Saat aku memasuki kelas terakhir ,hari itu dalam Sejarah hidupku, aku melihat pritta menatapku.
Dia membungkuk di atas Rian, pacarnya atau lebih seperti permen karet yang lengket dan membisikkan sesuatu di telinganya.
Dia menatapku lagi dan aku melihat Rian melakukan hal yang sama. Mereka terlihat seperti ingin membunuhku, jika benar pun aku sudah siap bertemu orang tuaku.
Aku mengabaikan mereka dan berjalan ke tempat duduk ku. Kelas dimulai, aku memperhatikan guru dan seperti biasa aku mencatat catatan penting.
...
Tak lama kemudian, kelas itu berakhir. Aku mendengar rencana siswa lain. Beberapa akan berlibur ke luar negeri seperti ke brazil, yang lain di India, Bhutan, Afrika, Swiss, London, dan negara-negara lain. Dengan kata lain, itu adalah tempat-tempat yang belum pernah aku lihat atau dikunjungi dan tempat-tempat yang mungkin tidak akan pernah dilihat atau dikunjungi. Aku iri pada mereka karena itu.
Hampir seluruh kelasku pergi ke pesta hari ini di Frat house dan Aku tidak diundang.
Aku akan bekerja seperti biasa dan kemudian pulang ke apartemen.
Aku tidak ingin lama-lama di kampus ,segera aku berjalan melewati jalanan yang sudah aku kenal. Saat itu pukul tiga sore dan tidak ada orang di jalan.
Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depanku dan aku mengenalinya, dia pritta duduk di kursi penumpang. Dia turun dari mobil dan begitu pula orang yang mengemudi. Sopirnya tidak lain adalah Rian .
Pritta menyeringai padaku.
"Hei Kamu ....kutu buku," Suara Rian terdengar di telingaku dan aku berbalik untuk menatapnya.
"Apakah kamu menampar Pritta-ku kemarin?"Dia menjulang di atasku, mengintimidasi.
"Ya. Dia pantas mendapatkannya, " jawabku
"Diam, dasar S*alan . Kau memukul ku dan tidak ada yang berani melakukan itu tanpa mendapat konsekuensinya. Kau pantas mati."Dia berteriak di wajahku.
"Pritta, kau mengusik kehidupan pribadiku kemarin ketika kau dan aku bertengkar dan hal itu tidak pantas kamu lakukan. Maaf aku menamparmu tapi ketahuilah bahwa kamu pantas mendapatkannya. Sekarang jadilah gadis yang baik dan pergilah," kataku dengan suara tenang. mengabaikan serangkaian kata-kata kotor yang dia lemparkan padaku dan aku mulai berjalan lagi.
Tiba-tiba aku merasakan seseorang meraih lenganku dan menarik punggungku. Sebelum aku tahu siapa itu, Pritta sudah mendorongku dengan kuat sampai aku terjatuh . Dia semakin mendekat dan ...
"PLAK" .
Aku merasakan dampak tamparan itu setelah beberapa detik , merasakan pipiku yang mulai terasa sakit.
Aku mendongak kaget saat dia memiliki ekspresi puas yang terpampang di wajahnya dan Rian tampak tidak tertarik.
"Ayo pergi, sayang. Yang perlu dilakukan sudah selesai, " kata Pritta dan berjalan kembali ke mobilnya.
"Jangan main-main dengan kami," Rian memperingatkan dan berbalik. Seolah-olah sangat ingin mengancam ku.
mereka segera pergi. Aku masih di tanah. Aku berdiri dan membersihkan celana jinsku, memelototi mobilnya sampai menghilang.
"Aku membencinya!!!," gumamku sambil mengambil tasku yang tergeletak di lantai dan meletakkan talinya di bahuku.
.....
"Bumi untuk Darla," kata Anna, melambaikan tangannya di depan wajahku.
"Huh... apa yang kau katakan?"aku bertanya.
"Apa yang kamu pikirkan? sudah lima kali aku meneleponmu ."
"Um...tidak ada. Apa yang kau katakan?"tanyaku,
Aku menggelengkan kepala untuk menyingkirkan rencana balas dendam berbahaya aku pikirkan untuk membalas Pritta.
"Eh itu ada yang ingin memesan."
"Oke," aku berlari mengambil buku catatan dari cafe . Aku pergi ke pelanggan yang sudah menatapku
"Apa yang Anda ingin pesan , tuan?"tanyaku dengan nada sopan.
Matanya membuntuti dari wajahku ke seluruh tubuhku sebelum menempel di dadaku.
"Sebenarnya, masalahnya adalah nomor saya yang hilang," katanya sambil mendongak, "apakah aku boleh meminta nomor mu?"Dia bertanya, kemudian menyeringai padaku dan secara internal. aku merasa ngeri melihat modus andalan yang sering di gunakan.
Aku pura-pura tersenyum genit padanya, aku menatapnya, " Tentu, Ini 911,"
Dia mengangkat alisnya dan meniupkan udara melalui mulutnya yang terdengar seperti tawa.
"Apa yang ingin anda makan?"tanyaku lagi.
Orang ini tidak membantuku mengendalikan amarahku yang awalnya ditujukan pada Pritta!!.
"Sesuatu dengan Vitamin K (kamu) di dalamnya. Dokter saya bilang saya kekurangan itu, " katanya dan mengedipkan mata ke arahku.
Aku benci pelanggan yang menggodaku. Seperti pria ini. kau di sini untuk makan dan minum sesuatu atau menggoda dan mendapatkan nomorku? Batinku
"Psikiater saya berkata," aku menatap matanya dengan saksama, "aku harus memberikan nomor 911, agar saya bisa membunuh orang seperti Anda suatu hari nanti," balasku
Senyumnya tersendat dan seluruh sikapnya berubah. Dia duduk tegak di kursinya, pipinya memerah karena malu dan aku mengulangi pertanyaanku tentang apa yang dia inginkan.
"Um..kopi dingin dengan dua sendok gula, tolong."Dia berkata pelan, menghindari tatapanku.
"Baiklah, pak. Saya akan segera membawa pesanan Anda, "
......
Wakti berlalu dengan cepat dan aku segera bersiap untuk pulang.
"Apakah sesuatu terjadi padamu hari ini?"Tanya Anna saat kami keluar dari Cafe.
"Um...Tidaaaaaak." kata sambil menyeret huruf 'a'
"Jadi bagaimana harimu?"
"Itu sempurna. Sangat menyenangkan."
"Kamu biasanya pembohong yang baik tetapi kamu tidak bisa membohongiku sekarang," katanya.
Aku menghela nafas, aku benci ini. Anna sangat mengenalku.
"Aku pernah bertengkar dengan Pritta. Aku pernah menceritakannya padamu. Kau ingat?"
"Ah yah. Wanita sombong yang konyol itu, bukan? Pertarungan macam apa? Apa kau terluka?"Dia bertanya, ada kekhawatiran di matanya.
"Ya dan tidak."
"Ceritakan apa yang terjadi."Dia menuntut.
"Dia berbicara tentang keluargaku. Dia bilang orang tuaku sudah meninggal dan aku pantas mendapatkan perlakuannya yang buruk . Jadi aku sangat marah. Dan aku tidak mau, tapi aku menamparnya. Dan hari ini sepulang sekolah, saat aku dalam perjalanan ke rumahku, dia menamparku kembali".
"Aku berfikir kalau tindakannya itu membuat kami impas. tetapi aku juga masih berpikir bahwa apa yang dia lakukan salah. Bagaimana menurutmu?" Aku menatapnya
Dan ekspresinya sepertinya Sedih.
"Dia memang salah. Aku sangat menyesal kau harus mendengarkan omong kosongnya tentangmu....dannn.....orang tuamu.
"Tidak apa-apa. jangan terlalu memikirkan hal-hal seperti itu dan aku tidak peduli apa yang dikatakan wanita sombong itu.
"Ya seharusnya tidak," katanya, tiba-tiba aku merasa beruntung mendapatkan teman yang luar biasa seperti Anna.
Dia adalah sahabatku dan aku menganggapnya sebagai adikku.
Keheningan menetap di antara kami sebagai hal-hal yang direnungkan.
"Aku butuh bantuanmu," akhirnya aku berkata. Aku selalu memperdebatkan hal ini sepanjang sore dan akhirnya memutuskan bahwa aku harus melakukannya.
"Untuk apa?"Tanya Anna. alisnya menyatu.
"Aku ingin Pritta menderita."
"Apa rencananya?"Anna menyeringai. "Aku tahu kamu tidak akan membiarkan ini berjalan semudah itu.
"Tentu saja tidak. Dia seharusnya tidak mempermainkanku."
....
Salam cinta dari aku❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments