ibu?”
Amrita dan Kenzo ikutan menghampiri sang dokter.
“Semuanya berjalan dengan lancar. Hanya saja ibu belum sadarkan diri karena masih terpengaruh obat bius. Kita akan pindahkan ke ruang perawatan. Biarkan ibu istirahat dulu.”
Theresa lega sekali mendengar penjelasan dokter. Tanpa dia sadari, dia menoleh kepada Ita dan memeluknya.
“Kan kan, ibu baik-baik aja. Om dokter dan Tante dokter disini itu yang terbaik.”
“hemm, bisa aja nih pemilik rumah sakit ini.” Dokter mengusap kepala Ita.
Semua juga sayang Ita di sini. Ita tersenyum. Dokter meminta suster untuk memindahkan ibunya theresa. Kenzo yang mengurus semuanya. Ibu theresa pindah ke ruangan VVIP. Ketiganya pun mengikuti sampai ke ruangan vvip.
Theresa duduk di samping ibunya yang masih belum sadarkan diri. Dia tak henti menggenggam tangan ibunya.
“ibu, cepet sadar ya. There kangen suara ibu. Jangan bikin there khawatir lagi. Setelah ini, ibu harus sehat ya.”
Dia berbicara sendiri dengan ibunya yang belum sadarkan diri. There mencium punggung tangan ibunya.
Ita berdiri di samping there. Dia tak henti mengusap bahu there. Seakan menguatkan Theresa.
Sampai jam makan siang terlewatkan. Ita yang sadar satu hal.
“kak, makan dulu yuk. Kakak kan belum makan dari tadi. Kasihan adik bayinya.” Ujar Ita kepada Theresa.
Sebenarnya itu tidak perlu, dia bisa menahan lapar. Dia juga tak hamil. Tapi-
Theresa mendongak menatap Kenzo yang berdiri di samping Ita. Kenzo mengangguk memberikan kode kepada theresa.
“Tapi ibu, gimana?”
“Ada suster. Aku minta suster khusus di ruangan ini buat jaga ibu. Makan dulu sama Ita.” Ujar Kenzo kepada theresa.
Theresa mengangguk. Ke empatnya berangkat mau makan. Di dekat rumah sakit ada restoran. Itu juga masih milik Kenzo dan Ita.
“aku pergi setelah susternya datang.” Kata There kepada Kenzo. Kenzo mengangguk. Dia keluar.
Kenzo memanggil suster. Tak lama dia kembali dengan dua suster.
“ini susternya, yuk makan.”
“Ibu, There tinggal makan bentar ya. Jangan lama-lama tidurnya. There kangen denger suara ibu.”
Theresa pamit kepada ibunya yang masih belum sadarkan diri. Ita menggandeng theresa keluar ruangan itu.
Mereka harus turun dengan lift. Ita di sisi There lalu Brian di samping dia. Kenzo di samping theresa.
Baru saja keluar dari lift. Ada anak kecil yang lari menghampiri theresa.
“tante. Mama nakal. Aku kan gak mau minum obat, mama jahat suruh aku minum obat terus.”
Dia mengejar Theresa dan memeluk theresa begitu saja. Dia bersembunyi di belakang theresa. Seorang wanita paruh baya menghampiri anak itu.
“itu nak there, kebiasaan, aim gak mau minum obat.”
Theresa biasa disini. Sering main dengan anak-anak. Dia juga tahu dan kenal beberapa ibunya. Theresa menatap aim, anak enam tahun yang sembunyi di belakang dia.
“aim, janji apa sama kak there, katanya habis dibeliin mainan mau minum obat. Bentar aja kan minum obatnya.”
Dia menunduk menatap aim. Aim mengangguk.
“tapi bosen minum obat kak.”
“Katanya mau sembuh?”
Dia mengangguk. Brian, Ita dan Kenzo senang sekali melihat theresa yang lembut sekali kepada anak-anak.
“gini deh, aim minta apa ya kemarin? Kakak lupa belum beliin kan, apa kemarin? Susah nama maiannya?”
“Bumbel bee kak. Mobil kuning di Transformer itu loh kak, yang bisa jadi robot. Canggih.”
“Itu, nanti saya belikan. Tapi minum obat dulu, harus sampai sembuh. Kalau bosen, anggap aja permen.”
Kenzo yang menyambung. Ita tak pernah melihat Kenzo seperti ini. Dia senang sekali, tatapannya mengadu kepada Brian.
“om siapa? Jangan ambil kak There kita.”
Dia memeluk theresa dengan erat. Ita mencoba pipi anak itu.
“Omnya suami kak There, kak therenya juga lagi hamil ada adiknya diperut kak there, jangan diteken kencang-kencang perut kak therenya. Kasihan adik bayinya diperut kak there nanti sakit.” Kata Ita kepada anka itu.
“kamu lagi hamil, nak?” ibu itu langsung bertanya. Theresa hanya bisa tersenyum.
“kak there mau punya adik lucu. Nanti kalau udah lahir, ajak main ke sini ya kak. Main sama aku, sama anak-anak yang lain juga.”
Dia langsung melepaskan pelukan kencangnya kepada Theresa. Theresa kembali mengangguk.
“aku mau minum obat terus. Mau sembuh, mau lihat adiknya kak There ya ma.”
Aim akhirnya mau kembali ke sisi mamanya. Theresa ikut tersenyum karena itu.
“nanti om minya orang anter mainannya ya, besok gak apa-apa?”
Kenzo tak pernah mengingkari ucapan dia. Anak itu mengangguk. Anak itu dan mamanya pamit. Theresa dan ita kembali melanjutkan perjalanannya ke restoran.
“lucu banget sih kak tadi. Kakak Deket ya sama anak-anak di rumah sakit?”
Mereka sudah sampai di restoran. Ita duduk di depan theresa.
“iya, karena sering bolak-balik ke rumah sakit. Sambil nunggu ibu, kadang kalau lama nunggu ibu cek up, sekalian main sama mereka.”
Tak lama pelayan datang. Ita memberikan menunya kepada There. Karena tak tahu makanan disana. There juga tak nafsu makan sebenarnya, dia ikut Ita saja.
“samain aja dik.” Kata There.
Ita mengangguk. Tak lama makanan yang mereka pesan datang. There tak tahu kalau makannya mentah.
“makan kak. Gak apa-apa salmon disini top kok. Aman buat ibu hamil.”
Dia bingung menatapnya. Seumur hidup dia tak pernah makan yang mentah. Tapi karena sudah dipesan, sayang.
Dia memaksa makan. Alhasil malah mual dan rasanya mau muntah. There mencari toilet. Dia lari setekah menemukan kamar mandinya.
“kak.”
Ita yang khawatir mengejar There ke kamar mandi. Sampai di kamar mandi, dia muntah-muntah.
“Kak, mual ya.”
Dia berdiri di belakang theresa dan membantu meminjam tengkuk belakang leher Theresa.
“Aku telepon kak Kenzo deh. Takut kenapa-napa sama kak there.”
Satu tangannya memegang ponsel dan menelpon Kenzo.
***
“brian, aku tinggal dulu ya. Ita telepon.”
Kenzo pamit kepada Brian. Brian mengangguk. Karena ada banyak cewek yang masuk ke toilet cewek juga, dia tak bisa masuk. Dia menunggu diluar.
Theresa juga sudah berhenti muntah. Ita membantu mengambil tisu toilet.
“Ini kak. Mual banget ya? Karena apa?” Tanya Ita kepada there.
“Gak bisa makan mentah dik, kakak kira kamu pesenin yang Mateng karena buat kakak kan.”
“Gak tahu. Aku minta maaf ya kak.”
Ita menggandeng there kembali ke luar. Kenzo ada di sana. Dia membantu memapah there, mereka kembali ke resto.
Ita mengganti makanan kakak iparnya itu. Dia memanggil pelayan dan memesankan makanan yang matang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments