PoV Ryan Abraham
Setelah memberikan Rossa kembali antingnya, aku berjalan ke arah ruanganku membanting pintu seperti anak kecil yang tengah merajuk. Tentu saja aku akan marah karena wanita itu membuat aku menjadi gila. Kecuali dia, tidak ada wanita manapun yang bisa menolak pesona dariku.
Aku menepuk meja dengan sangat keras tepat di atas laporan tertulis yang dibuat oleh seorang karyawan bodohku itu, yang lebih khawatir tentang penampilan mereka dibandingkan pekerjaan mereka.
"Minta Sherly datang kemari." Ucapku kepada kepala bagian di sana.
Setelah menunggu selama 10 menit, seorang wanita yang memiliki dada besar masuk ke dalam ruangan ku.
Dia melangkah masuk dengan menggoyangkan pinggulnya ke arahku dan menunduk ke arahku membuat belahan dadanya terlihat jelas.
"Sherly." Ucapku yang terus menatap ke arah wajahnya menghindari untuk melihat dadanya. "Kau tidak dipekerjakan untuk menggoda bos mu. Aku sudah memaafkan mu sekali. Tapi aku tidak akan bisa menerima hal ini lagi. Tulislah laporan sebanyak 50 kali dan berikan itu kepada sekretaris Rossa." Ucapku.
Dia lalu berbalik dengan matanya tampak berair.
"Saya... saya... iya Pak Ryan." Ucapnya dengan cepat pergi seraya memasang kancing blouse yang dia gunakan dan Rossa datang dengan memegang dokumen.
"Pak Rian, tolong tanda tangan di sini." Ucap Rossa melihat ke arahku dengan sorot matanya yang begitu dingin yang terlihat seolah bicara kepadaku dengan mengatakan, 'membuat karyawan lain mau merasa kesal lagi?'
Aku menandatangani dokumen itu dengan pena yang dia bawa dan dia lalu membungkuk untuk mengambil dokumen itu dan juga penanya dariku. Aroma tubuhnya tercium di hidungku membuat telingaku memerah. Aku bersandar dengan cepat ke arah kursi ku membuat pena itu terjatuh.
Rossa melihat ke arahku dengan tatapan yang tidak bisa aku mengerti, mungkin dia ingin membunuhku di dalam kepalanya.
Dia kembali membungkuk untuk mengambil pena itu membuat mataku fokus menatap ke arah bokongnya. Aku sedikit terbatuk dan mengalihkan kepalaku ke arah dinding Kaca. Rambutku tertata rapi menggunakan gel, sorot mataku tajam seperti singa dan wajahku bersih dari bulu-bulu yang ada.
'Kenapa wanita ini setidaknya tidak bisa terpesona olehku?'
Aku melihat dia menatapku dengan tatapan tidak percaya kemudian dia memberikan senyuman palsu yang menyebalkan itu lalu pergi. Aku membenci senyumannya itu. Aku tidak pernah melihat senyuman yang tulus di wajahnya, dia selalu saja memberikan senyuman palsu itu kepadaku.
Dia belum sampai di pintu dan aku mendengar suara ponselnya berdering. Aku lalu berusaha mendengar obrolannya itu.
"Iya." Ucapnya dengan suaranya yang terdengar begitu seksi yang membuat aku secara tiba-tiba langsung tergoda.
"Baik aku akan ada di sana hari ini."
"Tentu saja. Terima kasih Nyonya." Ucapnya lalu menutup sambungan telepon dan terlihat mengetik sesuatu di layar ponselnya.
Beberapa menit kemudian, aku melihat dia kembali lagi ke ruangan ku.
"Saya akan pergi sekarang Pak Ryan. Saya sudah menyelesaikan tugas saya. Jangan lupa untuk menandatangani kontrak kerja sama dengan Samuel besok dan haruskah saya menyiapkan seorang partner untuk menghadiri pesta bersama anda besok?" Ucapnya.
Aku langsung menggelengkan kepalaku tidak setuju.
"Kau yang harus ikut denganku. Kau sudah menjadi asistenku selama hampir 2 tahun. Apakah perlu untuk bertanya lagi?" Ucapku dengan tajam.
Dia menganggukkan kepalanya tidak terpengaruh dengan kekejaman yang aku berikan kepadanya.
"Baiklah, kalau begitu selamat siang Pak Ryan." Ucapnya lalu berjalan dengan kakinya yang terlihat seksi itu tanpa menatap balik ke arahku.
...****************...
PoV Rossa
Setelah mengambil barang-barang ku, aku langsung mengendarai mobilku menuju sebuah arena yang berada di pusat kota yang merupakan bagian tempat paling populer di kota ini, dan disanalah di mana apartemenku berada. Barang-barangku sudah dipindah ke sana kemarin dan aku harus mengambil beberapa file yang tidak ada di sana.
Aku masuk ke dalam sebuah gedung yang mewah yang hanya memiliki 10 lantai saja dengan dua buah unit apartemen di setiap lantainya. Aku berada di lantai ke sepuluh. Aku pun berpikir siapa yang akan menjadi tetanggaku.
Aku lalu naik ke dalam lift dan menyadari bahwa hari ternyata sudah gelap di luar sana.
Aku masuk ke dalam apartemenku yang sudah aku dekorasi sendiri dengan begitu indah sesuai dengan seleraku. Aku melihat sekeliling perlahan. Ada 4 kamar tidur, sebuah dapur yang besar dan balkon yang terbuka.
Seseorang terdengar mengetuk pintu apartemenku dan aku dengan cepat membuka pintu itu.
"Ah iya kau pasti adalah tetangga.... Pak Ryan...?"
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments