Perbedaan Rossa

PoV Ryan Abraham

Aku benar-benar tidak bisa mengatakan apapun setelah melihat adegan yang ada di hadapanku. Karina Rossa, wanita elegan ku, wanita yang selama ini aku lihay begitu tenang dan sekretaris yang begitu cekatan, dia baru saja meninju wajah seorang pria.

"Pak Ryan, apakah anda suka karyawan anda mempermalukan dan juga menggoda seorang wanita karena anda juga melakukan hal itu?" Ucap Rossa lalu kembali menampar wajah pria itu. "Katakan kepada teman-temanmu bahwa aku tidak tertarik terhadap salah seorang dari mereka terutama yang mulutnya seperti seorang wanita." Ucap Rossa lagi.

Aku semakin merasa begitu terkejut saat dia memegang sepatu heels nya dan memukuli wajah pria itu yang membuat hidung pria itu berdarah.

Aku menatap ke arah Rossa dengan begitu terkejut. Apakah ada sesuatu yang membuatnya menjadi begitu berubah seperti itu.

Aku lalu melihat ke arah karyawan itu lalu ke arah Rosa lagi.

"Apa yang sudah kau lakukan?" Tanyaku pada karyawan itu dengan suara yang terdengar dingin dan tajam.

Dia begitu gemetar karena pandangan yang aku berikan kepadanya.

"Pak, wanita ini.... wanita ini sudah gila. Pecat dia dengan segera. Dia tiba-tiba memukuliku tanpa sebab padahal aku hanya menanyakan kepadanya tentang beberapa file." Ucap karyawan itu.

Rossa tampak menyeringai dari belakang meja nya itu.

Terdengar suara ponselnya berdering, tapi dia tidak menghiraukannya. Aku menghela nafas kemudian memberikan tanda kepada karyawan itu untuk berdiri dari lantai.

"Kau diskors selama 2 bulan..." Ucapku namun aku belum selesai bicara.

Rossa langsung berdiri dengan marah.

"Omong kosong. Lebih baik kau memberikan surat pengunduran dirimu sebelum aku menghubungi pengacaraku dan mengusir mu karena pelecehan dan juga penyerangan. Lihat di sini. Ini adalah sebuah kamera dan ini cukup membuktikan kau akan berada dalam penjara selama 3 bulan. Jadi tentukan saja pilihanmu." Ucap Rossa menunjukan sebuah gelang berlian yang cantik yang melingkar di tangannya.

Aku tahu bahwa gelang itu tidak pernah dia lepaskan. Aku begitu terpesona dengan sikapnya itu.

"CEO ini tidak adil." Ucap pria itu dan mendekat ke arah Rossa.

Tapi Rossa langsung mendorongnya dengan mudah. Pria itu lalu melihat kearahku.

Aku mengangkat bahuku.

"Kau sudah mendengarnya sendiri." Ucapku kepada karyawan itu.

Karyawan itu pun tampak gemetar karena penuh kemarahan dan meninggalkan ruangan Rossa dengan membanting pintu sangat keras yang membuat bingkai foto di atas meja Rossa terjatuh.

Aku sekilas melirik ke arah bingkai foto yang menunjukkan gambar seorang gadis kecil dengan rambut hitam tampak tersenyum bersama kedua orang tuanya dan yang lainnya, ada gambar gadis yang sama tapi tampak lebih remaja bersama seekor kucing dan yang terakhir adalah gambar Rossa dengan seorang pria yang memeluknya.

Aku tahu Rossa selalu mengganti warna rambutnya setiap tahun karena dia memiliki rambut berwarna merah tahun lalu dan itu sangat cocok untuknya lebih dari rambutnya yang warna lain.

Dia tampak menelan ludahnya dan berkata padaku.

"Apakah anda membutuhkan sesuatu Pak Ryan?"

Ponselnya kembali berdering dan aku menginstruksikan kepadanya untuk menjawab panggilan itu.

"Halo, Karina Rossa di sini." Ucapnya mengangguk beberapa kali dan mengatakan, "iya..."

Setelah itu dia menutup sambungan telepon itu.

"Outfit yang akan kita gunakan untuk pergi ke pesta sudah sampai. Kita bisa pergi dalam waktu 30 menit dan akan tiba di sana dalam waktu satu jam berikutnya." Ucap Rossa.

Aku lalu menganggukkan kepalaku dan langsung kembali ke ruangan ku, benar-benar lupa tentang kenapa aku pergi ke ruangannya.

...****************...

PoV Karina Rossa...

Aku berdiri menunggu pria bodoh itu di depan sebuah limo. Aku bersumpah bahwa pria itu memakan waktu yang jauh lebih banyak untuk bersiap pergi ke pesta di bandingkan dengan para wanita lainnya.

Akhirnya aku melihat dia turun dari lantai atas dengan melangkah melewati pintu tampak tengah memperbaiki dasinya. Aku bersumpah bahwa dia akan mati di tanganku. Aku lalu mengambil penjepit dasi berwarna silver dan mulai menaruhnya di dasinya itu.

Dia selalu saja melupakan hal itu, jadi aku pun hanya bisa pasrah dan memasangkannya sendiri untuknya.

"Apa kita sudah terlihat seperti pasangan yang serasi? Kau sudah seperti istri yang begitu manis bukan." Ucapnya.

Aku melihat ke arahnya dengan kesal tapi aku melihat dia tengah menatap dirinya di cermin mobil kaca mobil.

"Cermin tidak bisa bicara. Beruntung bagi anda cermin itu tidak menertawakan anda." Ucapku kepadanya menyeringai dan mendorongnya masuk ke dalam mobil.

Kami lalu duduk di dalam mobil. Aku melihat ke arah luar jendela sepanjang perjalanan kami menuju pesta itu.

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!