Bab. 3

Beberapa bulan kemudian

Siang ini adalah jadwal Jenny untuk perawatan rambut. Dia tidak ditemani oleh Nirma. Wanita itu memiliki kesibukan sendiri sehingga tidak bisa ikut ke salon bersama dengan Jenny. Jenny memilih salon yang berada di salah satu mall terbesar yang ada di kota tersebut. Sebelum ke salon wanita itu ingin membeli beberapa perhiasan untuk dikenakan di acara nanti malam. Jenny dan keluarga besarnya akan menghadiri sebuah pesta pernikahan.

"Nona, ada yang bisa kami bantu?" tanya salah satu pelayan toko perhiasan tersebut

"Aku ingin membeli sebuah kalung dan gelang. Modelnya simple tapi tetap terlihat mewah. Dan pastinya sangat cocok untuk ku pakai," ucap Jenny lagi hingga membuat karyawan toko di depannya tersenyum.

Karena terlahir dari keluarga berada, Jenny sudah terbiasa untuk berfoya-foya. Wanita itu tidak pernah merasa pusing jika berhubungan dengan uang. Ia selalu menghabiskan penghasilan yang ia miliki hanya untuk bersenang-senang. Ketika kekurangan dia hanya tinggal meminta kedua orang tuanya saja.

"Ini model terbaru yang baru saja masuk hari ini Nona. Anda bisa melihatnya. Semoga saja anda menyukainya," ucap karyawan toko sambil menunjukkan kalung terbaru milik toko tersebut. Kalung itu masih ada di dalam kotak dan tertata dengan begitu rapi. Jenny memandang kalung itu dengan begitu serius. Pada pandangan pertama sudah membuatnya jatuh cinta pada kalung tersebut. Jenny ingin memiliki kalung itu segera.

Tiba-tiba seorang pria berdiri di samping Jenny. Mereka tidak saling memandang satu sama lain. Karyawan toko yang lain segera melayani pria tersebut.

"Saya butuh kalung," ucap pria tersebut.

Jenny mengernyitkan dahinya karena suara pria itu sangat tidak asing di telinganya. Setelah memakai kalung pilihannya, wanita itu memandang ke samping. Alisnya saling bertaut ketika hatinya berkata kalau pria yang berdiri di hadapannya adalah kakak kelasnya waktu di SMA dulu.

Namun bedanya, sekarang pria itu sangat tampan dan gagah. Sangat jauh berbeda dengan penampilannya ketika di SMA dulu. Jenny merasa yakin itu memang kakak kelasnya di SMA dulu. Tetapi ketika ingin menyapa, Jenny ragu. Dia juga tidak mau sampai salah orang.

"Apa di dunia ini ada orang yang mirip hingga hampir 90%? Tapi aku yakin, ini Kak Ali," gumam Jenny di dalam hati.

Karena Jenny terus saja memperhatikannya, akhirnya pria itu juga miring ke samping lalu memandang wajah Jenny. Berbeda dengan Jenny yang sejak awal merasa ragu untuk menyapa. Justru pria itu langsung mengenali Jenny sejak pertama kali bertemu.

"Jenny?" sapa pria itu sambil tersenyum hangat.

"Kak Ali?" ucap Jenny masih dengan nada yang ragu.

"Ya, Kebetulan sekali kita bisa bertemu di sini. Sudah lama kita tidak bertemu. Sekarang kau terlihat semakin cantik," puji Ali hingga membuat Jenny semakin melayang.

"Terima kasih Kak." Jenny tersenyum malu-malu sembari menyelipkan rambutnya di balik telinga. Wanita itu mengukir senyum lagi dengan hati yang bahagia. Tidak bisa dipungkiri betapa senangnya kini Jenny pernah bertemu dengan Kak Ali. Kak Ali bukan hanya sekedar senior di SMA. Tetapi Ali merupakan cinta pertama Jenny. Dulu Ali tidak pernah memandang Jenny sama sekali. Jenny kalau saing dengan para wanita cantik yang selalu berada di sekitar Ali. Berbeda dengan sekarang. Ketika sudah menjadi wanita dewasa, Jenny justru terlihat semakin cantik. Tidak hanya cantik, wanita itu juga mandiri. Dia memiliki karir yang bagus. Pria mana yang bisa menolaknya?

"Apa kau sibuk?" tanya Ali.

Jenny geleng kepala. "Tidak. Setelah membayar perhiasan ini aku akan ke salon. Bagaimana dengan Kak Ali?" Jenny melirik kalung pilihan Ali yang sedang dibungkus. "kak Ali beli kalung untuk siapa?"

"Untuk Mama. Nanti malam mama ulang tahun. Aku mau belikan kalung ini untuk kado ulang tahun mama." Ali mengeluarkan sebuah kartu untuk membayar kalung pilihannya. Begitu juga dengan Jenny. "Tadinya aku pikir kau tidak sibuk. Aku ingin mengajakmu untuk mengobrol di cafe sana," tunjuk Ali ke arah kafe yang letaknya tidak jauh dari posisi mereka berdiri.

"Nanti malam memang aku ada acara. Tapi dari sekarang sampai sore aku akan berada di salon. Sepertinya aku masih memiliki waktu untuk mengobrol dengan Kak Ali," jawab Jenny. Tentu saja wanita itu tidak ingin menghilangkan kesempatan untuk berduaan dengan Ali begitu saja. "Ini benar-benar rezeki nomplok. Bisa-bisanya aku bertemu dengan Kak Ali di saat seperti ini. Ternyata dia semakin tampan saja. Aku jadi jatuh cinta padanya," gumam Jenny di dalam hati.

"Baiklah. Ayo kita ke sana."

Jenny mengangguk sebelum melangkah. Mereka berdua berjalan bersama-sama menuju ke cafe.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!