PART 2. THERESA

Kenzo ke ruangan ibunya Theresa. Dia melihat dari jauh. Dokter keluar dari ruangan itu.

"Maaf, tapi apa sudah ada uangnya? Ibu anda harus segera diberikan tindakan. Jantungnya harus segera dipasang ring."

Bukannya Theresa tak mau. Tapi dia tak memiliki uangnya. Dia sudah keliling dan mencari pinjaman ke teman-temannya, ke tempat pinjam uang. Tapi semuanya juga sudah habis, tak ada yang bisa digunakan untuk dijual dan. Digadaikan lagi.

Therese menangis dihadapan dokter. Dia menunduk memohon kepada sang dokter, dia bahkan sampai berlutut di depan dokter laki-laki paruh baya itu.

"dokter. Saya mohon, tolong saya. Saya janji akan mencicil kalau perlu. Saya tidak ada uangnya. Saya belum ada, saya tidak bisa mendapatkan sebanyak itu dalam waktu dekat, tapi saya janji akan melunasinya. Tolong ibu saya dulu."

Kenzo tahu harus apa. Sebenarnya dia sama sekali tak tertarik berkeluarga. Tapi untuk amrita, dia akan melakukannya. Kenzo mendekati mereka. Dia berdiri di belakang mereka. Kenzo menatap sang dokter itu. Dia mengangguk kepada sang dokter.

"lakukan sekarang, yang terbaik." Kata Kenzo kepada dokternya.

Theresa kaget. Dia mendengar suara berat dari belakang dia. Asing, siapa orang itu? Yang mau menolong dia. Theresa menoleh dan menatap orang ini.

"ini tuan Kenzo, pemilik rumah sakit ini. Kami akan segera menyiapkan ruang operasinya tuan."

Dokter pamit kepada Kenzo. Kenzo mengangguk. Theresa bingung harus bagaimana, dia berdiri menatap Kenzo.

"Tuan, saya sangat berterima kasih kepada tuan? Terima kasih sudah membantu ibu saya. Saya janji akan mencicil sampai kapan pun."

"Tidak perlu. Hanya lakukan satu permintaan saya."

"apa itu tuan?"

"Menikah dengan saya. Bukannya saya mau kurang ajar, atau bagaimana, hanya adik saya butuh teman di rumah, dia minta kakak ipar. Sebagai gantinya kamu, saya akan jamin semua pengobatan kamu. Dengan satu syarat, kalau adik saya cocok dengan kamu. Bagaimana?"

Theresa mengangguk. Dia juga tak punya pilihan lain kan.

"emm, bilang saja kamu dan saya sudah lama saling kenal dan kita **** bebas. Supaya dia lebih gampang terima kamu. Cuma saya gak mau uang saya sia-sia. Setidaknya ada feedback baik dari adik saya. Namanya amrita. Nomer telepon?"

Kenzo mengeluarkan ponselnya. Dia meminta nomer telepon Theresa. Dia menggeleng.

"Terakhir, ponselnya saya jual. Saya tidak punya ponsel."

"Ahh, nanti saya belikan."

Ibu Theresa dikeluarkan dari ruangan itu, dengan suster dan perawatan yang mendorong ranjang rumah sakit dimana ibunya Theresa itu berbaring.

"Ibu."

Theresa mengikutinya. Dia mengabaikan Kenzo. Kenzo juga paham posisinya. Dia ikut ke ruangan operasi. Ruangan operasinya sudah disiapkan.

"Maaf nona. Nona tidak boleh ikut masuk."

Theresa mau ikut masuk. Tapi suster menahannya. Kenzo juga. Dia memegangi theresa.

"Tenang saja, mereka dokter terbaik yang menangani ibu kamu. Ibu kamu pasti akan baik-baik saja."

Kenzo memeluk Theresa karena menarik dia dan menahan dia untuk tetap diluar. Tapi Theresa tak sengaja berbalik, dia malah jadi menatap Kenzo. Selain badannya yang kekar dan besar. Dia juga tampan dengan jambangnya. Terlihat Maco.

"maaf, bisa dilepas." Pinta Theresa kepada Kenzo.

"oh iya. Sorry." Kenzo pun melepaskannya dan menjauh dari Theresa.

"saya tinggal ya. Tidak apa-apa kan? Saya ada pekerjaan yang lain." Kata Kenzo kepada Theresa.

Dia mengangguk. Kenzo meninggalkan theresa. Dia keluar rumah sakit. Di depan masih ada supir dan mobilnya.

"ke toko hp ya pak?" kata Kenzo yang sudah di dalam mobil.

"baik tuan."

Kenzo diam saja. Dia meminta data Theresa. Dia sampai jual rumahnya untuk pengobatan sang ibu.

"Baik sih. Tapi gak tahu nanti mau terima atau enggak amrita." Dia bicara sendiri sambil melihat ponselnya. Membaca data milik Theresa.

"sudah sampai tuan."

Kenzo diam saja. Dia turun dan bergegas ke toko hp. Tak tahu mau membeli yang apa. Dia minta yang paling baru.

"Mau cari ponsel apa tuan? Atau notebook, atau laptop?" salah satu pramuniaga di toko itu mendekati Kenzo.

"Emm, yang kelauran baru deh mbak." Mata Kenzo kepada penjaga tokonya.

"yang warna?"

"ehh, yang cocok buat cewek? Apa ya kira-kira?"

"untuk mama, saudara atau kekasih?"

"kekasih."

Pramuniaga itu pun mengambilkan ponsel yang berwarna merah muda.

"Mau sekalian kartu tuan?"

"ahh iya."

Kenzo menunggu sampai ponselnya selesai. Setelah melakukan pembayaran dia kembali ke rumah sakit. Dia mengecek keadaan ibunya Theresa lewat staf rumah sakit.

Operasinya butuh waktu beberapa jam. Tadinya dia mau ke rumah sakit. Adiknya menelpon.

"hai, kenapa dik?"

"kak, sudah gak Nemu. Kakak gak Nemu?"

"udah. Kakak pernah ajak dia ****. Coba ya kamu ketemu orangnya. Kamu nilai sendiri."

"kakak **** sama berapa cewek? Belum ada yang hamil anak kakak? Ish."

"Hih."

Kenzo kira amrita akan marah atau apa. Tapi malah tanya soal itu.

"mau dijemput dimana?"

"Aku sama Brian, aku diantar ke mana aja ini, buat ketemu kakaknya. Cantik kan?"

"cewek, cantik lah."

"gak jadi-jadian kan?"

"Emang kakak cowok apaan. Masih suka cewek."

Kenzo dan amrita pun mematikan sambungan teleponnya. Kenzo menuju ke rumah sakit.

Karena sudah siang juga, Kenzo membelikan makanan di depan untuk Theresa. Mungkin dia belum makan sejak pagi.

"ngapain juga sih beli makanan?"

Tapi dia menyesal dan malu sendiri. Tapi sudah terlanjur. Dia memberikannya kepada suster di rumah sakit.

"minta tolong kasih ke itu, yang di depan."

Kenzo menyuruh orang. Dia bahkan memberikan upah kepada suster itu.

"baik tuan."

"jangan bilang dari saya."

Dia mengangguk. Suster itu memberikannya kepada Theresa. Setelah itu Kenzo baru mendekati Theresa.

"Ini ponsel. Sudah ada nomernya dan nomer saya. Ada nomer adik saya juga. Adik saya mau ke sini nanti. Operasinya belum selesai?"

Theresa kaget. Dia sedang duduk dan menunduk. Tiba-tiba Kenzo datang. Dia mendongak menatap Kenzo.

"kak."

Amrita lari dengan Brian. Dia menghampiri kakaknya. Dia menunjuk ke ruang operasi.

"siapa yang di sana kak?" tanya amrita kepada Kenzo.

"Mama kak there." Kenzo menunjuk theresa.

"Operasi apa kak?" tanya amrita yang gandengan dengan Brian.

"pasang ring jantung. Ita, yang baik ya. Kak there lagi hamil anak kakak. Kamu gak nyariin cewek lain lagi kan?"

Hah? Hamil? Anak Kenzo? Baru juga ketemu. Theresa bengong menatap Kenzo.

"Serius? Pasti. Pasti banget aku aku baik sama kakak ipar aku. Makasih kak, aku seneng banget."

Amrita langsung memeluk theresa. Walau pun bingung, theresa balik memeluk amrita.

"selamat datang di keluarga aku sama kak Kenzo kak. Aku seneng banget, ada keponakan aku disini." Amrita mengusap perut rata theresa.

Theresa makin tak enak kepada amrita. Dia tak terbiasa bohong. Tapi ini, tadi kan janjinya kalau amrita terima. Tapi Kenzo malah membuat amrita mau terima dengan ini.

Terpopuler

Comments

Dewi Purwanti

Dewi Purwanti

kalo di novel lain adeknya bakal menyukai kakaknya walau tdk sedarah tp ini malah minta kakak ipar👍🤗

2023-03-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!