Selesai acara, semua anak mengumpulkan hasil karya yang ditugaskan kepada mereka.
Milik Coral yang diambil oleh Luana juga sudah dikumpulkan, tinggal Coral yang tidak mengumpulkan karena dia tidak mau mengambil milik Zio.
"Luana! Kamu memang selalu tidak bisa bertanggung jawab dengan tugasmu."
"Saya minta maaf, Bu. Sebenarnya saya sudah mengerjakan, tapi--." Kedua mata gadis itu melihat ke arah Luana yang sedang melotot padanya.
"Tapi apa? Kamu selalu tidak pernah mengerjakan tugas dengan baik. Kamu itu sebenarnya murid yang pintar, dan ibu tau kamu anak yang rajin, tapi kenapa selalu tugas kamu sering teledor?"
"Saya minta maaf sekali lagi, Bu."
"Sekarang kamu kerjakan tugas itu sampai nanti ibu tunggu jam tiga sore. Kalau sampai jam 3 kamu tidak mengumpulkan tugasmu, maka, kamu harus bersiap-siap tidak akan mengikuti pelajaran ibu selama satu bulan, dan kamu tau akibatnya, kan? Kamu bisa terancam tidak akan naik kelas."
"Iya, Bu. Kalau begitu saya permisi dulu mau mencari bahan untuk tugasku."
Zio tampak kasihan melihat sahabatnya itu, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantunya. Kalau Zio sampai mengatakan hal yang sebenarnya kepada gurunya, yang ada hidup Coral akan semakin dibuat menderita.
"Aku harus membuat apa dalam waktu beberapa jam?" Coral berjalan sendirian menyusuri jalanan yang agak menanjak. Dia berinisiatif pergi ke kebun mencari bahan untuk tugasnya.
"Duh!" Coral yang jalan dengan kepala menunduk menabrak benda keras. Dia mendongak melihat siapa yang dia tabrak. "Kamu?" Coral seketika melangkah mundur hingga tubuhnya tidak seimbang dan hampir jatuh.
"Hati-hati."
Coral sudah berada di dalam dekapan pria yang memiliki tatapan dingin itu.
Coral terpaku saat wajahnya sangat dekat dengan pria yang sebenarnya dia takuti.
"Lepaskan aku! Kamu pasti mau menculikku dan membunuhku seperti gadis yang waktu itu menghilang, kan?"
Rize terdiam melihat gadis di depannya sudah dengan kedua tangan mengepal seolah ingin mengajaknya berkelahi.
"Aku ingin bola mutiara hitam yang ada padamu."
"Apa? Bo-bola mutiara hitam? Bola apa itu?" Coral tampak bingung.
"Bisakah kamu ikut denganku sebentar?"
"Hah? Untuk apa? Kamu memang si penculik para gadis itu. Lebih baik aku lari sebelum menjadi korban."
Coral berbalik badan dia dia berlari, tapi--.
"Hah ...! Kenapa kamu sudah ada di depanku?" Coral sekali lagi tampak bingung.
"Percuma saja kamu lari, aku tidak akan melepaskanmu. Ikut denganku sebentar, aku ingin mempertemukanmu dengan pamanku."
"Untuk apa? Tolong jangan culik aku, kalau kamu mau uang, aku akan memberikannya! Aku ini hanya seorang anak culun yang tiap hari hanya bisa dibully oleh temanku bahkan keluargaku. Aku ini anak yang tidak berguna. Jadi, kamu tidak akan mendapat manfaat dariku."
Rize menatap Coral dari atas sampai bawah. Sekali lagi kedua mata Coral mendelik.
"Apa kamu mau melecehkan aku?" Sekarang Hazel menutup bagian dadanya dengan kedua tangan menyilang. "Tubuhku ini jelek, aku juga bau badan. Satu lagi, aku sedang halangan. Jadi, kamu tidak bisa melecehkan aku."
"Kamu banyak bicara."
Dengan gerakan super cepat Coral sudah ada di dalam gendongan pangeran Rize. Coral mencoba berteriak, tapi seketika suaranya terbungkam oleh bibir sang pangeran.
Coral dicium oleh pria itu sampai dia membeku di tempatnya. Baru pertama kali ini Coral berciuman, dan ciumannya itu diambil oleh pria yang baru tadi pagi dia kenal.
"Paman, dia gadis yang membawa bola mutiara hitam itu."
