Dua hari kemudian, Aira sudah mulai bisa meminum minuman yang diberikan padanya. Meski dia belum bisa makan, tapi itu merupakan suatu kemajuan. Si pendeta selalu berada di sisi Aira, dia merawat Aira dan terus berdo'a agar gadis kecil itu cepat sembuh.
"Anakku, siapa namamu?" tanya si pendeta dengan suara lembut.
Aira diam,.tak merespon.
"Coba kedipkan matamu dua kali kalau kamu tahu namamu, anakku. Dan kedipkan satu kali kalau kamu tak tahu," kata si pendeta tak menyerah. Aira merespon, gadis kecil itu berkedip sekali. Si pendeta kembali berdo'a, berharap agar Aira segara ingat siapa dirinya dan dari mana asalnya.
"Apa ada perkembangan?" si bos datang menghampiri.
"Nona kecil ini hanya bisa berkedip sekali sebagai ganti jawaban tidak dan berkedip dua kali untuk jawaban iya, tuan," kata si pendeta.
Si bos terkekeh senang. "Itu bagus, sangat bagus!" katanya terlihat bahagia.
"Ah, nona juga sepertinya lupa siapa namanya, tuan," lapor si pendeta menatap iba ke arah Aira.
Si bos mengangguk santai. "Tak masalah, itu malah bagus untuk kami semua," katanya lagi. "Sekarang kamu bisa kembali, terima kasih!" lanjut pria itu. Dia meminta anak buahnya mengantarkan si pendeta, tentunya tak lupa dia juga memberikan bayaran dalam jumlah yang sangat banyak.
"Tapi nona masih butuh perawatan saya!" kata si pendeta tak tega meninggalkan Aira yang belum bisa bergerak sama sekali.
"Ha-ha-ha, jangan terlalu besar kepala hanya karena berhasil membuat bocah itu mengedipkan matanya. Pulang sana sebelum kamu tak bisa pulang!" tukas si bos kesal karena dibantah. "Antarkan dia dan beri bayaran yang banyak agar mulutnya yang terus menggumamkan kata-kata suci itu segera menutup diam!" lanjutnya lagi.
"Siap, bos!" kata anak buahnya dengan cepat. "Ayo, pergi sebelum bos berubah pikiran dan mengubah anda menjadi makanan serigala," bisiknya menarik si pendeta dengan sedikit paksaan.
Si bos mendekati ranjang yang digunakan Aira, dia mengangkat dagu bocah kecil itu agar bisa dia lihat dengan jelas. Hanya ada kekosongan di tatapan itu. "Bocah, ingat ini! Aku adalah orang yang membuat kamu tetap hidup, jadi turuti semua perintahku untuk membayarnya!" ucap si bos sambil menyeringai licik. "Karena hanya dengan satu kata dariku, kamu bisa lenyap dari dunia ini seperti ..., ORANG TUA MU!" pria itu sengaja menjeda ucapannya sesaat, kemudian dia menekankan kata-kata setelahnya.
Pupil mata Aira terlihat sedikit bergetar, air mata pun menetes dengan sendirinya. Hal itu membuat si bos penjahat semakin senang. Aira akan sembuh, dia akan menjadi alat yang paling berguna untuk melancarkan semua ambisinya. Uang dan kekuasaan, dia akan mendapatkan semuanya dengan cara yang lebih mudah.
"Lihat, aku bahkan bisa melakukan dengan lebih baik dari pada pria bodoh yang tadi!" katanya menunjuk ke arah Aira. "Dia menangis hanya karena satu kalimat yang aku ucapkan!" katanya lagi dengan lebih bangga.
"Bos memang hebat!" puji anak buahnya.
"Dari awal kita tak butuh para penipu itu!" kata yang lain.
"Harusnya bos saja yang turun tangan!" tanggap yang satunya.
"Semua pasti beres kalau bos maju dan bertindak!" puji yang lain.
Semua pujian itu membuat si bos merasa senang, mereka segera menyiapkan pesta makan dan minum. Tak ada yang peduli dengan apa yang dirasakan oleh Aira, tak ada juga yang mengecek keadaannya seperti sebelumnya karena semua sibuk bersenang-senang.
