Bab. 4

Pertemuan Jennie dan Ali tidak berhenti sampai di situ. Hampir setiap minggu mereka kembali bertemu. Setelah tukar nomor telepon, Jenny dan Ali semakin sering komunikasi. Mereka berdua saling cocok. Selalu saja ada topik yang bisa mereka bahas ketika mereka sedang bersama.

Hari ini Ali mengajak Jenny untuk makan siang di sebuah restoran mewah. Jenny yang memang sudah sejak pertama kali bertemu dengan Ali sudah jatuh cinta, merasa sangat senang. Wanita itu mempersiapkan dirinya dengan sebaik mungkin agar bisa menarik perhatian Ali.

"Aku penasaran. Setampan apa sih pria yang bernama Ali itu," ujar Nirmala sambil memandang Jenny yang sejak tadi sibuk sendiri.

"Dia tidak terlalu tampan. Maksudku dia tidak bisa dikatakan sebagai pria tampan yang ada di dunia ini karena sebelumnya aku masih sering sekali bertemu dengan pria yang jauh lebih tampan darinya. Tetapi dia baik dan romantis. Aku suka pria yang seperti itu. Dia juga tidak pelit. Dia mau membelikanku apa saja yang aku inginkan," ucap Jenny. Dia merasa senang ketika sedang membanggakan Ali.

Nirma mengangguk sebelum memandangJenny lagi. "Kau menyukainya?"

Jenny mengangguk cepat. "Tapi sayang. Sampai detik ini dia tidak juga menyatakan cinta padaku. Sebagai wanita aku tidak mungkin mengatakannya duluan. Aku juga memiliki harga diri," ucap Jenny. Wanita itu memandang wajahnya lagi di depan cermin lalu mempoles make up hingga selesai.

"Menurutku dia juga mencintaimu. Pria mana yang rela membuang uangnya dan waktu yang ia miliki hanya untuk seorang wanita jika dia tidak cinta pada wanita itu," ucap Nirma dengan penuh keyakinan.

"Aku harap apa yang kau katakan benar," jawab Jenny sambil tersenyum. "Aku juga tidak mau jika cintaku bertepuk sebelah tangan."

Wajah Nirma tiba-tiba terlihat sedih. Wanita itu beranjak dari tempat tidur lalu mendekati Jenny. "Sebenarnya ada yang ingin aku katakan padamu. Tapi aku takut kau marah." Wajahnya semakin serius hingga membuat Jenny bingung.

"Apa itu penting? Kenapa wajahmu seperti itu?" Jenny mengernyitkan dahinya melihat wajah sedih Nirma dari cermin. Wanita itu segera beranjak dari kursi lalu memandang Nirma secara langsung.

"Ada apa? Apa kau memiliki masalah? Cepat ceritakan padaku. Siapa tahu aku bisa membantumu."

"Jadi sebenarnya aku ini bukan berasal dari anak orang kaya. Aku hanya wanita yang berasal dari keluarga sederhana. Apartemen yang selama ini aku tempati adalah apartemen majikanku. Aku bertugas untuk membersihkan apartemen itu selama majikanku berada di luar negeri. Maafkan aku karena sudah membohongimu selama ini. Sejak awal aku ingin menceritakan yang sebenarnya terjadi kepadamu. Tetapi aku takut kehilangan dirimu. Aku sudah terlanjur nyaman bersahabat denganmu. Hari ini majikan yang selama ini membayarku sudah pulang. Aku tidak bisa tinggal di apartemen itu lagi. Aku tahu setelah mendengar ini Kau pasti sangat membenciku dan tidak mau lagi menganggapku sebagai-"

Nirma tidak sempat menyelesaikan kalimatnya karena tiba-tiba saja Jenny memeluknya dengan erat. "Apa Kau pikir aku sebodoh itu? Aku sudah mengetahuinya sejak awal. Tapi aku tidak pernah mempermasalahkan identitasmu. Aku juga merasa nyaman dan bahagia berada di dekatmu. Masalah seperti itu tidak akan menjadi halangan untuk kita menjadi sahabat. Untuk apa memiliki teman yang berasal dari keluarga berada, jika sifatnya tidak terpuji. Aku butuh teman yang bisa memahamiku, bukan teman yang bisa mengalahkan kekayaanku.

Nirma segera melepas pelukan Jenny lalu memandang wanita itu dengan tatapan tidak percaya. "Apa kau serius dengan apa yang kau katakan? Kau masih mau berteman denganku meskipun kau tahu aku ini hanya wanita miskin?" tanya Nirma untuk kembali memastikannya.

"Ya. Waktu itu tanpa sengaja aku melihatmu bertemu dengan seorang wanita tua di pinggiran jalan. Wanita itu terlihat sangat menyayangimu. Awalnya aku pikir itu pembantu yang akan bekerja di apartemenmu. Aku turun untuk menyapamu. Tetapi aku sangat kaget ketika kau memanggil wanita itu dengan sebutan ibu. Sejak itu aku tahu siapa kau sebenarnya. Tetapi aku tidak mau mempermasalahkannya. Karena persahabatan yang tulus tidak akan memandang status."

Kali ini Nirma yang memeluk Jenny karena dia terlalu bahagia. "Terima kasih Jenny. Terima kasih Kau memang wanita yang sangat baik," ucap Nirma sambil tersenyum bahagia.

"Lepaskan aku karena aku harus pergi menemui Kak Ali."

Nirma tertawa melihat tingkah laku Jenny. "Apa kau akan pulang?"

"Tentu saja aku akan pulang. Memangnya apa yang ingin aku lakukan dengannya? Oh iya, bukankah kau tidak bisa tinggal di apartemen itu lagi? Sekarang tinggallah di apartemen ini untuk menemaniku." Jenny berjalan mengambil tasnya yang ada di atas meja. "Kau bisa melakukan apapun di apartemen ini. Anggap saja apartemen ini milikmu sendiri," ucap Jenny lagi sebelum pergi meninggalkan apartemen tersebut. Nirma hanya tersenyum saja memandangnya.

"Aku merasa beruntung karena sudah bertemu dengan wanita seperti Jenny. Aku harap suatu hari nanti aku bisa membalas kebaikannya," gumam Nirma di dalam hati.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!