Coral terkejut saat ciumannya dilepas oleh pria yang menggendongnya.
"Ke-kenapa kamu menciumku? Kita ini bukan kekasih." Coral menghapus bekas bibir Rize yang menempel pada bibirnya.
"Aku hanya ingin menutup mulutmu supaya tidak menimbulkan masalah."
"Menyedihkan sekali hidupku. Sudah tidak bahagia, dan sekarang bahkan hal yang aku jaga untuk suamiku kelak sudah diambil." Coral melihat kesal pada pria yang sama sekali tidak menunjukkan ekspresi penyesalan. Rize bersikap malah seperti tidak ada apa-apa.
"Aku hanya menciummu tidak melakukan apa-apa."
"Mencium itu juga kamu sudah melakukan sesuatu! Dasar, Freezer!"
"Aku hanya ingin membawamu ke sini, kenapa malah lari? Jangan salahkan aku kalau aku memakai cara itu."
"Aku takut sama kamu. Eh, a-aku ada di mana?" Coral tampak bingung setelah dia baru sadar sudah berada di suatu tempat di mana tempat itu indah, tapi juga terkesan menyeramkan.
"Nona, perkenalkan namaku paman Helius, kamu bisa memanggilku paman Helius, dan sekarang Nona berada di kastil pangeran Rize.
"Apa? Kastil? Pangeran Rize?" Coral melihat ke arah Rize. "Apa dia pangerannya?" Coral menunjuk pada RIze.
Paman Helius melihat pada sang pangeran. "Tentu saja dia pangeran di sini. Dia pangeran Autum Rize."
"Paman, cepat lihat dia dan katakan bagaimana caranya agar aku bisa mengambil bola mutiara hitam yang sudah menyatu dengan tubuhnya."
"Apa? Bola mutiara hitam apa? Dan kamu bilang menyatu dengan tubuhku? Kalian sedang main film, ya? Kalau, iya, aku pergi saja karena aku tidak ingin ikut main. Aku mau pulang saja."
Coral yang sudah berjalan beberapa langkah dari tempat Rize dan paman Helius berdiri terhenti saat dia mendengar ada suara di telinganya. Dia berbalik badan dan melihat pada Rize serta paman Helius.
"Kalian sedang berbicara tentang aku?"
'Apa yang harus aku lakukan terhadap gadis aneh ini? Dan kenapa juga bola itu harus ada dalam tubuhnya?'
Coral tampak kaget mendengar suara itu terdengar sangat jelas pada telinganya. "Kamu bicara sesuatu, ya?" tanya Coral pada RIze.
'Apa untuk mengeluarkannya, aku harus membunuhnya?'
"Apa? Bunuh? Siapa yang mau kamu bunuh?" Coral seketika melihat takut pada Rize. Rize pun tampak terkejut mengetahui jika Coral sepertinya bisa membaca pikiran Rize.
"Paman, kenapa dia tau apa yang aku pikirkan?" tanya Rize lirih sambil melihat bingung pada paman Helius. Helius yang berdiri di samping Rize juga menatap bingung ke arah Rize.
"Aku benar-benar tidak tau masalah Bola Mutiara Hitam itu. Kalaupun bola itu ada padaku, pasti sudah aku berikan karena nyawaku lebih berharga dari bola itu."
Paman Helius mendekat perlahan pada Coral. Coral yang agak takut seketika berjalan mundur menjauhi paman Helius.
"Nona, kamu tenanglah dulu karena tidak ada yang akan membunuhmu."
"Aku dengar seseorang mengatakan hal itu dan itu sepertinya suaranya." Coral menunjuk pada pangeran Rize.
"Nona, kami bukan seorang pembunuh seperti apa yang Nona pikirkan."
Tiba-tiba Coral tertidur saat telapak tangan paman Helius mengusapkan perlahan pada wajah Coral.
Rize dengan cepat menggendong tubuh Coral. "Apa yang sekarang kita lakukan, Paman?"
"Bawa dia kembali ke tempatnya. Aku akan memikirkan cara untuk mengeluarkan bola mutiara hitam itu dari tubuh gadis ini. Aku juga akan mencari tau bagaimana dia bisa membaca pikiranmu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Hasnah Siti
lanjut lg aah...seru!!!
2023-04-13
0
Hasnah Siti
bola hitam nya udah menunjukkan kuasanya
2023-04-13
0