...ೋ❀❀ೋ═══ • ═══ೋ❀❀ೋ...
Aira sudah mulai bisa menggerak, dia sudah bisa duduk dan jari-jemarinya pun sudah kuat menggenggam sesuatu. Namun sayangnya, gadis itu masih tak mau membuka mulutnya sama sekali. Wajahnya juga tak menunjukkan ekspresi apa pun, dia sudah seperti dinding batu, sangat berbeda dengan dirinya yang ceria sebelumnya.
"Makan ini dan cepat sembuh!" kata salah seorang anak buah si bos membawakan makanan yang mudah dicerna. "Sungguh merepotkan!" katanya lagi. "Awas saja kalau kamu tak bisa membayar kebaikan bos yang sudah membiarkan kamu tetap hidup?!" ancamnya yang sama sekali tak digubris Aira.
Aira tak menjawab, dia bahkan tak berpura-pura menjadi pendengar yang baik. Gadis kecil itu hanya memakan apa yang dibawakan tanpa mengeluh sama sekali. Entah itu beracun atau pun basi, dia sudah tak peduli. Dia juga terlalu malas untuk hidup, jadi malah bagus kalau dia mati begitu saja. Sayangnya karena janjinya dia tak bisa memilih kematian dengan mudah, dia harus bertahan hidup dengan cara apa pun. Itu ingatan terakhir yang dia simpan.
"Heh! Kalau ada yang bicara, kamu harus mendengar!" kata pria tadi menoyor kepala Aira.
Aira hanya menatap sekilas tanpa emosi, setelahnya dia kembali makan tanpa mengeluarkan suara. "Dasar bocah bisu!" maki pria tadi kesal melihat tingkah Aira.
"Oi, jangan berani meletakkan tanganmu ke mainan si bos," bisik temannya yang lain. "Kamu gak sayang sama tanganmu apa?" katanya lagi.
"Kalua kamu diam, gak akan ada yang tahu," balasnya melirik bosan.
"Kamu kira bis tak akan tahu hanya karena tak ada yang memberi tahunya?" kata temannya itu. "Kamu lupa kalau bos bisa tahu semua yang terjadi di sini?!" lanjutnya mengingatkan.
"Iya, iya!. Cerewet! Aku akan lebih berhati-hati ke depannya!" katanya mendengus kesal.
Setelahnya, setiap hari secara bergantian anak buah si bos mengantarkan makanan. Saat Aira sudah bisa bergerak dengan bebas, gadis itu dibawa untuk menemui bos mereka, tentu saja karena si bos itu yang memanggil dia untuk bertemu.
"Bos, dia ada di sini!" kata anak buah si bos yang mengantarkan Aira.
"Masuk saja!" tukas si bos dari dalam ruangan.
Aira menatap datar, terkesan berani dan tak kenal takut sama sekali. Berbeda dari tatapan anak seusianya, mungkin semua terjadi karena trauma yang dia alami. "Ho, aku suka tatapan itu!" kata si bos menarik sudut bibirnya. "Terkesan berani dan mampu melakukan apa pun!" lanjutnya lagi.
Hening, tak ada jawaban. Yah, dia juga tahu kalau itu yang akan terjadi. Aira tak pernah bersuara selama tinggal di sini. "Kalian boleh pergi! Tinggalkan kami!" titah si bos segera diikuti oleh para anak buahnya.
Tinggallah mereka berdua di dalam ruangan itu. Aira dan si bos saling menatap, tak ada yang berkedip bahkan saat waktu sudah cukup lama berlalu. "Khe-khe-khe, mau dilihat berapa kali pun, aku tetap suka dengan tatapan berani itu!" kata si bos terkekeh jahat.
"Oi, bocah!" panggil si bos pas Aira. "Aku yakin kamu paham yang aku katakan!" lanjutnya kemudian.
"Jadilah boneka cantik sekaligus senjata mematikan untuk aku, Raymond! Buat aku berdiri di tahta tertinggi dari bagian kejahatan di dunia ini!" katanya lagi. "Panggil aku MASTER untuk ke depannya, bocah!" tambahnya disertai seringai keji.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments