PoV Rossa
Aku menatap ke arah pria yang begitu tinggi di hadapanku tanpa mengucapkan sepatah kata apapun. Aku bukanlah wanita yang pendek, tapi dia tetap saja masih lebih tinggi dari diriku.
"Wah ini suatu kejutan sekretaris Rossa." Ucapnya dengan sorot matanya yang tajam menatap ke arah bagian bawah tubuhku.
Aku lalu melihat ke bawah dan menyadari bahwa aku tengah mengenakan celana pendek dan sebuah hoodie dengan rambutku berada di dalam hoodie dan separuhnya juga di luar hoodie.
"Iya Pak, suatu kebetulan." Ucapku dengan datar dan merasa tidak senang, tapi aku tetap berusaha bersikap semanis mungkin padanya.
Aku berteriak dari dalam hatiku merasa benar-benar kesal.
'Kenapa pria ini adalah tetanggaku?'
"Aku datang kemari untuk mengatakan kepadamu untuk tidak membuat suara yang bising. Tapi aku rasa itu mungkin tidak akan menjadi suatu masalah karena kau adalah seorang wanita yang pemalu. Aku akan pergi sekarang. Sampai bertemu besok sekretaris Rossa." Ucapnya.
Aku benar-benar ingin memukuli pria brengsek itu.
'Pemalu! Aku?'
Aku langsung membanting pintu dengan keras dan melangkah ke arah kamar tidurku langsung menjatuhkan tubuhku di atas tempat tidur. Aku akan menunjukkan kepada pria itu bagaimana pemalu nya aku ini.
...----------------...
Aku bangun dengan begitu awal keesokan paginya untuk berolahraga dan dengan cepat mengenakan celana legging dan baju kaos berwarna putih. Aku pergi ke lantai bawah ke sebuah ruangan gym dan mulai melatih tubuh bagian atas ku.
Aku mulai dengan rutinitas seperti biasa, yaitu pemanasan, mengangkat beban, kemudian pilates. Aku mulai fokus berolahraga.
Beberapa saat kemudian, aku berbalik ke arah mengangkat beban dan secara tidak sengaja menghela nafas menyebut nama "Pak Ryan...."
...****************...
PoV Ryan Abraham
Aku merasa begitu puas sepanjang malam setelah sukses membuat marah wanita itu. Aku akhirnya bisa tidur dengan nyenyak untuk pertama kalinya dalam hidupku.
Keesokan paginya aku bangun dan mulai pergi ke ke tempat gym dengan rasa kantuk yang masih ada, juga dengan rambutku yang masih berantakan. Apa yang membuat aku terkejut adalah, ternyata Rossa sudah ada di sana lebih dulu.
Dia tampak tengah berolahraga. Aku lalu terus menatap ke arahnya dengan begitu tajam. Dia itu mungkin adalah sejenis dari alien yang tidak pernah kelelahan atau merasa haus.
Dia terdengar menghela nafas dengan lembut menyebut namaku.
"Pak Ryan...."
Dia terlihat begitu mempesona dengan pakaian nonformal nya dan rambutnya yang berantakan, yang membuatnya tampak begitu berbeda dengan pakaian yang dia gunakan saat bekerja.
"Maaf saya tidak melihat anda di sini Pak. Saya bisa pergi jika anda ingin seperti itu." Ucapnya dengan suara yang terdengar begitu menggodaku.
Aku menelan ludah berkali-kali membuat jakun ku pun naik turun.
"Tidak apa-apa sekretaris Rossa. Kau lanjutkan saja." Ucapku padanya.
Dia tampak mengangguk dan kemudian melanjutkan latihannya. Sementara aku berjalan ke arah treadmill. Sekitar 20 menit berlari, aku sudah selesai dengan tubuhku yang berkeringat. Pakaianku benar-benar berkeringat dan lengket.
Aku merasa jika wanita itu terus menatapku. Aku melihat ke bawah dan mendapati perutku yang mungkin saja terlihat jelas karena pakaianku yang basah. Jadi dia ternyata bisa tergoda olehku.
Aku terus menatap ke arahnya secara diam-diam. Tapi aku tidak bisa menahan hasrat ku lebih lama lagi. Dia tampak tengah melakukan pull up yang membuat pakaiannya naik turun dan menunjukkan perutnya yang rata dan seksi itu.
"Pak Ryan, apa anda butuh sesuatu?" Ucapnya dengan posisi terduduk di bawah.
Aku mendekat ke arahnya lalu menarik tangannya, kemudian mendorongnya ke arah tembok.
"Sekretaris Rossa..." Bisik ku di telinganya yang membuat telinganya langsung memerah.
"Iya Pak...." Ucapnya dengan suara yang terdengar masih dingin tapi sedikit gemetar.
Aku semakin mendekat ke arahnya. Bibirku hanya berjarak beberapa inci dari bibirnya dan aku menatap ke arah matanya yang begitu indah yang terlihat marah dan juga tampak bahagia.
Aku benar-benar tidak bisa menahan diriku lagi dan langsung menarik dia ke arahku lebih dekat dan menatap matanya yang tampak membesar. Disana tidak terlalu ramai orang. Tapi aku sama sekali tidak peduli jika ada yang akan melihat kami dengan posisi yang seperti ini.
Aku langsung menciumnya dengan penuh rasa frustrasi dan juga penuh hasrat yang sudah aku tahan selama beberapa bulan ini. Bibirnya sama persis seperti yang aku bayangkan. Terasa lembut dan begitu halus.
Dia membalas ciumanku dengan hasrat yang sama dan mulai membuka pakaianku. Sementara tanganku sendiri mulai menjamah tubuhnya yang sangat seksi.
Beberapa saat kemudian, kami akhirnya menarik diri kami. Kami menatap satu sama lain dengan terkejut, bibir kami memerah dan juga bengkak.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments